Hati-Hati, Ini Sumber Partikel Berbahaya Sebabkan Polusi Udara
Dari hasil pembakaran karbon itulah yang kemudian disebutnya menghasilkan partikel yang paling tinggi.
Partikel ini berbahaya jika masuk ke dalam paru-paru
Hati-Hati, Ini Sumber Partikel Berbahaya Sebabkan Polusi Udara
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sumber polusi udara yakni dari partikel yang paling berbahaya yakni PM2,5.
- OJK Resmi Terbitkan Aturan Perdagangan Karbon, Ini Isinya
- Polusi Udara di Jakarta Sedang Parah, Terapkan Tips Ini Biar Kesehatan Tetap Terjaga
- Jawaban Pemerintah Soal Polusi Udara Jakarta, Ujung-ujungnya Solusi Kendaraan Listrik
- Penyakit Akibat Polusi Udara yang Perlu Diwaspadai, Bisa Sebabkan Masalah pada Otak
Hal ini karena memang mempunyai ukuran yang sangat kecil.
"Mana yang paling berbahaya? yang paling berbahaya adalah partikel 2.5 (PM: per mikrometer), karena ini partikelnya kecil sekali, bisa masuk ke pembuluh darah, lalu masuk ke paru," kata Budi Gunadi di Gedung Parlemen Jakarta, Rabu (30/8).
"Hampir di semua negara yang polusinya tinggi yang diukur adalah partikel 2.5 micro," ujar Menkes Budi Gunadi.
Menkes Budi menjelaskan, untuk sumber dari partikel tersebut berasal dari hasil pembakaran karbon yang ada pada bensin digunakan oleh kendaraan serta dari industri.
"Sumbernya ini dari mana? sumbernya ini dari pembakaran, pembakaran dari karbon. Bisa pembakaran karbon yang ada di bensin untuk transportasi," ujar Menkes Budi Gunadi.
"Bisa pembakaran karbon yang ada di industri yang banyak pembakarannya seperti smelter industri baja itu kan butuh heating, bisa juga pembakaran sampah, karena ada unsur karbonnya," ujar Menkes Budi Gunadi.
Dari hasil pembakaran karbon itulah yang kemudian disebutnya menghasilkan partikel yang paling tinggi.
"Nah ini adalah partikel yang paling tinggi korelasinya ke penyakit-penyakit yang di depan tadi, yaitu infeksi saluran atas, infeksi paru, dan juga sebagian dari asma," tutur Menkes Budi Gunadi.
Sebelumnya, anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto meminta kepada Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin untuk melakukan kampanye penggunaan masker secara masif.
Hal ini mengingat masih memburuknya polusi udara di Jabodetabek. "Ini menurut saya Pak Menteri perlu kampanye masker secara masif ini. Pak Menkes belum ada upaya pemakaian masker. Kalau jaga jarak, cuci tangan, itu kan covid," kata Edy di Gedung Parlemen Jakarta, Rabu (30/8).
"Ya hemat emisi industri kendaraan bermotor, pengendalian debu teorinya memang seperti itu tapi impelementasinya kan susah," ujar anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto.
Dalam rapat kerja tersebut, Edy pun menyampaikan, perlu adanya hujan untuk bisa menurunkan kasus ISPA. Menurutnya, bila perlu dengan mengundang pawang hujan.
"Kita tinggal nunggu pawang hujan ini ya, Jakarta hujan, ISPA turun ini. Tapi kalau enggak ada hujan ya ISPA terus, atau percepatan pindah IKN ini polusi udara di Jakarta bisa terkendali," ujar anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto.