Ini kekuatan armada tempur China di Laut China Selatan
China sengaja melakukan manuver agresif di Laut China Selatan.
Klaim China terhadap Laut China Selatan bikin banyak negara di kawasan Asia Tenggara berang, tak terkecuali Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo dalam sebuah wawancara dengan wartawan Jepang menyebut klaim tersebut tidak berdasar alias ilegal.
Namun, penolakan dari sejumlah negara tak membuat China lantas berdiam diri. China sengaja melakukan manuver agresif di Laut China Selatan. Negara komunis itu menempatkan tiga kapal perang di Atol Laut James Shoal, Malaysia.
Salah satunya adalah Kapal Induk Liaoning, yang mampu mengangkut belasan jet tempur J-15 (varian Sukhoi Su-33). Untuk mendukung penguasaan atas wilayah itu, China telah menempatkan armada lautnya di Zhanjiang, Provinsi Guangdong. Pangkalan ini meliputi Yulin Naval Base di Hainan Island, Guangzhou, Haikou, Shantou, Mawei, Beihai dan Stonecutters Island, Hong Kong.
Usut punya usut, klaim yang bikin repot enam negara ini dipicu kebijakan pemerintahan Partai Kuomintang (kini berkuasa di Taiwan). Mazhab politik Kuomintang menafsirkan wilayah China mencapai 90 persen Laut China Selatan.
China sejauh ini telah bersengketa sengit dengan Vietnam dan Filipina akibat klaim mereka di Kepulauan Spratly. Lima tahun terakhir, PBB belum bersikap atas protes dari pemerintah Indonesia. China juga tidak pernah menyinggung isu itu, sehingga hubungan Beijing-Jakarta relatif adem ayem.
Berikut armada tempur yang disiagakan militer China di Laut China Selatan:
-
Siapa saja yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan? Tiongkok menggambarkan tuduhan tersebut "hanya kebohongan belaka", dan mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menutup mata terhadap "provokasi dan pelecehan" yang berulang kali dilakukan oleh Filipina.
-
Apa yang menjadi polutan utama di udara Jakarta saat ini? "Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 11.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan situs IQAir tersebut.
-
Kapan terjadi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan contraflow di Tol Jakarta - Cikampek berlaku? “Rekayasa lalu lintas One Way dari GT Kalikangkung KM 414 sampai denhan Cikampek KM 72 dan selanjutnya Lajur Contra Flow Cikampek KM 72 sampai dengan Cikarang Pusat KM 36 diperpanjang hingga Senin 15 April 2024 pukul 24.00 WIB, atas diskresi Kepolisian,” tulis akun X @PTJASAMARGA.
-
Bagaimana konflik antar kelompok terjadi? Konflik adalah warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
Kapal Induk Liaoning
China menjadi salah satu negara yang memiliki kapal induk di kawasan Asia di era modern setelah Jepang dan India. Kapal induk yang dimiliki negara ini diberi nama Liaoning, yang diambil sesuai nama provinsi lokasi kapal perang ini bersandar.
Liaoning sendiri merupakan kapal induk kelas Admiral Kuznetsov. Kapal ini sebelumnya dibangun oleh pemerintah Uni Soviet untuk menandingi kekuatan AS di laut lepas, sayang hingga terpecah pembuatannya tidak pernah terselesaikan dan jatuh ke tangan Ukraina, lokasi pembuatan kapal ini hingga dijual kepada China.
Kapal ini sendiri memiki bobot kosong 53.050 ton, dan jika terisi penuh bobotnya mencapai 67.500 ton. Dengan kapasitas itu, kapal ini mampu mengangkut empat jenis pesawat tempur, yakni 24 Shenyang J-15, Changhe Z-18, 4 Ka-31 dan 2 Harbin Z-9.
Kapal ini dilengkapi mesin uap dengan 8 busi bertenaga 150 MW. Mesin ini mampu mendorong kapal dengan kecepatan 32 knots atau 59 km per jam, dan mampu menempuh jarak 3.850 nautical miles atau setara dengan 7.130 km. Karena ukurannya yang sangat besar ini, Liaoning dapat menampung 1.960 kru.
Kapal Penghancur
Sebagai pelengkap, China juga mengerahkan sembilan kapal jenis destroyer untuk mengamankan wilayah Laut China Selatan yang diklaim secara sepihak. Kapal yang dikerahkan tersebut berasal dari kelas Luyang, Luhai dan Luda.
