Fakta Pembunuhan Berantai Sekeluarga Tewas Keracunan di Bantar Gebang Bekasi
Waktu berganti. Penyelidikan menemui titik terang. Fakta mengejutkan terkuak. Para korban bukan keracunan melainkan sengaja diracun alias ada upaya pembunuhan di dalamnya.
Warga Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi geger. Di sebuah ruah kontrakan tepatnya RT 2 RW 3, ditemukan lima orang terkapar.
Tiga di antaranya meninggal dunia, sedangkan dua orang kritis dan memerlukan penanganan segera. Hasil, sementara kelimanya yang masih satu keluarga itu keracunan.
-
Kapan keluarga itu dibantai? Penggalian di Yaroslavl dari 2005-2006 menyatakan pembantaian itu terjadi pada Februari 1238.
-
Mengapa keluarga tersebut dibunuh? Semua mayat pada lokasi ini memiliki tanda bekas pukulan di tengkorak mereka, ini menunjukan pada masanya mayat-mayat tersebut dibunuh secara brutal.
-
Di mana patung keluarga tersebut ditemukan? Patung tersebut ditemukan di salah satu pemukiman neolitik tertua yang berasal dari tahun 6800 SM di Bukit Ulucak, Turki.
-
Mengapa keluarga gadis tersebut menentang pelaporan kasus perkosaan? Meskipun ia mengalami pelecehan seksual, disalahkan, distigmatisasi, dan diasingkan oleh keluarganya sendiri, ia menghadapi pertanyaan-pertanyaan di pengadilan dengan penuh keberanian.
-
Mengapa keluarga korban Tragedi Trisakti merasa kecewa dengan Pengadilan Militer? Pengadilan militer selama ini menimbulkan kekecewaan bagi keluarga korban, karena hanya mengadili perwira bawahan dan tidak membawa pelaku penanggung jawab utama ke pengadilan.
-
Kenapa liburan keluarga itu penting? Liburan bersama keluarga adalah waktu yang sangat dinantikan oleh banyak orang. Ini adalah kesempatan untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, mempererat ikatan keluarga, dan menciptakan kenangan indah yang akan dikenang sepanjang hidup.
Namun, sosok kepala keluarga tidak ditemukan di lokasi. Polisi langsung mendatangi lokasi setelah mendapatkan laporan pada 12 Januari 2023 sekira pukul 08.00.
"Diterima info dari masyarakat ada korban meninggal dunia 3 orang dan dua orang dalam kondisi sekarat. Diduga matinya karena keracunan makanan," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (19/1).
Waktu berganti. Penyelidikan menemui titik terang. Fakta mengejutkan terkuak. Para korban bukan keracunan melainkan sengaja diracun alias ada upaya pembunuhan di dalamnya.
Malah, satu korban selamat atas nama Dede Solehudin (36) merupakan bagian dari komplotan pelaku.
Adalah tiga pelaku ditangkap, Dede Solehudin (36), Wowon Erawan alias Aki (60) dan Solihin alias Duloh (60).
Pembunuhan Berantai
Penyelidikan dilakukan polisi secara maraton. Hasil sementara, tiga korban tewas di Bekasi bukanlah kali pertama dari aksi para pelaku.
Ditarik ke belakang di tahun 2020, didapati ada lima orang korban tewas di Cianjur. Kelima korban tewas di Cianjur yakni:
1. Wiwid
2. Noneng
3. Farida
4. Bayu (2 tahun)
5. Halimah
Bahkan, beberapa di antaranya merupakan istri siri pelaku Wowon alias Aki.
"Sebagian besar korban sebagian besar berasal dari family tree dari para tersangka, istrinya, mertuanya, anaknya," kata Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi melalui keterangannya, Jumat (20/1).
Racun Pestisida dan Zat Aldicarb
Dalam aksinya di Bekasi, para pelaku menggunakan racun pestisida dan zat aldicarb yang tidak lain adalah senyawa kimia untuk membunuh serangga.
Sungguh kejahatan tidak ada yang sempurna. Sisa racun ditemukan penyidik dalam larutan sebuah kopi yang telah diseduh. Kopi tersebut terdapat di area belakang rumah kontrakan Bekasi.
Selanjutnya, ditemukan pula racun dalam bekas muntahan yang tercecer, diduga berasal dari korban.
"Hasil labfor mengatakan bahwa muntahan tersebut mengandung pestisida yang sangat beracun," kata Kapolda saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (19/1).
Selain itu, sisa racun pestisida juga ditemukan dalam bungkus plastik dekat bakaran sampah di area belakang rumah.
"Terdapat sisa bakaran sampah dekat galian, ditemukan tempat bungkus plastik sisa racun dekat bakaran sampah," kata Kapolda.
Motif Pelaku
Kepada penyidik, tiga pelaku mengakui adanya perjalanan perjuangan pembunuhan. Yaitu, mereka membunuh para korban demi menutupi aksi tipu-tipu dalam mendapatkan keuntungan materi.
Rupanya, selama ini para pelaku mencari pundi-pundi rupiah dengan menipu. Yaitu, mengaku mempunyai kekuatan supranatural yang bisa menggandakan uang.
"Apa itu? Mereka melakukan serangkaian pembunuhan atau serial killer dengan motif janji-janji dikemas supranatural sukses atau kaya. Keluarga dekat dianggap berbahaya karena membunuh korban-korban lain," kata Kapolda.
Siapkan Lubang
Bekasi
Dalam tiap aksinya, para pelaku turut menyiapkan lubang. Yang nantinya akan digunakan untuk 'membuang' para korban. Apalagi kalau bukan untuk menutupi jejak.
Untuk TKP Bekasi, Duloh berperan memerintahkan Dede untuk menyiapkan lubang sebelum keluarga malang itu menghuni rumah kontrakan.
"Penggalian tanah atau lubang yang ada di belakang rumah itu, itu kan sebelum membawa almarhum atau korban lainnya ke sana itu sudah dipersiapkan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko kepada wartawan, Jumat (20/1).
Kendati itu, Trunoyudo tidak menyebutkan pasti siapa korban yang nantinya akan menempati di lubang galian Dede.
"Nah ini yang kita masih dalami," katanya.
Cianjur
Sedangkan, lubang untuk korban di Cianjur dibuat di area pekarangan rumah pelaku Solihin alias Duloh. Parahnya, satu liang lahat diisi untuk dua korban, yakni Wiwid dan Noneng.
Sedangkan, korban Farida 'dikubur' di area lain rumah Solihin di Cianjur.
(mdk/rhm)