Fakta Rumah Aborsi di Jakpus: Pelaku Tak Punya Ilmu Medis, Praktik Pakai Alat Vakum
Bahayanya, rumah aborsi itu dijalankan dengan modal pengalaman dan alat sederhana tanpa bekal pengalaman medis.
Polisi mengungkap praktik aborsi ilegal di Jakarta Pusat. Bisnis ini dijalankan oleh tiga orang pelaku. Bahayanya, usaha itu dijalankan dengan modal pengalaman dan alat sederhana tanpa bekal pengalaman medis.
Fakta itu diungkap Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin. Dua pelaku SN dan NA bertugas sebagai eksekutor yang menggugurkan janin bayi. Lalu SM selaku sopir yang bertugas mengantar jemput pelanggan.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Kenapa para abdi negara ini viral? Beberapa abdi negara berikut ini viral lantaran memiliki paras yang tampan. Salah satu di antaranya bahkan sangat viral terlebih saat masa kampanye pilpres beberapa waktu yang lalu. Siapa saja mereka? Simak selengkapnya berikut ini.
-
Apa yang viral di Babelan Bekasi? Viral Video Pungli di Babelan Bekasi Palaki Sopir Truk Tiap Lima Meter, Ini Faktanya Beredar video pungli di Babelan Bekasi. Seorang sopir truk yang melintas di kawasan Jalan Raya Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merekam banyaknya aktivitas pungli baru-baru ini.
-
Apa yang terjadi di video yang viral? Video berdurasi 20 detik tersebut memperlihatkan seseorang yang diklaim sebagai Gibran yang sedang menggendong bayi sambil mengumandangkan takbir.
-
Apa yang dimaksud dengan fakta? Fakta adalah informasi objektif atau bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fakta adalah sesuatu yang dapat diamati, diukur, dibuktikan, dan diverifikasi oleh berbagai pihak yang dapat melihat fenomena yang sama.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
"Kalau kita lihat dari latar belakangnya yang bersangkutan bukan seorang petugas medis atau bukan seorang yang memiliki pengalaman medis," kata Komarudin kepada wartawan, dikutip Kamis (29/6).
Bahkan, Komarudin mendapatkan keterangan sementara bahwa SN adalah otak di balik bisnis aborsi ini. SN melakukan praktik aborsi bermodalkan pengalaman bekerja sebagai asisten di tempat praktik aborsi lainnya.
"Kami sedikit menyimpulkan bahwa sebelumnya yang bersangkutan ini SN ini asisten. Akan kita kejar dia asisten di mana (pelaku lain) akan kita buru," ucapnya.
Pasalnya dari hasil penggerebekan yang dilakukan petugas pada Rabu (28/6) kemarin. Terlihat kalau bisnis yang dijalankan ketiga pelaku ini hanya berbekal alat sederhana, bukan alat-alat profesional medis.
"Dari sini alat-alatnya sangat-sangat minim, sederhana bukan seperti alat-alat di klinik kedokteran. Di sini hanya alat-alat sedotnya hanya menggunakan vakum terus ada beberapa alat suntik," ujar dia.
"Juga obat-obatan yang bisa dibeli di apotik dengan bebas. Obat antibiotik, obat anti nyeri. Kemudian sarana yang ada itu cuma vakum ya. Jadi disedot menggunakan vakum setelah itu dibuang di dalam kloset," tambah dia.
Oleh karena itu, Komarudin menegaskan penyelidikan menyasar ke pihak-pihak yang memiliki peran besar kepada ketiga pelaku. Berkaitan latar belakang pemahaman pelaku sampai akhirnya turut membuka praktik aborsi.
"Harus kita tindaklanjuti untuk mengantisipasi kalau memang sebelumnya bahwa pelaku ini ikut membantu di tempat yang lain itu akan kita kembangkan," ungkapnya.
Meskipun terbilang sederhana, para pelaku menjalankan bisnisnya dengan rapi. Pemasaran lewat media sosial dengan memasang iklan bahwa NA sebagai dokter bisa dihubungi oleh calon pelanggan.
Setelah itu, calon pelanggan akan dijemput SM selaku sopir sesuai lokasi yang dijanjikan. SM akan secara bergiliran menjemput dan mengantar pulang setiap pasien sehingga tidak menimbulkan kecurigaan warga sekitar.
"Makanya tadi kita cek untuk pembuktian beberapa kali dia dalam satu hari mengantar jemput penumpang. Karena sistemnya bukan jemput sekali, tidak. Jadi satu hari itu di dalam mobil bisa 3-4 orang. Jadi dia keliling jemput antar ke sini nanti pulangnya diantar lagi," tuturnya.
Pelanggan Capai 50-an Per Bulan
Selain pelaku yang berpraktik dalam usaha aborsi, ada empat wanita yang merupakan pasien hendak melakukan aborsi. Mereka yakni, J, AS, IT dan RV yang hendak menjalani aborsi. Ketujuh orang yang diamankan sampai saat ini dalam proses penyelidikan.
"Masalah aborsi termasuk orang-orang yang menyuruh melakukan. Dari keterangan yang kami dalami, kami mengamankan saat ini ada 7," katanya.
SN dan NA turut memasang tarif sekitar Rp2,5 juta - Rp8 juta tergantung usia dari pasien. Sementara, SM mendapatkan upah sekitar Rp500 ribu sehari untuk tugas mengantar jemput pelanggan.
Rumah aborsi ini dalam satu bulan setidaknya telah menerima sekitar 50 pasien wanita. Bila dikalkulasikan bisnis haram itu minimal meraup untung sekitar Rp125 juta atau lebih dalam satu bulan.
"Dari pengakuan sementara, pelaku bahwa selama kurun waktu 1 bulan, sudah kurang lebih sekitar 50-an wanita yang sudah menggugurkan kandungan di sini melakukan aborsi," tutup Komarudin.
(mdk/ray)