Inspiratif, ibu dan anak ini diwisuda bareng sebagai doktor di UGM
Keduanya merupakan dosen di Universitas Diponegoro Semarang.
Ada yang menarik dalam acara wisuda pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Kamis (23/4). Di antara 1.478 lulusan master dan doktor, terdapat ibu dan anak yang sama-sama ikut diwisuda. Bahkan keduanya sama-sama menyandang gelar doktor.
Meski keduanya terpaut usia lebih dari 23 tahun, namun diwisuda secara bersama antara ibu dan anak merupakan kejadian yang jarang terjadi di sebuah perguruan tinggi apalagi menyandang gelar akademik yang sama.
Dua orang dari ibu dan anak yang diwisuda ini adalah Dr. Dra. Sri Budi Lestari yang berusia 59 tahun sedangkan putra sulungnya, Dr. Budi Prasetyo, berusia 36 tahun. Keduanya sama-sama kuliah di Sekolah Pascarsarjana Universitas Gadjah Mada. Bedanya sang ibu mengambil kuliah di Kajian Budaya dan Media. Sedangkan anaknya di prodi ilmu lingkungan. Keduanya merupakan staf pengajar di Universitas Diponegoro Semarang.
Seperti dilansir Humas UGM, Sri Budi Lestari atau sering akrab disapa Ayie ini saat mengikuti prosesi wisuda di Grha Sabha Pramana UGM, Kamis (23/4), nampak duduk di kursi roda. Ia ditemani oleh sang suami, Didik Samadikun. Ayie menuturkan, sejak lima tahun terakhir, ia selalu menggunakan kursi roda dalam menjalankan aktivitasnya. Persisnya, sejak 1,5 tahun mengikuti kuliah S3 di UGM, Ayie tiba tiba jatuh sakit, otot paha kanannya tiba-tiba mengecil. Dokter kemudian memvonisnya terkena penyakit demyelinisasi.
Akibat penyakitnya itu, Ayie bahkan sempat untuk memutuskan berhenti melanjutkan pendidikan doktornya di UGM. "Sempat berpikir berhenti, anak dan suami memotivasi. Begitu juga promotor saya Prof. Suhartono, beliau terus memotivasi. Selalu mendukung dan mendorong saya untuk selesai kuliah. Kan cuma sakitnya di sini, yang lainnya sehat," kata ibu dari tiga anak ini menirukan ucapan sang promotor.
Wanita yang sudah memiliki lima cucu ini pun akhirnya bersemangat kembali menyelesaikan pendidikan S3 di UGM. Untuk mengikuti perkuliahan, Ayie selalu didampingi suami yang selalu mengantarkan ke manapun dia pergi. "Suami saya sampai ikut kuliah dan seminar untuk mendampingi. Untung dia sudah purna tugas jadi bisa menemani," kata Ayie yang menceritakan sang suami pensiunan staf ahli Gubernur Jateng.
Meski sempat cuti selama satu semester akibat penyakitnya itu, Ayie bisa menyelesaikan pendidikan doktor dalam waktu 6 tahun 4 bulan. Ayie mengaku ia juga tidak menyangka akan diwisuda bareng dengan anaknya. Dia justru bangga bisa menyelesaikan pendidikan doktor di usia yang tidak muda lagi. "Saya ingin memotivasi dan menginspirasi yang muda-muda. Saya sudah 23 tahun banyak beraktivitas (sebagai pengajar). Saya ingin meningkatkan keilmuan saya," kata Ayie.
Sang anak, Budi Prasetyo Samadikun, mengaku tidak menyangka bisa wisuda bersama dengan ibunda tercinta. Sejak awal, kata Budi, mereka sudah saling mendukung untuk segera menyelesaikan pendidikan S3 masing-masing. Beruntung mereka akhirnya bisa diwisuda dalam waktu yang sama."Dari dulu sudah ada angan-angan, kalo misalnya bisa wisuda bareng, eh nggak tahunya kesampaian," kata dosen prodi Teknik Lingkungan Undip ini.
Budi mengaku sangat mengagumi sosok ibunya yang sangat bersemangat menyelesaikan pendidikan meski kondisi fisiknya sempat menghambat aktivitasnya. Budi mengaku justru ibunya yang selalu memotivasi dirinya untuk fokus menyelesaikan pendidikan. "Di tengah jalan ada pasang surut, tapi kita saling support," kata Budi.