Harga BBM naik turun, nelayan mengeluh makin sengsara
Kesulitan nelayan makin bertambah karena sulit mencari ikan
Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diberlakukan pemerintah Jokowi sejak Sabtu (28/3) membuat kehidupan nelayan kecil semakin sengsara. Dampak tersebut dirasakan para nelayan di wilayah Kampung Laut Cilacap, Jawa Tengah.
Salah satunya Bono (35) nelayan di pantai Pelawangan. Dia mengemukakan sejak harga BBM naik dari Rp 6.700 perliter menjadi Rp 7.400 menyebabkan nasib nelayan semakin tak menentu.
"Kenaikannya di sini sudah cukup tinggi, kemarin saja saat BBM di POM (SPBU) dijual Rp 6.700 per liter, kami membelinya di eceran kisaran harganya Rp 8 ribu sampai Rp 8.500 per liter. Sekarang sudah sampai Rp 9.500 perliter," katanya saat ditemui di pantai Pelawangan Barat, Senin (30/3).
Dia mengeluhkan beban kenaikan harga BBM juga membuat kondisi perekonomian keluarga tak menentu. Dia mengungkapkan saat ini nelayan kesulitan mencari ikan. "Sejak pukul 05.30 WIB saya keluar, sampai sekarang belum dapat ikan. Sudah tangkapannya sedikit, harga ikan juga ikutan turun," keluhnya.
Saat ini harga ikan untuk tiap kilogramnya dihargai Rp 25 ribu. "Kalau dijual di dekat rumah malah harganya hanya Rp 20 ribu perkilogram," ucapnya.
Keluhan serupa juga diakui Badrian (55), nelayan asal Majingklak Pangandaran yang mencari ikan di pantai Pelawangan. Kondisi tangkapan Badrian sedikit lebih baik dari Bono. "Tadi saya keluar pukul 06.00 WIB sudah dapat lima kilogram ikan bekuku. Sekarang ini memang susah buat dapat ikan," ucapnya yang menggunakan perahu cukung.
Cuaca yang tidak menentu ditambah harga BBM yang naik turun membuat nelayan semakin terjepit. Untuk melaut seharian, kedua nelayan ini menghabiskan bahan bakar mulai dari 1 sampai 2 liter setiap kali berangkat.
Dalam seminggu, mereka hanya bisa menghasilkan uang sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 300 ribu. Sisa keuntungan dari penjualan ikan digunakan untuk membayar utang dan kebutuhan hidup.
"Kalau nelayan tidak berutang, kami tidak bisa melaut seperti sekarang ini," tutur Badrian.
Baca juga:
Dirut Pertamina: Bisa saja harga BBM naik terus
Harga BBM makin mahal, Jonan larang tarif angkutan umum ikutan naik
BBM naik turun, Menko Sofyan enteng sebut rakyat belum terbiasa
Tarif BMM naik, harga sembako di Aceh tetap stabil
Dampak kenaikan BBM mulai terasa, harga pangan merangkak naik
-
Apa bantuan yang diberikan KKP untuk nelayan di Cilacap? Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (Ditjen PDSPKP) memberikan fasilitasi pengembangan korporasi nelayan di Cilacap Jawa Tengah melalui dukungan gudang beku portable, kendaraan berpendingin, dan bimbingan teknis.
-
Kapan Benteng Pendem di Cilacap dibangun? Benteng pendem ini merupakan benteng peninggalan Belanda yang sudah ada sejak tahun 1861. Ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang bisa mengedukasi tentang sejarah terutama ketika penjajahan Belanda.
-
Mengapa KKP memberikan bantuan kepada nelayan di Cilacap? Dukungan tersebut merupakan upaya KKP mendorong budaya korporasi sekaligus membangun ekosistem hulu-hilir perikanan sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia dalam rapat terbatas pada 6 Oktober 2020.
-
Kapan BBNKB dikenakan? BBNKB berlaku bila seseorang melakukan transaksi jual beli mobil bekas dan akan dikenakan biaya balik nama sehingga kendaraan tersebut memiliki nama sesuai dengan pemilik atau pembelinya.
-
Bagaimana kebakaran di Pelabuhan Cilacap menyebar? “Selain empat kapal besar itu, ada satu atau dua kapal jukung fiber yang ikut terbakar.
-
Bahan bakar ramah lingkungan apa yang diluncurkan di Cilacap? Pada pekan lalu, bahan bakar kapal ini diekspor untuk pertama kalinya ke Singapura. Jumlah bahan bakar yang diekspor mencapai 200.000 barel. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sukses melakukan lifting perdana ekspor produk baru bahan kapal, Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulphur.