Ini cara membedakan Gucci & Louis Vuitton asli dengan KW
Masing-masing rumah mode memiliki cara untuk menjaga keaslian koleksinya.
Siapa yang tak pernah mendengar Hermes, Gucci, Louis Vuitton, Chanel? Merek produk mode dunia. Tas, sepatu, jam tangan, hingga pakaian dan aksesoris keluaran rumah mode tersebut dibanderol hingga ratusan juta rupiah.
Kualitas premium yang diakui pecinta mode dunia ini sudah tidak bisa dibantah lagi. Tidak sedikit yang rela merogoh kocek terdalam untuk mendapatkan satu item dari rumah mode tersebut.
Harga yang selangit tentu menjadi penghalang bagi kalangan menengah ke bawah untuk mendapatkan barang-barang bermerek tersebut. Tak jarang demi memakai atribut ternama, kalangan menengah ke bawah memilih untuk membeli barang-barang yang mencantumkan merek ternama meski palsu atau KW. Kemiripan dengan produk asli atau sekedar tercantum label merek terkenal, dinilai sudah cukup.
Namun, tak jarang yang memanfaatkan barang-barang KW tersebut untuk menipu konsumen yang memang mampu membeli barang asli. Ketidaktahuan konsumen menjadi senjata para pedagang nakal untuk menjual barang palsu dengan seharga barang asli.
Hal ini menjadi perhatian seorang personal shopper, Bintang Alzeyra (36). Bintang sudah menekuni dunia personal shopper sejak 5 tahun lalu. Berbekal hasratnya di dunia mode dan tempat tinggalnya di Eropa, Bintang mulai menjajaki dunia mode dari merek-merek dunia.
Bintang mengaku tidak asal dalam memberi saran kepada kliennya. Sebelum memberi saran kepada para klien, Bintang terlebih dahulu memastikan bahwa dirinya sudah memahami seluk beluk barang-barang bermerek tersebut.
"Sebagai personal shopper harus ngerti barang. Bagus atau tidaknya. Kualitas barang. Cara perawatan, jenis dan lain sebagainya. Soalnya biasanya klien langsung konsultasi, misal client A tanya, sepatu ini cocok enggak pakai tas ini kalau dalam acara ini. Personal shopper juga harus ngerti tentang keauthentican barang. Seperti Hermes, Louis Vuitton, Chanel, Balenciaga, Bottega Veneta, Fendi, Moschino, Saint Laurent, Valentino, Prada dan lain sebagainya," papar Bintang kepada merdeka.com, Rabu (1/4).
Bintang mengaku anti menggunakan barang-barang palsu lantaran dirinya sangat menghargai rancangan para perancang ternama di bawah merek-merek dunia tersebut. Hal itu, menurut Bintang merupakan hasil pemikiran dan masterpiece para perancang tersebut.
Oleh sebab itu, Bintang rela membagikan pengetahuannya seputar barang-barang bermerek agar konsumen tidak tertipu barang-barang palsu. Sebagai langkah paling mudah, Bintang menyarankan untuk mendatangi outlet atau butik dari rumah mode tersebut secara langsung.
"Langsung ke butik nya. Untuk beberapa brand hanya punya butik (tidak punya Factory Outlet) seperti Hermes, Chanel, Louis Vuitton. Sedangkan brand lain ada Factory Outlet nya seperti Prada, Dior, Balenciaga, Bottega. Tentu saja Prada, Dior, Balenciaga juga ada butiknya, akan tetapi klien bisa memilih, mau barang butik atau barang outlet. Barang di butik new season semua. Sedangkan FO barang last season semua rata-rata," papar Bintang.
Namun, untuk mendatanginya di Eropa, tentu bukan hal mudah. Bintang mengatakan, calon konsumen juga bisa memastikan keaslian dari masing-masing rumah mode dengan memperhatikan cara masing-masing rumah mode menjaga keaslian barangnya. Ada yang menjaga keasliannya dengan menyertakan sertifikat, ada pula yang melakukannya dengan cara lain.
"Hanya Prada yang punya sertifikat. Kalau Hermes masing masing tas stamp, stamp huruf yang menunjukkan tahun. Kalau Louis Vuitton punya data code yang menempel atau tercetak di dalam tas. Biasanya tertera negara pembuatan, bulan serta tahun pembuatan. Gucci juga punya data code sendiri, Chanel punya authentic card (ada nomor seri) yang sama persis dengan nomer seri yang biasanya terdapat di dalam tas," papar Bintang.
Untuk para konsumen yang tidak membeli barang secara langsung atau melalui reseller, Bintang mengatakan konsumen tetap bisa melacak barang tersebut asli atau palsu. "Barang yang asli dan kw bisa kok langsung dibedain dari bentuk, serta baunya biasanya kalau yang original, secara detail akan sempurna, mulai dari bentuk, motif, jahitan dan sebagainya," ungkap Bintang.
Dari sisi harga, Bintang menekankan bahwa kualitas barang asli dengan harga selangit tentu akan berbeda dengan barang palsu. Oleh sebab itu, Bintang meminta konsumen untuk berhati-hati dengan tawaran harga miring.
Bintang juga mengingatkan para konsumen untuk selalu merawat barang-barang tersebut mengingat harganya yang bisa mencapai ratusan juta rupiah. Sebagai personal shopper, Bintang mengaku tidak pernah lepas tangan dari para kliennya. Dirinya akan secara langsung menuntun para klien untuk menjaga barang-barang yang harganya selangit tersebut.
"Aku biasanya sih jelasin ke customer cara merawat barang-barang yang mereka beli, dari sepatu, tas dan lain-lain, soalnya temperatur Indonesia dan Eropa beda banget. Suhu lembap di Indo bikin kulit menjamur kalau enggak dirawat, terus terik matahari juga bisa merubah warna tas," jelas Bintang.
Baca juga:
Artis & pejabat tak segan buang uang banyak demi barang bermerek
Cerita WNI di Austria jadi personal shopper untuk para konglomerat
Bocah autis 11 tahun ini mampu menggambar peta dunia dari ingatannya
Mantan orang kaya yang rugi Rp 439 T coba bangkit dengan bisnis baru
Satpam 'gila' ini selalu sisihkan 3/4 gaji bantu anak miskin
Mengharukan, pria ini 18 tahun naik motor cari putranya yang hilang
-
Di mana letak "Swiss van Java"? Jalur itu menghubungkan antara pusat Kota Wonosobo dengan Dataran Tinggi Dieng, tepatnya menuju Desa Sembungan yang merupakan desa tertinggi di tanah Jawa.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Apa yang dilakukan Mies van Bekkum di Jakarta? Pada zaman dahulu, Mies van Bekkum datang ke tempat itu untuk menyatukan kembali keluarga Belanda yang terpisah akibat ditawan Jepang.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Bagaimana tawanan Jerman kabur dari penjara di Gunungsitoli? Kawasan penjara yang dijaga oleh sebagian polisi pribumi ini berhasil diajak kerja sama oleh tawanan Jerman.Akhirnya pada tahun 1942, tawanan Jerman berhasil kabur dari penjara dan mencuri perlengkapan senjata milik Belanda.
-
Kapan Agro Wisata Bhumi Merapi buka? Tempat ini buka mulai pukul 09.00 hingga pukul 17.00 WIB setiap hari.