Kabareskrim: Polisi tak bisa dibina, dibinasakan saja
Menurut Budi, institusi kepolisian saat ini sedang menjadi perhatian masyarakat dan media.
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Budi Waseso meminta Polri untuk berkomitmen dan bertanggung jawab membangun institusi Polri yang bersih. Sebagai salah satu orang yang memiliki kewenangan di Korps Bayangkara, KOmjen Budi berjanji bakal mengubah tudingan negatif terhadap Polri.
"Kita punya tanggung jawab bersama. Ini bentuk komitmen dan konsistensi agar institusi besar. Jadi jangan sampai ada oknum polisi yang melakukan kesalahan di organisasi ini," kata Budi dalam peresmian prakarsa anak Bhayangkara di Gedung Graha Purwira, Jakarta, Selasa (2/6).
Budi mengatakan, kalau ada oknum polisi yang melakukan pelanggaran lebih baik dibinasakan. Bagi mantan Kapolda Gorontalo tahun 2012 itu kesalahan okum tak ada kaitannya dengan institusi keamanan tersebut.
"Kalau ada yang salah binasakan saja karena organisasi kepolisian tidak pernah salah," kata Budi.
Menurut Budi, institusi kepolisian sedang menjadi perhatian masyarakat dan media. Salah satunya terkait tudingan gratifikasi dan korupsi yang dilakukan mantan calon Kapolri Komjen Budi Gunawan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Bahkan, menurut dia, akibat pemberitaan beberapa media terkait tuduhan tersebut citra kepolisian menjadi menurun. Pemberitaan atas Budi Gunawan yang dikaitkan dengan dirinya adalah bentuk tindakan mencari-cari kesalahan kepolisian.
"Saya teman dekat BG. Kadang ada berita miring yang melibatkan saya dengan dia. Hal ini menjatuhkan reputasi Polri melalui diri saya," pungkas dia.
Baca juga:
Budi Waseso merasa diadu domba dengan KPK soal lapor harta kekayaan
KPK tak bisa sanksi Kabareskrim yang ogah lapor harta kekayaan
Politikus PKS sebut hak Budi Waseso tolak lapor LHKPN ke KPK
Kabareskrim: Dewi penemu beras plastik cuma diperiksa, tak dipidana
Kabareskrim: Gimana mau bersihkan orang kalau kita enggak bersih
Takut kantor ambruk,Kabareskrim ingin punya gedung baru berlantai 17
Kabareskrim perintahkan jajarannya di daerah berangus korupsi
-
Mengapa Budi Waseso berpendapat Pramuka penting? Pasalnya, kata dia, kegiatan Pramuka sudah ada dari zaman kemerdekaan Indonesia. "Kalau kita bicara Pramuka jangan hanya sekarang. Artinya, itu harus berawal dari sejarah. Dari zaman kemerdekaan, sebelum kemerdakaan Pramuka itu sudah aktif dan sudah ada. Dulu namanya pandu-pandu disatukan jadi Pramuka.
-
Bagaimana menurut Budi Waseso, Pramuka seharusnya diterapkan? "Oleh sebab itu, mungkin kemarin Permen (Permendikbud) itu menurut saya harus dicabut. Karena kalau kita memulai dari itu ya kita harus scr keseluruhannya harus ada izin keppres-nya enggak. Artinya, tidak serta merta hanya melalui keputusan menteri," jelasnya.
-
Siapa yang menjenguk Budiono? Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, Heroe Soekandar, menjenguk dan memberi bantuan sembako serta kasur untuk Budiono.
-
Apa permintaan utama Budi Waseso kepada Menteri Nadiem? Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka, Budi Waseso meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mencabut aturan yang yang mencabut Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.
-
Siapa yang diminta Budi Waseso untuk mencabut aturan Pramuka? Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka, Budi Waseso meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mencabut aturan yang yang mencabut Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib di sekolah.
-
Bagaimana Heru Budi Hartono ingin menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta? Menurut Heru, kondisi ini perlu dievaluasi bersama. Hal itu disampaikan Heru saat membuka focus group discussion (FGD) terkait penanganan kemacetan di Ibu Kota di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Kamis (6/7). "Hari ini kita kumpul karena tuntutan dari masyarakat untuk diskusikan bagaimana salah satunya mengatasi kemacetan. Banyak masukan-masukan bagaimana kalau jam kerja dibagi. Terutama pada saat saya diskusi dengan Pak Kapolda, Pak dirlantas. Kalau jam 6 itu seperti air bah. Dari bekasi, Tangerang, Depok, jam yang sama menuju Jakarta."