Fakta mencengangkan di balik peristiwa perwira polisi NTB tembak mati adik ipar
Hingga kini, motif penembakan masih didalami. Namun jika melihat jumlah tembakan di tubuh korban, terlihat pelaku begitu emosi dengan adik iparnya itu.
Niat Kompol F, anggota Polda NTB bersilaturahmi di rumah ke rumah orangtua di Medan berujung masalah besar. Padahal tujuan utamanya bertemu ibunda untuk memastikan kesembuhan setelah sebelumnya sakit.
Semula, kedatangan Kompol F dan istrinya ke rumah ibunda di Jl Tirtosari/Mestika Gang Keluarga, Kelurahan Bantan, Medan Tembung, pada Rabu (4/4) tak ada yang janggal. Bahkan dia sempat menyapa ramah tetangga yang kebetulan berpapasan di jalan.
-
Apa yang dilakukan penerus para jenderal polisi? Penerus Sang Jenderal Putra para Jenderal Polisi ini mengikuti jejak sang ayah.
-
Apa yang dimaksud dengan pangkat polisi? Mengutip dari laman polisi.com, tanda kepangkatan Polri adalah daftar tanda pangkat yang dipakai oleh Kepolisian Negara Indonesia.
-
Bagaimana polisi menangani kasus pencabulan ini? Adapun barang bukti yang berhasil diamankan oleh polisi antara lain hasil "visum et repertum", satu helai celana panjang jenis kargo warna hitam, dan satu buah jepit berwarna pink. Akibat perbuatan tersebut, pelaku dijerat Pasal 82 Ayat (1) Undang-Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Juncto Pasal 76 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman 15 tahun penjara dan atau Pasal 6 C Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Kekerasan Seksual dengan ancaman maksimal pidana penjara paling lama 12 tahun.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Siapa yang ditangkap polisi? "Kami telah mengidentifikasi beberapa pelaku, dan saat ini kami baru menangkap satu orang, sementara yang lainnya masih dalam pengejaran," ujar Kusworo.
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
Kedatangan Kompol F juga disambut gembira sanak keluarga. Termasuk oleh ibunda dan adiknya juga ipar yang kebetulan ada di rumah.
Baru beberapa menit bercengkrama dengan ibunda, tiba-tiba suasana mendadak menegangkan. Kompol F menodongkan senjata api ke arah ibunda yang semula sedang dia pijat.
Kejadian itu begitu mengagetkan Jumingan, adik ipar Kompol F, yang duduk tak jauh dari keduanya. Dia berusaha mencegah, tapi sayang malah jadi sasaran tembak Kompol F.
Letusan tembakan dari senjata Kompol F terdengar lebih kurang enam kali, mengenai bagian perut dan kepala. Jumingan tewas seketika di tempat.
Henny, istri korban yang juga adik Kompol F nyaris menjadi sasaran tembak. Beruntung dia cepat berlari ke kamar dan mengunci diri.
Tetangga yang berdekatan rumah langsung coba mendekat. Mereka sempat melihat korban sudah bersimbah darah.
"Jadi letusannya itu gak berentetan. Ada jeda waktu yang cukup lama. Saya nggak tahu berapa kali tembakan, kalau letusannya yang saya dengar 5 kali," sebut Slamet, tetangga Kompol F.
Teguh Wiyono, saksi lainnya, mengaku hanya mendengar letusan terakhir. "Letusan terakhir ini saya dengar, karena saya baru datang. Selanjutnya dia ke Polres bersama ibunya," katanya.
Usai menembak membabi buta, Kompol F langsung membawa ibundanya ke Mapolrestabes Medan untuk menyerahkan diri.
Hingga kini, motif penembakan masih didalami. Namun jika melihat jumlah tembakan di tubuh korban, terlihat pelaku begitu emosi dengan adik iparnya itu.
Polisi juga masih mencari tahu bagaimana mungkin Kompol F yang tengah cuti berdinas tetap menenteng senjata saat bepergian. Kejiwaan Kompol F juga akan diperiksa. Namun, untuk meminta keterangan lebih banyak belum bisa dilakukan karena masih dalam keadaan linglung.
"Syukur hari ini tadi yang bersangkutan sudah bisa diambil keterangannya sudah mulai kooperatif, tenang, karena dari kemarin kita belum bisa ambil keterangannya karena masih labil," kata Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting, Jumat (6/4).
Rina menambahkan, dilihat dari cara penembakan dengan 6 peluru, dengan rincian 3 butir bersarang di bagian perut dan 3 butir di kepala, patut diduga ada kemarahan yang besar atau ada masalah di internal keluarga.
Tetapi dugaan itu masih didalami penyelidik. Terlebih Kompol F mengaku mendengar bisikan untuk melakukan penembakan. Bisikan itu menyatakan korban merupakan orang jahat yang melakukan pembunuhan.
"Tetapi kan itu (pengakuan Kompol F) secara hukum tidak dapat dipertanggungjawabkan. Karena itu tim dari Polda Sumatera Utara mencari saksi-saksi ke lapangan, dan sampai dengan saat imi masih bekerja," jelas Rina.
Dia juga menjelaskan, jika terbukti bersalah, Kompol F akan menghadapi hukuman yang lebih berat dibandingkan masyarakat awam. Selain harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai hukum pidana, dia juga akan diproses pada sidang kode etik.
"Putusan sidang kode etiklah yang akan menentukan apakah yang bersangkutan itu masih layak menjadi anggota Polri atau diberhentikan. Itu butuh proses yang panjang," jelas Rina.
Pengakuan tetangga, sebenarnya Kompol F dikenal pribadi yang baik dan dermawan. Sepengetahuannya, hubungan antara korban dan pelaku tak ada masalah yang berarti.
Namun saksi Slamet maupun Teguh, sama-sama tidak membantah informasi yang menyatakan Kompol F sebelumnya juga pernah tiba-tiba mengamuk sambil memegang senjata api. Namun mereka menolak membeberkan lebih jauh kejadian itu.
Sementara kerabat yang lain yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, Kompol F pernah hampir membakar rumahnya beberapa tahun yang lalu. "Waktu dia tugas di Medan pernah juga tiba-tiba mengamuk. Pegang senjata juga. Dia mengamuk mengeluarkan barang-barang, termasuk STNK, lalu membakarnya di samping rumah. Dia mau membakar rumah. Tapi kami nggak tahu apa pemicunya," ucap seorang kerabat yang tak mau disebutkan namanya.
Bukan hanya di rumah orang tuanya, Fahrizal juga pernah mengamuk di rumahnya di kawasan Jalan Bantan, Medan Tembung. "Tapi yang terakhir ini yang paling parah," ucap sang kerabat.
Baca juga:
Kompol F mengaku dengar bisikan untuk tembak adik ipar
Tembak mati adik ipar, kejiwaan Kompol F diperiksa polisi
Polisi selidiki Kompol F bisa bawa senpi saat cuti berdinas
Kompol F masih linglung, motif penembakan adik ipar belum diketahui
Kapolda NTB sebut Kompol F ke Medan dalam rangka cuti
Kadiv Propam duga Kompol F tembak adik ipar karena masalah keluarga
Kompol F disebut juga pernah mengamuk sambil pegang senjata & hampir bakar rumah