Kasus pemerkosaan pedagang kopi, polisi tunggu hasil visum korban
Polisi melepaskan ketiga terduga pelaku lantaran tak cukup bukti. Keluarga korban berharap mendapat keadilan.
Hingga kini polisi belum merampungkan penyidikan kasus dugaan pemerkosaan terhadap ABG pedagang kopi di Gerogak Buleleng, Bali. Kapolsek Gerokgak Kompol Gusti Alit Putra menuturkan saat ini polisi masih menunggu hasil visum dari rumah sakit.
"Sudah empat hari kami menunggu hasil visum namun pihak rumah sakit RSUD Buleleng belum mengeluarkan," ucap Gusti Alit Putra, Senin (10/4).
Menurut Alit, pihaknya tidak mengerti kenapa pihak rumah sakit belum memberikan hasil visum tersebut padahal hampir setiap hari anggota penyidik menjemput ke rumah sakit.
"Tadi anggota kami kembali rumah sakit namun gagal mendapatkan hasil visum tersebut dengan alasan masih dibawa dokter," Akunya.
Dirinya mengakui kesulitan mengembangkan kasus tersebut mengingat bukti pendukung tidak lengkap.
Sementara itu, dari penelusuran merdeka.com tentang fenomena pedagang kopi di wilayah Kabupaten Buleleng. Ternyata faktanya korban yang masuk katagori Dakocan singkatan pedagang kopi cantik ini bukanlah berumur 17 tahun.
MD yang semula mengaku berumur 17 tahun, tujuannya agar diterima bekerja.
"Anak saya itu baru berumur 15 tahu. Orang dia baru tahun lalu tamat SMP. Kalau lanjut sekolah sekarangbkelas 1 SMA," Protes ayah MD, di Buleleng.
Sementara itu MD yang ada di sisi ayahnya ini masih terlihat murung. Pun demikian dia mengakui memang suka dan hanya mengenal Ibrahim (pelaku).
Namun soal dua teman Ibrahim, masing-masing Rizal dan Hilal diakuinya tidak kenal. "Saat itu hanya Ibrahim yang datang. Kemudian dia telepon temannya dan datang dua orang temannya itu (Rizal dan Hilal)," kenang MD.
Saat ke belakang, kata MD bukan sedang buat kopi tetapi sedang akan menaruh gelas. "Mereka sudah selesai minum kopi. Saya ke belakang taruh gelas, tapi si Bram (Ibrahim ) buntuti saya. Waktu itu Bram besarkan volume musik keras," ungkapnya.
Saat di belakang itulah dikatakan korban dirinya dibekuk oleh Bram dan diseret ke kamar mandi yang jaraknya hanya 4 meter dari tempat mencuci gelas.
"Tangan saya diikat dengan sarung. Kemudian di kamar mandi mata saya diikat. Saya dengar Bram minta temannya ambil gunting. Celana saya dirobek, saya teriak tapi suara musik keras sekali," akunya lirih dan meminta untuk tidak mengambil gambar foto.
Dalam keadaan telanjang, ia berusaha mencari HP miliknya. Namun kartunya sudah diambil oleh Bram. Dia mengaku terpaksa mengambil kartu di warung.
Untuk diketahui warung kopi tempat MD bekerja yang baru 6 hari itu juga menjual pulsa dan kartu perdana.
"Saat itu saya telepon bos saya. Terus saya telepon ibu saya," singkatnya sambil mengusap air mata.
Ibu kandung korban, mengakui saat tiba di tempat anaknya bekerja melihat putrinya dalam kondisi ketakutan dan menangis. Setelah bercerita, dengan diantar pemilik toko dan ibunya melapor ke Polsek Gerogak.
"Saya datang melihat anak dalam kondisi ketakutan dan suara musik disetel dengan keras. Celana anak saya juga robek," ungkapnya.
Dirinya berharap Polisi bisa mengambil langkah tegas. Pihak keluarga mengaku heran dengan tindakan aparat kepolisian yang membebaskan ketiga pelaku.
Terkait hal ini Kompol Alit hanya mengaku bahwa semua prosedur telah ditempuh untuk menangani kasus dugaan pemerkosaan tersebut.
"Kami sangat berhati-hati menangani kasus itu jangan sampai menjadi boomerang buat polisi," dalihnya.
Dia juga mengaku tidak punya alasan hukum untuk menahan ketiga lantaran belum cukup bukti. Terlebih ketiga pelaku membantah tudingan perkosaan tersebut.