Isu beras plastik bikin warga Riau resah, Pemda diminta segera sidak
Polda Riau sejauh ini belum menerima laporan tentang adanya beras palsu dari plastik di wilayahnya.
Meski belum ada laporan resmi terkait peredaran beras plastik di Riau, namun sebagian warga kota Pekanbaru merasa khawatir. Sebab, beras yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat diduga palsu dengan cara dioplos dari plastik, mulai menjadi perbincangan di pasar dan ibu-ibu rumah tangga.
Desi, warga Jalan Ahmad Yani, sebelumnya merasa curiga beras yang dibelinya dari pasar yang tak jauh dari tempat usaha warung nasinya itu diduga beras oplosan plastik. Namun, Desi hanya bisa menduga sebab dirinya mengaku tidak tahu persis bagaimana ciri atau cara bedakan beras plastik dengan yang asli.
"Saya merasa heran saja, saat masak bubur, berasnya pecah. Gak seperti biasanya, tapi pas masak nasi normal sih," ujar Desi kepada merdeka.com Minggu (24/5).
Desi merasa curiga, sebab beras yang dibelinya terasa lebih tawar dan tidak berbau wangi seperti beras aslinya. Menurutnya, beras oplosan itu lebih putih dan lebih halus dari beras yang asli.
"Saya hanya bisa menduga ya mas, dan enggak tahu itu beras asli atau tidak, yang saya masak bubur kemarin sudah saya buang karena enggak jadi buburnya," kata Desi.
Saat ditanya mengapa dirinya tidak mau melaporkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan atau kepolisian, Desi meminta kepada pemerintah agar melakukan sidak ke semua pasar di Pekanbaru.
"Coba deh dicek saja ke pasar setiap hari. Kemarin saya beli beras milih-milih, takut saja kalau berasnya dari plastik gitu," kata dia.
Sementara itu, Kapolda Riau Brigjen Pol Dolly Bambang Hermawan saat dihubungi merdeka.com mengatakan, pihaknya belum menemukan adanya beras plastik di Pekanbaru.
"Sampai saat ini, kami belum menemukan adanya peredaran beras plastik di Riau. Jika warga menemukan indikasi tersebut, segera dilaporkan," ujar Dolly.
Dolly mengaku pihaknya sudah bersinergi dengan Pemerintahan Provinsi Riau dalam mengawasi indikasi peredaran beras plastik di Riau. Bahkan, Dolly juga memberikan tips agar warga bisa membedakan mana beras asli dan beras plastik.
"Kalau memang ada peredaran beras plastik di Riau, bisa dibedakan dengan cara merendamnya. Jika terapung angkat beras itu dan jangan dimasak, laporkan biar diuji labor," kata Dolly.
Menurut Dolly, dengan namanya beras plastik, tentu saja sangat mudah membedakannya, sebab plastik bersifat terapung dipermukaan air.
"Plastik itu kan sifatnya ngapung di air, mudah saja membedakannya. Dan sampai saat ini belum ada laporan dan temuan petugas atas dugaan beras plastik itu," pungkasnya.
Baca juga:
PKB desak DPR bikin Pansus selidiki beras plastik
Jokowi: Masalah beras plastik jangan digede-gedein
Beras plastik beredar, pedagang pasar tradisional ngaku sepi pembeli
Beras plastik beredar, pemerintah pastikan tetap tak impor tahun ini
Beras plastik beredar, Bulog cek 1.500 gudang penyimpanan
-
Kapan borgol plastik diperkenalkan? Borgol plastik atau plastic cuffs diperkenalkan pada 1965.
-
Mengapa warga Bandung mengolah sampah plastik menjadi kerajinan? Upaya warga sendiri merupakan langkah preventif untuk mengurangi sampah plastik yang sulit terurai dan berpotensi menumpuk hingga ribuan tahun.
-
Dimana sampah plastik yang dibakar dapat mencemari lingkungan? Partikel mikroplastik, logam berat, dan zat kimia beracun yang terlepas dari pembakaran sampah plastik dapat terbawa oleh angin atau air hujan dan mencemari sumber air, seperti sungai, danau, laut, dan air tanah.
-
Apa saja produk yang dibuat dari sampah plastik oleh warga Bandung? Beberapa produk yang dihasilkan rupanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi, seperti jam dinding hingga mainan wayang plastik. Sisi kreativitas ditampilkan sejumlah warga di Kota Bandung, Jawa Barat. Mereka mencoba menjawab permasalahan sampah plastik dengan menyulapnya menjadi kerajinan cantik dan unik.
-
Dimana sampah plastik ditemukan mengapung? Sampah plastik mengapung di Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Jakarta, Rabu (20/12/2023).
-
Kapan sampah plastik mencemari Sungai Ciliwung? Sampah plastik mengapung di Sungai Ciliwung, Kanal Banjir Barat, Jakarta, Rabu (20/12/2023).