Jasa penukaran uang marak di Solo, Dinas Pasar gelar penertiban
Petugas memintanya untuk mundur ke trotoar agar tak mengganggu kendaraan yang parkir.
Meski Hari raya Idul Fitri masih 3 pekan lagi, namun jasa penukaran uang baru di Kota Solo mulai marak. Selain di jalur utama Jalan Slamet Riyadi, mereka juga menjajakan uang baru di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Urip Sumoharjo maupun di tempat strategis lainnya. Kondisi tersebut sering menimbulkan kemacetan, sebab mereka menggunakan badan jalan.
Dinas Pengelola Pasar (DPP) Solo berjanji akan menertibkan para penjaja uang baru tersebut agar tidak mengganggu lalu lintas.
"Kami akan menertibkan para penjual jasa penukaran uang di jalan-jalan protokol agar tidak mengganggu arus lalu lintas. Patroli sudah kita lakukan," ujar Kasi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Didik Anggono, Kamis (25/6).
Salah satu penjaja uang baru, Partini (50) warga Bibis, Banjarsari Solo mengaku sudah berkali-kali mendapat peringatan agar tak menggelar dagangannya di badan jalan. Petugas memintanya untuk mundur ke trotoar agar tak mengganggu kendaraan yang parkir.
"Satpol PP sudah minta kita agar minggir mas. Tapi kalau minggir kan nggak kelihatan, jadi nggak ada yang nuker uang nati. Makanya kita balik lagi ke jalan. Ini kan tidak ngeganggu lalu lintas," katanya.
Partini mengaku sudah membuka jasa penukaran dalam beberapa hari ini. Namun hingga siang hari ini belum ada satupun warga yang datang. Dia berharap Satpol PP tidak melarang para penjaja uang beroperasi. Sebab mereka mencari rejeki untuk mencukupi kebutuhan Ramadan dan Lebaran.
"Ini kan hanya setahun sekali, mbok ya jangan dilarang," keluhnya.
Pantauan merdeka.com, warga yang melayani jasa penukaran uang baru yang terdapat di pinggir jalan berjumlah cukup banyak. Mereka dilengkapi papan nama maupun poster bertuliskan 'terima penukaran uang baru'.
Para penyedia jasa itu biasa memperoleh jasa sebesar 10%-15% dari nilai transaksi. Minimal transaksi pecahan berjumlah seratus lembar.