Hidayat Nur Wahid: Jangan mau diadu karena kita bukanlah domba
Hidayat juga menegaskan, pandangan miring tentang pondok pesantren semacam devide at impera yang digunakan VOC Belanda dalam menjawab Indonesia. Upaya adu domba itu sebagai bagian memecah belah NKRI yang sudah menjadi komitmen para pendiri bangsa yang sebagian besar para ulama.
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Hidayat Nur Wahid mengingatkan peran pondok pesantren dalam sejarah perjuangan Indonesia, melalui perjuangan para santri dan kiai. Sehingga tidak seharusnya muncul dikotomi yang seolah-olah pondok pesantren sebagai sarang radikalisme.
"Mereka menjadi bagian untuk terus mengambil peran sejarahnya, sebagaimana dilakukan dulu oleh para pahlawan bangsa, para kiai lewat pondok pesantren," kata Hidayat Nur Wahid usai Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Pondok Pesantren Daarul Ukhuwah, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Kamis (4/10).
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Siapa Nurul Hikmah? Pada Rabu (24/7) lalu, sebanyak 991 mahasiswa program pascasarjana UGM menjalani upacara wisuda. Di antara mereka ada Nurul Hikmah (25). Dia berhasil lulus dari Program Studi Magister Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM, dengan IPK sempurna 4.00.
-
Siapa yang memimpin serangan Kerajaan Mataram ke wilayah Malang? Sang raja ingin menaklukan seluruh pulau Jawa dalam satu kekuasaan Kerajaan Mataram. Saat menyerang Pulau Jawa bagian timur, ia tidak langsung menyasar Surabaya sebagai pusat Jawa Timur, tetapi menaklukkan kota-kota di sekitar Surabaya, termasuk Malang.
-
Kapan AMA Malang melakukan silaturahmi dengan PJ Walikota Malang? Pada tanggal 11 Januari 2024, jajaran pengurus AMA Malang melakukan silaturahmi ke kantor Walikota Malang untuk bertemu dengan Pejabat Juru Bicara (PJ) Walikota yang baru, yaitu Bapak Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M.
-
Siapa yang menjadi sasaran dari seminar Pendidikan Budi Pekerti di Malang? Seminar dengan tema Pendidikan Budi Pekerti Bagi Anak dan Remaja ini dilakukan di dua tempat di Kota Malang."IIDI memilih dua sekolah, yang di SMP 27 sudah dilaksanakan pada 2 Mei lalu pada waktu Hardiknas, sedangkan yang di SMA 2 dilaksanakan hari ini tanggal 14 Mei," terang Ketua IIDI Cabang Malang, Ny. Diyah Himawati Santosa, SE.
-
Siapa saja yang hadir dalam silaturahmi AMA Malang dengan PJ Walikota Malang? Tidak hanya beliau yang menyambut, tetapi juga dihadiri oleh sejumlah pejabat penting, termasuk Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Asisten 1) - Dr. Ida Ayu Made Wahyuni, SH, M.Si., Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Kopindag) - Dr. Eko Sri Yuliadi, S.Sos.M.M., Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata - Baihaqi S.Pd., S.E., M.Si. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) - Muhammad Nur Widianto, S.Sos. Dan Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan - Muhammad Fakhrurizal Hariez, S.STP, M.AP.
Kata Hidayat, pondok pesantren adalah bagian tidak terpisahkan dari Indonesia, rakyat Indonesia dan sejarah Indonesia. Bahkan Indonesia berdiri karena perjuangan para kiai di pondok pesantren seperti KH Wahab Hasbullah, KH Wahid Hasyim, KH Hasyim Ashari dan lain sebagainya.
Pondok pesantren di Indonesia lebih dari 26 ribu dengan 7 juta lebih santri di seluruh Indonesia merupakan potensi luar biasa. Seperti kelompok masyarakat yang lain, pondok pesantren dan santri perlu mendapatkan informasi tentang Indonesia berikut peraturan-peraturannya seperti empat pilarnya sehingga semakin mencintai Tanah Airnya.
"Seluruh pesantren yang kita datangi mempunyai tekad dan niat yang sama. Mereka cinta Indonesia, mereka ingin tetap bersama Indonesia, mereka ingin melanjutkan peran sejarah itu, karenanya seharusnya tidak ada dikotomi kalau seolah-olah kalau pondok pesantren sarang radikalisme, atau umat Islam menjadi terorisme, jangan gitu," terangnya.
Hidayat juga menegaskan, pandangan miring tentang pondok pesantren semacam devide at impera yang digunakan VOC Belanda dalam menjawab Indonesia. Upaya adu domba itu sebagai bagian memecah belah NKRI yang sudah menjadi komitmen para pendiri bangsa yang sebagian besar para ulama.
"Saya khawatir ide-ide itu, ide dulu dilakukan oleh penjajah Belanda dengan devide at impera, mengadu domba di antara kita, dibuat tidak bersahabat, tidak berukuwah, tidak bersaudara, saling mencurigai," katanya.
"Sosialisasi di Pondok Pesantren, para santri semakin cinta Indonesia, karena tahu Indonesia adalah warisan para ulama. Agar umat Islam tidak disalahpahami, jangan sampai Indonesia phobia (anti Indonesia) maupun Islamphobia (anti umat Islam). Karena seluruhnya memiliki peran luar biasa," jelasnya menambahkan.
Katanya, lewat sosialisasi yang digelar di pondok pesantren juga akan menyegarkan kembali ingatan pada sejarah. Agar Indonesia tidak menjauh dari cita-cita kemerdekaan, tidak menjauh dari fakta sejarah di mana dahulu pejuang sangat dekat dengan negara dan para pejuang begitu akrab.
"Jangan mau diadu domba karena kita bukanlah domba. Jangan mau diadu jangka karena kita bukan jangkrik," pungkasnya.
Baca juga:
Hidayat sebut proses hukum terhadap Ratna Sarumpaet adalah sebuah konsekuensi
Fahri Hamzah bantah Hidayat: Sandiaga itu bukan ulama, dia pedagang
Ditanya soal gelar ulama, Sandiaga bilang tanya Hidayat Nur Wahid
Hidayat Nur Wahid setuju iklan program Jokowi di bioskop dicopot
Petinggi PKS tolak komentari kasus korupsi libatkan Nur Mahmudi
Hidayat Nur Wahid yakin Gerindra komitmen jatah Wagub DKI untuk PKS