Jika dibiarkan, bangkai paus di Pantai Aceh berbahaya bagi manusia
Selain dilarang dimakan, masyarakat juga diminta untuk tak menyentuh bangkai paus.
Ikan paus yang terdampar di Aceh hingga menjadi tontonan warga merupakan jenis sperm whale, atau lebih dikenal dengan sebutan paus sperma. Paus jenis ini, bila sudah mati akan mengeluarkan bakteri sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.
"Paus jenis sperma ini, kalau sudah mati bisa mengeluarkan bakteri lebih berbahaya bakteri dari mayat manusia. Sangat berbahaya untuk kesehatan manusia," kata petugas Kantor Satker Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Sabang-Lampulo, Bustami di Banda Aceh, Kamis (4/8).
Menurutnya, bakteri yang terkandung dalam ikan paus sperma ini, jangankan untuk dikonsumsi oleh manusia, disentuh saja bila ikan paus itu sudah mati bisa berbahaya bagi kesehatan.
"Jangankan manusia makan, anjing makan saja bisa berbahaya kalau paus tersebut sudah mati," tukasnya.
Katanya, sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) penanganan bangkai paus sperma ini yang sudah mati, yaitu ada dua langkah yang bisa dilakukan, pertama ditenggelamkan dan kedua dikuburkan. Bila lama berada di pinggir pantai, bisa saja meledak dan bakteri cepat menyebar.
"Kalau menunggu lama bisa meletus, bakterinya bisa bertebar. Kalau bisa tidak ada yang menyentuh dari sekarang," tukasnya.
Menurutnya, opsi yang baik paus itu ditenggelamkan ke dasar laut. Minimal sesuai dengan SOP yang ada, bangkai ikan paus tersebut harus ditenggelamkan 20 meter ke dasar laut.
"Kalau tidak, juga bisa berbahaya bagi yang ada di sekitar bangkai paus itu," jelasnya.
Bahkan, petugas yang melaksanakan penenggelaman ikan paus ini, sebutnya, harus menggunakan pakaian yang aman. Pakaian yang dipergunakan saat penenggelaman paus harus dimusnahkan dan petugasnya harus membersihkan diri dengan alkohol.
"Sangat berbahaya memang, sampai-sampai dalam SOP petugas diwajibkan membersihkan diri dengan alkohol, pakaian luar yang karet itu harus dibakar," imbuhnya.
Bustami mengaku, ikan paus tersebut memiliki panjang diperkirakan 7 meter, lebar 1,5 meter sampai 2 meter dengan bobot mencapai 2 sampai 3 ton. Sebelumnya, informasi yang dia peroleh ada dua ikan paus, namun seekornya lagi berhasil kembali bergerak ke laut lepas.
"Biasa mainnya itu lintasan Selat Malaka, dan kalau masuk ke arah barat itu sudah masuk ke Samudera Hindia. Jadi paus ini berimigrasi, tapi kita gak tau geraknya apa dari Samudera Hindia mau ke Selat Malaka," imbuhnya.
Sementara itu penyebab kematian ikan paus jenis sperma ini, sebutnya, hingga sekarang masih menunggu identifikasi dari Fakultas Kelautan dan Perikanan FKP Universitas Syiah Kuala (Unysiah).
"Nanti pihak Unsyiah akan mengambil sirip dan gigi untuk mengidentifikasi jenis penyakit kematian paus ini. Kita tunggu dulu hasil dari mereka. Soal waktu ada hasilnya, saya kurang paham," tutupnya.