Keadilan belum berpihak pada korban penggusuran di Denpasar Selatan
Sebuah tenda berukuran cukup besar, atapnya terlepas terkena terpaan angin kencang. Sehingga tenda yang biasa dijadikan tempat berkumpul para pengungsian warga Kampung Bugis, Serangan, Denpasar Selatan, untuk sementara tak bisa ditempati lagi.
Sebuah tenda berukuran cukup besar, atapnya terlepas terkena terpaan angin kencang. Sehingga tenda yang biasa dijadikan tempat berkumpul para pengungsian warga Kampung Bugis, Serangan, Denpasar Selatan, untuk sementara tak bisa ditempati lagi.
Saat memasuki halaman pengungsian, terlihat tiga wanita ibu rumah tangga, sedang berbincang-bincang sambil duduk di kursi yang kian lapuk karena termakan waktu. Sedangkan ada sekitar lima bocah kecil sedang asyik bermain di depan tenda pengungsian yang berukuran 3x4 meter tanpa menghiraukan udara yang penuh debu.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Apa yang disita oleh petugas Satpol PP di Denpasar? Barang bukti yang sita itu 4,5 kg daging anjing dan (ada yang sudah diolah) berupa rica-rica dan rawon. Itu, katanya laris dikonsumsi oleh orang-orang terbatas," kata Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, saat dikonfirmasi Kamis (1/8).
-
Kapan Benteng Pendem di Cilacap dibangun? Benteng pendem ini merupakan benteng peninggalan Belanda yang sudah ada sejak tahun 1861. Ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang bisa mengedukasi tentang sejarah terutama ketika penjajahan Belanda.
-
Dimana penggeledahan dilakukan? Video yang diunggah di Facebook pada 17 Agustus 2024 itu menampilkan sekelompok petugas berada di depan gerbang sebuah rumah. Mereka tampak tengah membacakan surat perintah penggeledahan.
-
Kenapa I Nengah Natyanta merantau ke Denpasar? Pria kelahiran asli Sidemen, Karangasem, Bali itu tidak pernah membayangkan dapat mendirikan bisnis yang menjelma menjadi besar saat ini. Nengah hanya seorang anak keluarga petani dan pedagang desa yang bertekad merantau ke Denpasar untuk mengubah nasib.
-
Kenapa kata berimbuhan penting? Kata berimbuhan akan memudahkan manusia untuk bisa mengungkapkan ide dan pikirannya dengan lebih jelas daripada hanya menggunakan kata dasar.
"Atap tenda itu tadi kena angin kencang dan atapnya lepas, itu tenda biasanya buat pertemuan atau tempat ngaji dan kumpul," ucap Nur Hayati (45) salah satu warga pengungsi Kampung Bugis Serangan kepada merdeka.com, Jumat (11/5) sore.
Puluhan tenda di pengungsian ini sudah berdiri sekitar 1,5 tahun lalu. Para pengungsi bertahan dalam tenda berukuran cukup kecil tersebut, karena tak ada tempat untuk pindah, setelah menjadi korban penggusuran sejak Februari 2017.
Tercatat sekitar ada 50 KK dan 150 jiwa yang masih menempati tenda di atas lahan pinjaman dari Haji Mahmuludin, salah satu warga Kampung Bugis, Serangan.
"Kalau anak-anak alhamdulillah sehat, iya kadang sakit juga kalau cuacanya panas, iya harapan kami semoga dibantu tempat yang layak," harap Nur Hayati.
Selain itu, Nur Hayati juga mengeluhkan saat ini suaminya yang seorang nelayan sedang tak bisa melaut karena musim angin kencang sehingga harus menganggur. Apalagi setiap bulan ada tanggungan yang harus di bayarnya.
"Kalau musim seperti ini, kadang memberatkan harus bayar pulsa listrik, kadang ada yang kena Rp 200 ribu per tenda, ada yang Rp 75 ribu dan Rp 150 ribu, tergantung pemakaian. Kalau tak mampu bayar iya lampu mati dan tidak bisa tidur karena banyak nyamuk. Iya semoga ada bantuan," tuturnya.
Sementara, Ibu Agis (36) yang juga salah satu pengungsi Kampung Bugis Serangan masih sedih usai penggusuran tersebut. Apalagi, saat terjadi hujan yang membuat tendanya kebanjiran hingga harus pindah ke tenda yang tak terkena banjir.
Selain itu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari Ibu Agis mencari berbagai jenis kerang di laut untuk dijual ke pengepul agar bisa menyambung hidup.
"Iya masih sedih, anak-anak masih trauma. Kalau bapaknya sudah hampir seminggu tidak melaut karena musim angin," ucapnya.
Ibu Agis, juga mengungkapkan jika musim angin kencang, ia membantu suaminya mencari berbagai jenis kerang di laut ketika air laut sedang tidak surut. Namun itu pun tergantung orderan dari para pengepul kerang yang nantinya akan dijual ke restoran.
"Iya begini aja mau ngelakuin apa. Kalau cari kerang iya paling dapat Rp 50 ribu, kadang Rp 35 ribu, Iya kerjanya dari pagi sampai siang tergantung surut atau pasang airnya. Kadang dapat 3 kilogram dan paling banyak 5 kilogram. Perkilonya saya jual Rp 12 ribu. Itu pun kalau ada orderan, kalau tidak ada iya nganggur," ungkapnya sambil tersenyum.
Senasib sepenanggungan, hal itu juga dirasakan oleh Ishak (50), Bapak tiga anak ini, selama bertahan di pengungsian banyak sudah penderitaan yang dirasakan. Ishak bercerita di tenda pengungsian kadang banyak tikus dan bau kencing dan kotorannya juga tercium.
Selain itu, Ishak yang berprofesi nelayan mengaku sudah 10 hari tidak melaut karena angin sedang tidak bersahabat. Untuk mencukupi kebutuhannya ia juga mencari kerang ketika air laut sedang surut.
"Iya harapan saya ada tempat yang lebih layak, karena sudah hampir 2 tahun menderita. Kalau siang tidak bisa istirahat karena panas, apalagi bau kencing tikus," ucapnya.
Selain itu, Ishak juga merasakan beban hidup untuk membiayai pendidikan anak-anaknya yang masih kecil. Selain itu, dia baru saja mendapat cobaan karena istrinya terkena penyakit gagal ginjal dan jantung. Sehingga, harus dirawat ke rumah sakit dan mengutang saudara untuk membayar pengobatan.
"Istri saya terkena jantung sama ginjal, sekarang sudah baikan dan proses kontrol. Untuk biaya, di rumah sakit kena Rp 11.000.500. Iya uangnya dapat pinjam ke saudara dan di bayar nyicil," tutupnya.
Baca juga:
32 Warga masih bertahan, pengosongan lahan Bandara NYIA libatkan Komnas HAM
Menhub minta pengosongan lahan tahap akhir Bandara NYIA tak pakai kekerasan
Pembongkaran vila ilegal di Pondok Berburu Cisadon
Penggusuran Pasar Kemiri Muka di Depok ditunda
Satpol PP Depok bongkar bangunan liar di atas trotoar
Lawan rencana eksekusi pasar Kemiri, pedagang geruduk PN Depok