Fakta-fakta penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501
Sempat terjadi miskomunikasi antara pilot dan kopilot saat terjadi gangguan di pesawat.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah merilis hasil investigasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Kalimantan. AirAsia rupanya mengalami sedikitnya empat kali gangguan saat hendak menuju Singapura dari Surabaya.
Flight Data Recorder (FDR) pesawat mengungkap ada juga miskomunikasi antara pilot Iriyanto dan kopilot Remi Plesel. Iriyanto ingin mendaratkan pesawat, namun Remi menaikkan kemudi pesawat ke atas saat terjadi permalasahan di komputer kendali pesawat.
Berikut fakta-fakta penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 lalu:
-
Kapan AirAsia QZ8501 jatuh? Pada 28 Desember 2014, pesawat AirAsia QZ8501 lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Singapura.
-
Siapa Aero Aswar? Aero Aswar bukanlah individu biasa; ia merupakan seorang atlet jet ski yang telah meraih banyak prestasi.
-
Apa saja yang rusak di Air Panas Citando? Saat ini, sejumlah fasilitas di sana sudah banyak yang rusak. Bahkan, tempat selfie atau swafoto yang dibangun sudah dalam kondisi rubuh.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Siapa yang mengajarkan doa naik pesawat? Adapun bacaan doa naik pesawat sesuai sunnah Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:اللهُ أكبَر ، اللهُ أكبَر ، اللهُ أكبَر، سُـبْحانَ الَّذي سَخَّـرَ لَنا هذا وَما كُنّا لَهُ مُقْـرِنين، وَإِنّا إِلى رَبِّنـا لَمُنْقَـلِبون، اللّهُـمَّ إِنّا نَسْـأَلُكَ في سَفَـرِنا هذا البِـرَّ وَالتَّـقْوى، وَمِنَ الْعَمَـلِ ما تَـرْضى، اللّهُـمَّ هَوِّنْ عَلَـينا سَفَرَنا هذا وَاطْوِ عَنّا بُعْـدَه، اللّهُـمَّ أَنْـتَ الصّـاحِبُ في السَّـفَر، وَالْخَلـيفَةُ في الأهـلِ.Allaahu ‘Akbar, Allaahu ‘Akbar, Allaahu ‘Akbar, Subhaanal-lathee sakhkhara lanaa haathaa wa maa kunnaa lahu muqrineen. Wa ‘innaa ‘ilaa Rabbinaa lamunqaliboon. Allaahumma ‘innaa nas’aluka fee safarinaa haathal-birrawattaqwaa, waminal-‘amalimaa tardhaa, Allaahumma hawwin ‘alaynaa safaranaa haathaa watwi ‘annaa bu’dahu, Allaahumma ‘Antas-saahibu fis-safari, walkhaleefatu fil-‘ahli.
Sebelum jatuh, AirAsia QZ8501 alami gangguan 4 kali
Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT Nucahyo Utomo mengatakan, hasil investigasi melalui Flight Data Recorder (FDR) milik AirAsia mencatat terjadi 4 kali aktivasi tanda peringatan yang disebabkan karena gangguan pada sistem RTL (Rudder Travel Limiter).
"Gangguan pertama tercatat muncul pada Pukul 06.01 WIB dalam ketinggian 32 ribu kaki," kata Nurcahyo di Kantor KNKT, Jakarta, Selasa (1/12).
Gangguan berikutnya muncul pada Pukul 06.09 WIB dan Pilot melakukan tindakan sesuai prosedur ECAM (Electronic Centralized Aircraft) sehingga gangguan pada sistem RTL masih bisa dikendalikan oleh pilot.
Gangguan ketiga muncul setelah 4 menit kemudian, pilot masih melakukan tindakan sesuai prosedur ECAM. Gangguan keempat terjadi pukul 06.15 WIB dan FDR mencatat penunjukan berbeda dengan tiga gangguan sebelumnya, namun Pilot tidak melakukan tindakan sesuai prosedur ECAM.
Gangguan keempat tersebut pernah terjadi pada 25 Desember 2014 lalu di Bandara Juanda. Saat itu, Circuit breaker (CB) pada Flight augmentation Computer (FAC) direset.
Setelah Gangguan keempat muncul, Auto-Pilot dan Auto-Thrust tidak aktif, sistem kendali fly by wire. Pesawat berganti dari normal law ke alternate law dimana beberapa proteksi tidak aktif.
Komunikasi Pilot dan Kopilot membingungkan
Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT Nucahyo Utomo mengatakan, rekaman Cockpit Voice Recorder (CVR), terdapat pembicaraan salah paham antara pilot Iriyanto dan kopilot Remi Plesel. Ketika itu, pesawat menukik ke atas usai adanya gangguan pada rudder travel limiter unit (RTLU).
Saat itu posisi pesawat naik dari ketinggian 32 ribu kaki dari permukaan laut ke 38 ribu kaki. "Saat pesawat mulai naik, ada perintah kapten yang menyebut, 'pull down, pull down'. Ini agak membingungkan," kata Nurcahyo dalam jumpa pers di Gedung KNKT, Jakarta Pusat, Selasa (1/12).
Menurut Cahyo, Iriyanto memberikan perintah yang aneh terhadap Remi. Istilah 'pull down' tersebut membingungkan.
"Kami melihat ada komunikasi yang tidak efektif. Kemungkinan perintah ini untuk mengembalikan pesawat agar seimbang," ucap Cahyo.
Dari catatan flight data recorder (FDR), diketahui pilot berusaha menurunkan pesawat, kopilot justru menarik kemudi dan menaikkan pesawat.
KNKT temukan 23 gangguan sistem RTL AirAsia QZ8501
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan 23 kali gangguan yang terkait dengan sistem rudder travel limiter di dalam pesawat AirAsia QZ8501 dalam 12 bulan terakhir pada 2014.
"Investigasi terhadap catatan perawatan pesawat dalam 12 bulan terakhir menemukan adanya 23 kali gangguan yang terkait dengan sistem rudder travel limiter," kata Pelaksana Tugas Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Transportasi Penerbangan KNKT Nucahyo Utomo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/12).
Sementara itu, lanjut dia, selang waktu antara kejadian menjadi lebih pendek dalam tiga bulan terakhir.
"Hal ini diawali oleh retakan solder pada 'electronic module' pada 'rudder travel limiter unit (RTLU) yang lokasinya berasa pada 'vertical stabilizer'," katanya.
Listrik AirAsia QZ8501 mati, pesawat jatuh 20 ribu kaki per menit
Ketua KNKT Surjanto Tjahjono menjelaskan, setelah terjadi beberapa gangguan pada sistem Rudder Travel Limiter (RTL), setelah itu terjadi putusnya arus listrik pada FAC yang menyebabkan autopilot disengage. Flight control logic berubah dari normal law ke alternate law dan mengakibatkan pesawat berguling (roll) mencapai sudut 54 derajat.
"Pesawat jatuh sekitar 20.000 kaki permenit," kata Surjanto di kantor KNKT, Jakarta, Selasa (1/12).
Pengendalian pesawat selanjutnya secara manual pada alternate law oleh awak pesawat telah menempatkan pesawat dalam kondisi 'upset' dan 'stall' secara berkepanjangan sehingga berada di luar batas-batas penerbangan yang dapat dikendalikan oleh awak pesawat.
Dia menggambarkan, posisi jatuhnya pesawat yaitu dalam keadaan datar dan ekor pesawat agak lebih dulu menyentuh ke permukaan laut, kondisi tersebut diakibatkan karena pesawat mengalami stall yang berkepanjangan atau pesawat kehilangan daya angkat.