Hadapi Ancaman Resesi, Pemprov Jateng-Swiss Bahas Kerja Sama Wisata dan Karbon Trade
Ganjar mengatakan iklim kerja sama yang telah terjalin harus dijaga dan ditingkatkan agar hubungan keduanya tetap lancar.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pemerintah negara Swiss resmi bekerjasama untuk menghadapi ancaman resesi global pada tahun 2023. Pemantapan kerja sama tersebut ditandai dengan pertemuan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Direktorat Tenaga Kerja Kementerian Setneg Swiss Boris Zurcher di Semarang, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu, Ganjar menawarkan sejumlah potensi kerja sama yang telah berjalan, seperti potensi investasi di berbagai sektor dan juga destinasi pariwisata di Jateng.
-
Di mana letak "Swiss van Java"? Jalur itu menghubungkan antara pusat Kota Wonosobo dengan Dataran Tinggi Dieng, tepatnya menuju Desa Sembungan yang merupakan desa tertinggi di tanah Jawa.
-
Mengapa jalur tersebut dijuluki "Swiss van Java"? Dinamakan Swiss van Java, karena pemandangan di jalur tersebut mirip di Eropa, tepatnya di negeri Swiss.
-
Kenapa Garut dijuluki sebagai Swiss Van Java? Garut merupakan kota kabupaten provinsi Jawa Barat yang mendapat julukan sebagai Swiss Van Java.Julukan tersebut diberikan karena Garut memiliki pemandangan indah yang mirip dengan negara Swiss.
-
Kapan harta karun di Swiss ini ditemukan? Artefak ini memang ditemukan pada musim gugur tahun lalu tapi diumumkan baru-baru ini.
-
Kapan Ganjar Pranowo menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah? Sosok Ganjar Pranowo tentunya sudah tak asing lagi bagi khalayak publik. Ya, dirinya merupakan seorang pejabat hebat. Dikethaui, Ganjar merupakan seorang politisi mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode sejak 23 Agustus 2013 – 5 September 2023.
-
Kapan Ganjar Pranowo mulai beruban? Ganjar sendiri mengaku mulai tumbuh uban ketika masih duduk di bangku SMA, pada usia yang belum mencapai 20 tahun.
"Pertemuan ini untuk meningkatkan kerja sama dan beberapa kerja sama sudah dilakukan, satu terkait dengan pelatihan, capacity building, beberapa diantaranya bekerja sama dengan Kadin Jawa Tengah," ujar Ganjar usai pertemuan di Ruang Rapat Kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang dilansir Antara, Rabu (23/11).
Ganjar menjelaskan, Swiss adalah negara di posisi ke-7 dengan realisasi investasi di Jateng terbesar yang pada tahun 2022 mencapai 50.285,80 USD. Maka, iklim kerja sama yang telah terjalin harus dijaga dan ditingkatkan agar hubungan keduanya tetap lancar.
Oleh sebab itu, pihaknya masih terus menggali sejumlah potensi investasi yang ada. Di antaranya, kerja sama perdagangan karbon yang disampaikan kepada delegasi Swiss. Mengingat potensi mangove dan hutan di Jateng yang memadai.
Dia berharap, bertambahnya kerja sama yang terjalin antara Jateng dan Swiss akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, bahkan nasional.
"Kemudian tadi menarik bagaimana perdagangan karbon. Karbon trade ini menjadi suatu isu yang cukup menarik. Jawa Tengah punya potensi itu dan mangrove kita buat, hutan kita jaga, sebenarnya juga bisa kita perdagangkan di sana," jelas Ganjar.
"Swiss selalu bicara dengan teknologi yang tinggi dan kualitas yang sangat tinggi. Maka kalau kerja sama ini bisa kita tindaklanjuti, maka kita akan mendapat keuntungan yang besar," sambung Ganjar.
Sementara, Boris mengatakan selama ini Swiss telah bekerjasama dengan Pemprov Jateng. Dirinya mengaku tidak khawatir dengan prediksi terjadinya resesi global.
Dia menyebut, kondisi perdagangan dua negara selama ini kondusif dan masih bisa dikembangkan. Apalagi sudah ada perjanjian perdagangan bebas antarkedua negara.
"Saya tidak punya bola kaca untuk meramalkan kondisi tahun depan, namun saya rasa akan terus berlanjut dan komitmen untuk kerja sama dengan Jateng tidak hanya untuk beberapa hari, tapi untuk jangka panjang," ujarnya dalam keterangannya,
Selain itu, Swiss sudah punya beberapa proyek di Provinsi Jateng sehingga saat ini melanjutkan dan memperdalam kerja sama yang sudah ada.
Sebagai informasi, realisasi investasi perusahaan Swiss di Jawa Tengah sejak tahun 2016 hingga 2022 kuartal ketiga mencakup sejumlah sektor, antara lain Nestle Indonesia di Batang (90.413 USD), OMYA Indonesia di Rembang (6.551 USD), Aquafarm Nusantara di Semarang (3.561 USD) dan masih banyak lagi.