Heboh Gundukan bak Gunung Baru Muncul Usai Gempa Bawean Jatim, Ini Penjelasan Ahli
Gundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial dan diberi nama Bledug Kramesan.
Gempa Bawean Jatim terjadi pada Jumat (22/3) dengan magnitudo 6,5.
- Gempa Getarkan Garut Sabtu Pagi, Tiga Rumah Warga di Pasirwangi Rusak Parah
- Sempat Bikin Heboh Warga Grobogan, Ini Fakta Fenomena Kemunculan "Gunung Api" di tengah Sawah Bledug Kramesan
- Malang Diguncang Gempa Magnitudo 5,3 Getaran Terasa Lumajang hingga Jember
- Gempa Susulan 15 kali, Kerusakan Bangunan Terjadi di Pulau Bawean dan Tuban
Heboh Gundukan bak Gunung Baru Muncul Usai Gempa Bawean Jatim, Ini Penjelasan Ahli
Kemunculan sebuah gundukan tinggi di Desa Karanglundo, Kecamatan Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah menyita perhatian warga. Gundukan tersebut muncul setelah bencana gempa Bawean dengan magnitudo 6,5 pada Jumat (22/3).
Gundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial oleh akun yang beragam dan menjadi tanda tanya di publik hingga diberi nama Bledug Kramesan. Lalu apa sebenarnya gundukan itu?
Badan Geologi dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral memberikan penjelasna perihal gundukan yang muncul pascagempa Bawean terjadi.
"Fenomena terjadinya Bledug Kramesan di daerah Grobogan tersebut bukanlah suatu fenomena yang luar biasa," ujar Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam pernyataan tertulis pada Senin (25/3).
Wafid menjelaskan, fenomena alam tersebut disebut dengan mud vulcano atau semburan lumpur yang terbentuk karena material mud diapir yang lolos ke permukaan bumi melalui rekahan atau retakan besar.
"Batuan yang diendapkan pada zona ini setelah mengalami burial dan kompresi akan membentuk mud diapir yang terdiri atas material halus unconsolidated. Dimana material halus tersebut dapat lolos ke permukaan melalui rekahan-rekahan dan struktur geologi yang ada," ujar Wafid dalam keterangannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya mud diapir pun beragam. Misalnya penurunan lapisan tektonik, pengendapan yang cepat dari sedimen muda dan tebal, cairan mengalami tekanan berlebih dan sedimen dibawahnya mengalami pemadamatan, hingga potensi hidrokarbon yang tinggi.
Wafid menerangkan gempa di Bawean dengan magnitudo 6,5 berperan dalam membuat migrasi hidrokarbon atau lumpur menjadi lebih aktif dan menimbulkan gejolak lumpur yang akhirnya keluar melalui rekahan tektonik.
"Sistem migrasi hidrokarbon maupun lumpur menjadi lebih aktif karena adanya bukaan berupa rekahan maupun patahan sebagai akibat adanya gempa dangkal ini. Gejolak lumpur di daerah sekitar Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan menemukan jalannya untuk keluar melewati rekahan yg terbentuk akibat gempa tersebut," katanya menjelaskan.
Oleh karena itu, Wafid mengimbau agar tidak termakan berita hoaks yang berpotensi membuat panik dan menimbulkan interpretasi yang beragam.
"Untuk itu Badan Geologi merekomendasikan agar masyarakat di sekitar area Bledug Kuwu dan Bledug Kramesan tidak perlu merasa panik dan agar supaya tidak mempercayai berita-berita yang tidak bertanggungjawab serta tidak jelas dasar keilmuannya, sehingga dapat memberikan penafsiran yang beraneka macam," ujar Wafid.
Reporter magang: Alma Dhyan Kinansih