Jokowi Kecam Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh: Tidak Bisa Ditolerir
Jokowi menekankan Indonesia mengecam keras kekerasan dan pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh
Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara soal tewasnya Pemimpin Politik Hamas, Ismail Haniyeh dalam serangan Israel, pada Selasa, (30/7/2024). Jokowi menegaskan bahwa kekerasan dan pembunuhan merupakan tindakan yang tidak bisa ditolerir.
- Jokowi Berulang Kali Minta Maaf Jelang Pensiun, Istana: Itu Sikap Kerendahan Hati
- Jokowi soal Keppres Pemberhentian Hasyim Asy'ari: Langsung Saya Tanda Tangan jika sudah Ada di Meja Saya
- Hakim MK Arief Hidayat: Pilpres 2024 Paling Hiruk Pikuk, Ada Pelanggaran Etik hingga Isu Cawe-Cawe Presiden
- Gus Halim: Jokowi Titip Salam ke Cak Imin, Apresiasi Pencapaian Raihan Suara PKB
"Ya itu sebuah kekerasan, pembunuhan yang tidak bisa ditoleransi. Dan terjadi di wilayah kedaulatan Iran," kata Jokowi di JCC Senayan Jakarta, Kamis (1/8).
Dia menekankan bahwa Indonesia mengecam keras kekerasan dan pembunuhan yang menimpa Ismail Haniyeh.
"Saya kira semua, termasuk indonesia mengecam keras kekerasan dan pembunuhan seperti itu," jelas Jokowi.
Sebagai informasi Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran, Iran saat menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7). Hamas telah mengonfirmasi pembunuhan ini dan menyebut Israel pelakunya.
Dalam pernyataannya Hamas menyampaikan, Haniyeh dan salah satu ajudannya terbunuh setelah bangunan di mana mereka menginap dibom.
"Gerakan Perlawanan Islam Hamas berduka bersama rakyat Palestina yang besar, bangsa Arab dan Islam, dan seluruh masyarakat merdeka di dunia: Saudara, pemimpin, syahid, Mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan tersebut, yang terbunuh dalam serangan Zionis yang kejam yang menargetkan kediamannya di Teheran,” jelas Hamas, seperti dilansir Al Jazeera, Rabu (31/7).
Garda Revolusi Iran juga mengumumkan pembunuhan ini.
"Subuh ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, menyebabkan beliau dan salah satu ajudannya syahid. Penyebabnya masih diselidiki dan akan diumumkan segera," kata Garda Revolusi.