Kasus hoaks Ratna Sarumpaet harus jadi pelajaran politisi mengedepankan kejujuran
Kasus hoaks Ratna Sarumpaet harus jadi pelajaran politisi mengedepankan kejujuran. Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, mengimbau para politisi mengedepankan kejujuran dalam berpolitik di Indonesia. Terlebih setelah kebohongan penganiayaan dialami aktivis Ratna Sarumpaet.
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, mengimbau para politisi mengedepankan kejujuran dalam berpolitik di Indonesia. Terlebih setelah kebohongan penganiayaan dialami aktivis Ratna Sarumpaet yang langsung direspons kubu Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga.
"Kita yang bergerak dalam dunia politik harus tegas menegakkan kejujuran. Kasus Bu Ratna Sarumpaet mengajarkan kita bahwa kebohongan walau mungkin dipercaya untuk sesaat, tapi pada akhirnya hanya menghancurkan dan memecah-belah," kata Grace dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (5/10).
-
Bagaimana Ratna Sarumpaet menunjukkan keaktifannya di masa Orde Baru? Di masa orde baru 1998, Ratna Sarumpaet juga aktif menyuarakan keadilan. Ia bahkan berorasi saat menduduki gedung DPR RI di tahun 1998.
-
Apa yang dilakukan Ratna Sarumpaet saat melakukan kunjungan sosial di Sintang, Kalimantan Barat? Pada 1992 ia juga berkunjung ke Sintang, Kalimantan Barat dan menjalankan misi sosial. Ia juga berfoto di dalam rumah adat Dayak bersama anak-anak di sana.
-
Apa yang dilakukan Ratna Kaidah? Ratna Kaidah kini menjadi seorang selebgram Bahkan, akun instagram pribadinya sudah punya banyak follower. Media sosialnya selalu ramai dengan banyak komentar Setidaknya, ada 225 ribu orang yang mengikuti akun instagram Ratna Kaidah saat ini.
-
Kapan R.A.A Kusumadiningrat memimpin? Sebelumnya, R.A.A Kusumadiningrat sempat memerintah pada 1839-1886, dan memiliki jasa besar karena mampu membangun peradaban Galuh yang cukup luas.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Mengapa Ratna Sarumpaet ditangkap di tahun 1998? Sebelumnya, ia bahkan sempat ditangkap pada 11 Maret 1998 di Ancol dan ditahan selama beberapa bulan karena tuduhan makar.
Grace mengaku prihatin dengan kebohongan yang disampaikan Ratna. Namun juga menyayangkan sikap terburu-buru kubu Capres-Cawapres Prabowo-Sandiaga yang dengan segera memanfaatkannya untuk menyerang kubu Capres-Cawapres Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Dalam dunia yang penuh hoaks saat ini, prinsip cek dan ricek mutlak diperlukan. Keterburu-buruan yang dilandasi sikap emosional berlebihan justru merugikan semua pihak," ujar Grace yang pernah menjadi jurnalis di media terkemuka ini.
Di satu sisi Grace, mengapresiasi sikap kepolisian yang langsung melakukan penyelidikan sehingga kasus kebohongan tersebut terbongkar. Sebab menurut Grace, apabila kasus tersebut berlarut dibiarkan bakal menjadi bola panas di masyarakat.
"Bayangkan kalau rakyat benar-benar menyangka bahwa Bu Ratna memang dianiaya secara sadis. Tidakkah itu akan menimbulkan kemarahan dan bahkan pembalasan berbentuk serangan fisik? Ngeri saya membayangkan berlangsungnya konflik horizontal dalam masyarakat yang saat ini memang sensitif secara politik," ujar Grace.
Oleh karena itu, Grace mengimbau semua pelaku politik untuk senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dalam suasana menjelang Pileg dan Pilpres 2019. Termasuk ketika memberikan pernyataan mengenai suatu permasalahan.
"Kita, para pelaku politik, sedang berada dalam sorotan masyarakat. Apa yang kita lakukan akan dijadikan rujukan oleh masyarakat luas. Kalau kita membenarkan dan bahkan menyebarkan kebohongan, kebencian, fitnah; itu akan langsung berdampak pada perilaku masyarakat," kata Grace.
Grace pun mengajak semua pihak untuk berkonsentrasi pada perumusan tawaran langkah untuk menyejahterakan masyarakat. "Mari bersama menjadikan proses pemilu untuk kepentingan masyarakat luas, bukan untuk kepentingan politik sempit yang menghalalkan segala cara," pungkas Grace.
Sebelumnya diberitakan, kabar terkait penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet sempat viral dan menghebohkan masyarakat. Calon Presiden sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bahkan sempat geram setelah mendapat laporan terkait penganiayaan tersebut.
Namun kabar itu perlahan terungkap. Polisi menemukan fakta lain. Polisi tidak menemukan jejak penganiayaan Ratna di Bandung, Jawa Barat pada 21 September 2018 sebagaimana informasi yang berkembang.
Polisi justru menemukan fakta bahwa Ratna tengah berada di salah satu klinik di Jakarta. Ibunda artis Atiqah Hasiholan itu disebut-sebut tengah menjalani operasi plastik di klinik tersebut.
Kebohongan itu akhirnya diakui Ratna Sarumpaet. Dia mengaku telah berbohong terkait penganiayaan yang dialaminya. Dia juga membenarkan telah melakukan perawatan di klinik tersebut.
Dalam kasus ini, Ratna dijerat dengan Pasal 14 dan Pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Selain itu, dia juga dijerat dengan Pasal 28 juncto Pasal 45 UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Penetapan tersangka Ratna Sarumpaet setelah polisi menerima laporan dari masyarakat terkait kebohongan penganiayaan dialaminya. Selain Ratna, sejumlah politisi dilaporkan terkait kasus tersebut.
Baca juga:
Kronologi tersebarnya cerita bohong penganiayaan Ratna Sarumpaet versi Fadli Zon
Kuasa Hukum sebut kepergian Ratna Sarumpaet ke Chile bukan untuk melarikan diri
Pertimbangkan usia, kuasa hukum siap ajukan penangguhan penahanan Ratna
Fadli Zon sebut hoaks Ratna Sarumpaet polisi layak raih MURI, bagaimana kasus Novel?
Fadli Zon soal hoaks Ratna Sarumpaet: Aktingnya dahsyat sekali
Fadli Zon: Polisi panggil Amien Rais mau apa, mempermalukan?
Kuasa hukum tegaskan kebohongan Ratna tidak ada kaitan dengan politik