Jarak pandang 300 meter, Bandara SSK II Pekanbaru lumpuh total
Dalam sepekan terakhir, kabut asap mencapai titik terparah.
Pekatnya kabut asap akibat dari kebakaran hutan dan lahan mengakibat jarak pandang Runaway Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Riau hanya 300 meter. Alhasil, aktivitas penerbangan menjadi lumpuh total, ribuan penumpang terpaksa mengembalikan tiket.
Airport Duty Manager SSK II Hasnan saat dikonfirmasi Minggu (27/9) mengatakan, ada 6 maskapai membatalkan penerbangan. Semestinya, keenam maskapai itu akan melakukan 36 penerbangan, baik itu kedatangan dan keberangkatan.
"Sudah ada 6 maskapai yang membatalkan penerbangan akibat jarak pandang tidak kunjung membaik. Saat ini jarak pandang berada di kisaran 300 meter," kata Hasnan.
Hasnan menjelaskan, 6 maskapai dimaksud adalah Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Fire Fly, Sriwijaya, Batik Air dan AirAsia. Maskapai dimaksud melayani rute domestik dan internasional.
"Penerbangan terakhir yang dibatalkan hingga kini adalah AirAsia tujuan Kuala Lumpur, Malaysia," katanya.
Jarak pandang di lintasan pacu bandara (runaway) sering berubah sejak pagi hingga petang, tapi tak pernah membaik. Bahkan menurut Hasnan, jarak pandang sempat menyentuh titik terendah, yaitu 50 meter.
"Itu terjadi pagi tadi. Kemudian sempat membaik sekitar 800 meter menjelang siang, lalu menebal lagi hingga mencapai 300 meter. Kondisi itu tak berubah sampai sekarang," tegas Hasnan.
Menurut Hasnan, hari ini merupakan kedua kalinya aktivitas Bandara SSK II terganggu. Pada Sabtu lalu (26/9) kemarin seluruh penerbangan lumpuh total.
"Dengan kondisi ini (kabut asap tak berubah), dikhawatirkan yang terjadi kemarin terjadi lagi pada hari ini, di mana 68 penerbangan terancam batal," ungkapnya.
Setiap harinya, sambung Hasnan, Bandara SSK II melayani 8.000 penumpang dengan berbagai tujuan. Dengan dibatalkannya puluhan penerbangan itu, para calon penumpang kemudian memilih untuk melakukan pengembalian tiket (re-fund) dan penjadwalan ulang (re-schedule).
Pantauan di ruang pelayanan penumpang, tampak antrean mengular mencapai 20 meter. Sebagian besar ada yang menjadwal ulang keberangkatan, dan sebagiannya membatalkan.
Salah seorang calon penumpang yang merupakan warga Malaysia, Ibrahim, mengatakan dirinya bersama anaknya harus segera kembali ke negaranya setelah kabut asap terus memburuk.
"Saya ke sini mengantar anak yang mau kuliah, tapi kabut asap memburuk memaksa kami kembali ke Malaysia. Sekarang kami tidak dapat kembali karena pesawat tak dapat terbang," ujarnya.
Baca juga:
Kabut asap Riau tak kunjung hilang, 34.846 warga kena ISPA
Kualitas udara di Palangkaraya, Pekanbaru dan Pontianak 'Berbahaya'
Imbas asap kebakaran hutan, bayi 8 bulan ini mengidap ISPA
Menteri Siti geram banyak kebakaran hutan & lahan di Pelalawan
57 Orang jadi tersangka karhutla di Riau, 15 perusahaan disidik
-
Apa yang menjadi ciri khas jalur kereta api Rangkasbitung - Pandeglang saat ini? Rel bahkan sudah ditumbuhi pohon di bagian tengahnya yang berarti usia rel sudah lebih tua dari tumbuhan besar tersebut.
-
Apa yang menjadi ciri khas PO Bus Bireuen Ekspress? Selain PO Bus PMTOH yang sudah dikenal masyarakat Aceh, armada bus yang satu ini juga tak kalah legendaris dan jadi primadona.
-
Kenapa kepala kambing direbus? Setelah direbus selama setengah jam, air rebusan pertama ditiriskan dan dibuang. Kambing kemudian dipotong kepalanya dan dibersihkan dari kotoran di mulut dan telinga. Kepala kambing dicuci hingga bersih dan direbus kembali sampai empuk.
-
Kapan jalur kereta api Jogja-Bantul ditutup? Karena kalah bersaing dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, PJKA akhirnya menutup jalur tersebut pada tahun 1973.
-
Kapan Bakso Aci Garut mulai ada? Mengutip laman baksoacinampol.epizy.com, bakso aci sendiri merupakan makanan khas orang Sunda yang sudah ada sejak abad ke-19. Mulanya makanan ini dibuat oleh masyarakat di tatar priangan seperti Garut, Tasikmalaya, sampai Bandung di tengah kondisi sulit era penjajahan Belanda.
-
Kapan Janjang Saribu diresmikan? Tembok ini telah diresmikan oleh Bupati Agam pada tahun 2013.