Bobot kapal jenis Luyang ini memiliki bobot standar 5.850 ton, panjang 155 meter dan lebar buritan 6 meter. Untuk mesinnya bisa menggunakan bahan bakar diesel atau gas, serta dilengkapi 48 senjata anti udara, 16 meriam, 2 mortar dan 2 tabung torpedo. Kapal ini juga mampui mengangkut satu unit heli jenis Kamov Ka-27.
Kapal kelas Luyang yang beroperasi di Laut China Selatan antara lain Kunming (172), Lanzhou (170), Haikou (171), Guangzhou (168) dan Wuhan (169).
Sedangkan kapal jenis Luhai memiliki bobot sekitar 6.100 ton, panjang 153 meter dan lebar buritan 6 meter. Kapal ini dapat didorong dengan menggunakan bahan bakar diesel maupun gas dengan 2 unit steam turbines, dan memiliki kecepatan maksimal hingga 31 knots atau 57 km per jam. Hanya ada satu tipe yang dioperasikan di wilayah ini, yakni Shenzhen (167).
Terakhir, kapal destroyer kelas Luda memiliki bobot 3.670 tons, panjang 132 meter dan lebar buritan mencapai 4,6 meter. Di dalamnya terpasang dua turbin uap berkekuatan 53.700 MW dan mampu mendorong kapal dengan kecepatan 32 knots atau setara dengan 59 km per jam. Ada tiga jenis kapal yang beroperasi di Laut China Selatan, yakni Nanchang (163), Zhanjiang (165) dan Zhuhai (166).
Frigat
Ada tiga kelas kapal frigat yang ditugaskan untuk beroperasi di Laut China Selatan, yakni Jiangkai-Class II, Jiangwei II-Class dan Jianghu V-Class. Ketiganya termasuk kapal perang canggih yang dilengkapi pelbagai peralatan elektronik di dalamnya.
Terdapat delapan kapal kelas Jiangkai yang beroperasi di Laut China Selatan, antara lain Huangshan (570), Chaohu (568), Yuncheng (571), Yulin (569), Hengshui (572), Liuzhou (573), Yueyang (575) dan Sanya (574).
Untuk Jiangwei II hanya terdapat tiga kapal yang dioperasikan di Laut China Selatan, yakni Yichang (564), Huaihua (566) dan Xiangyang (567).
Sedangkan terdapat enam kapal kelas Jianghu V, yakni Beihai (558), Kangding (559), Dongguan (560), Shantou (561), Jiangmen (562) dan Foshan (563).
Korvet
Kapal korvet juga dikerahkan China untuk mengamankan Laut China Selatan dari lima negara yang ikut bersengketa. Kapal korvet tersebut merupakan kelas Jiangdao, yang memiliki kemampuan siluman yang dibuat sedikit lebih miring untuk mengurangi kekacauan terhadap strukturnya yang besar.
Meriam anti-kapal YJ-83 menjadi senjata utama dalam kapal ini. Untuk menjaga dari serangan udara, kapal dilengkapi dengan FL-3000N dengan kemampuan menembak sampai delapanm peluru. Terpasang juga meriam 76 mm, serta tiga tabung torpedo yang dipasang di kedua sisi kapal untuk menembaki kapal selam.
Kapal korvet yang bertugas untuk berpatroli di Laut China Selatan, antara lain Meizhou (584), Baise (585), Jieyang (587), Qingyuan (589) dan Luzhou (592).
Kapal selam
Berkat perjanjian persahabatan dan bantuan timbal balik antara China dan Soviet pada 1950, membuat China mendapatkan berbagai peralatan terbang canggih. Alhasil, negeri Tirai Bambu mendapatkan 84 jenis kapal selam tipe 033 yang seluruhnya dibuat secara lokasl dan menjualnya ke negara-negara lain.
Tipe ini merupakan peningkatan dari kapal selam aslinya, yakni Romeo dengan beberapa penambahan seperti pengurangan kebisingan, serta mengganti sistem sonarnya dari buatan Uni Soviet menjadi Type 105 sonar buatan China.
Sayang, dari 84 kapal selam yang sudah dimilik banyak di antaranya sudah dikanibalisasi, namun China masih mengoperasikan 13 lainnya. Delapan di antaranya diterjunkan untuk beroperasi di Laut China Selatan.