Insiden Papua, harusnya polisi persuasif bukan langsung tembak
Sebanyak 11 orang terkena tembakan polisi, 1 orang tewas.
Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) yang menaungi Gereja Injili di Indonesia (GIDI) angkat bicara soal insiden pembakaran musala di Kabupaten Tolikara, Papua,Jumat (17/7). Ketua Umum PGLII Rony Mandang menegaskan, insiden di Papua bukan pertikaian antar agama.
"Masyarakat di sana merasa tidak jadi tuan sendiri di Papua. Mereka harusnya tampil sebagai anak bangsa," kata Roni di kantor Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (18/7).
-
Kapan Masjid Raya Sumatra Barat diresmikan? Awal pembangunan masjid ini ditandai dengan peletakan batu pertama pada 21 Desember 2007 silam.
-
Kapan Masjid Cheng Ho di Palembang diresmikan? Masjid ini berdiri di atas tanah hibah dari Pemerintah Daerah dan baru diresmikan pada tahun 2006 silam.
-
Kapan Masjid Cipto Mulyo dibangun? Masjid itu dibangun oleh Raja Keraton Surakarta, Pakubuwono X, sekitar tahun 1905 Masehi.
-
Kapan Masjid Jami' Jayapura dibangun? Jika Masjid Baiturrahman berdiri pada tahun 1974, Masjid Jami’ sudah berdiri pada tahun 1943.
-
Kapan Masjid Baitul Makmur diresmikan? Bentuk dari kepala kubah masjid yang diresmikan tahun 1999 ini memiliki bentuk yang sama persis, sehingga menimbulkan kesan gaya arsitektur Timur Tengah yang begitu kental.
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
Rony menuturkan, berdasarkan kronologi yang diperoleh dari Jemaat GIDI di Papua, insiden itu justru dipicu tindakan aparat yang tidak mengedepankan musyawarah saat massa dari GIDI mulai berdatangan ke halaman Koramil 1702/JWY, lokasi yang dipakai menjalankan Salat Id.
"Saat mereka datang, aparat tidak mengedepankan berbicara dari hati ke hati. Itu yang kami sayangkan. Mereka katanya langsung membuat tembakan peringatan dan yang menyebabkan 11 warga luka-luka, satu orang tewas. Ini yang memicu kemarahan," jelas Rony.
Pihak kepolisian dianggap melakukan pembiaran atas insiden di Tolikara. Tembakan polisi justru dipandang sebagai tindakan provokatif.
"Aparat mestinya tahu, karena yang dituding menyerang anggota kami (GDII)," katanya.
Terlepas dari itu, pihaknya tetap mengecam insiden Papua karena mencederai kerukunan umat beragama secara nasional. Dia berharap petugas kepolisian mengusut persoalan ini lebih dalam.
"PGLII meminta kepada pemerintah untuk mendalami akar masalah ini. Apakah peristiwa ini merupakan rasa frustasi dari masyarakat yang tersisih? Ini yang harus diketahui terlebih dahulu," tegasnya.
(mdk/noe)