Hamil besar, Komang Ayu enggan tinggal di pengungsian Gunung Agung
Dibenarkan juga olehnya kalau mertuanya tidak mau turut mengungsi. Alasannya saat gunung Agung meletus dulu tetap aman sambil melihat gunung meletus setiap harinya.
Kesulitan pihak Penanggulangan Bencana Daerah untuk mengungsikan warga di areal Gunung Agung Karangasem memang benar adanya. Sebagian warga baru akan mengungsi kalau sudah lihat gunung yang disucikan di Bali itu meletus. Bahkan banyak warga yang baru akan mengungsi setelah gunung meletus dan menyemburkan hujan abu panas.
Dikatakan Nyoman Ode warga asal Dusun Pipit di Abang Karangasem, bahwa masih banyak warga di desanya yang tidak mau mengungsi.
"Kalau anak-anaknya semua mengungsi terpaksa. Tapi banyak yang orang tua-tua pilih diam di rumah dan ngangon buron (ternak). Soalnya baru mau ngungsi kalau sudah lihat gunungnya meletus," terang gadis remaja umur 26 tahun ini.
Dijumpai di tempat kosnya di Jalan Kecubung gang Merpati, Denpasar, Ode mengaku selama ini kerja buruh di sebuah toko.
Pun dirinya sekarang terpaksa harua berhenti kerja lantaran kakaknya bersama istrinya yang hamil 8 bulan menumpang mengungsi setelah Gunung Agung ditetapkan menjadi 'awas'.
"Saya sekarang nampung kakak saya dan istrinya yang hamil besar. Juga adik saya ikut menumpang di kos saya. Terpakaa berhenti kerja, harus jagain ipar saya yang hamil," tuturnya.
Kata dia, kakaknya yang bernama Komang Ayu Aprilia (23) bersama suaminya dan adiknya belum dilaporkan ke posko pengungsian. Saat disarankan untuk lapor, Ayu mengaku takut jika lapor nanti harus tinggal di pengungsian.
"Ini kehamilan saya pertama, saya takut kalau lapor nanti disuruh tinggal di pengungsian. Saya pilih di kos adik ipar saja, lebih tenang saat jelang lahiran," akunya.
Dibenarkan juga olehnya kalau mertuanya tidak mau turut mengungsi. Alasannya saat gunung Agung meletus dulu tetap aman sambil melihat gunung meletus setiap harinya.
"Mertua saya cerita kalau mulai ngungsi saat hujan abu waktu itu," singkatnya.