Keberanian Soekarno lawan diskriminasi di sekolah
MK membubarkan sekolah elite RSBI karena menimbulkan diskriminasi. Soekarno sangat benci diskriminasi pendidikan.
Mahkamah Konstitusi (MK) membubarkan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) karena dinilai menimbulkan diskriminasi pendidikan. RSBI/SBI merupakan sekolah mahal dengan fasilitas khusus. Hanya anak orang kaya yang bisa bersekolah di sini karena biaya sekolahnya mencapai belasan juta per tahun. Disebut juga sekolah unggulan karena berbagai fasilitasnya di atas sekolah reguler.
Diskriminasi sangat dibenci Presiden pertama Indonesia Soekarno. Termasuk diskriminasi di bidang pendidikan. Soekarno dulu mati-matian melawan diskriminasi saat bersekolah di Hoogere Burger School, Surabaya. HBS adalah pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas.
-
Siapa yang melahirkan dan membesarkan Bung Karno? Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menjadi orang hebat salah satunya berkat peran besar sang ibu, Ida Ayu Nyoman Rai. Sadar betapa besarnya jasa sang ibu, Bung Karno selalu menghormati perempuan yang melahirkan dan membesarkannya itu.
-
Bagaimana The Banker menilai kinerja BRI? Dalam situs resminya The Banker melakukan pemeringkatan Top 1000 World Banks 2023 mengacu pada pencapaian kinerja keuangan pada 2022. Adapun aspek penilaian diantaranya terdiri dari sisi balance sheet, income statement, dan capital adequacy.
-
Kapan BBNKB dikenakan? BBNKB berlaku bila seseorang melakukan transaksi jual beli mobil bekas dan akan dikenakan biaya balik nama sehingga kendaraan tersebut memiliki nama sesuai dengan pemilik atau pembelinya.
-
Apa itu KPR BRI Suku Bunga Berjenjang? KPR BRI Suku Bunga Berjenjang adalah program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditawarkan oleh BRI dengan suku bunga yang berjenjang. Program ini memiliki suku bunga fixed rate pada tahun-tahun awal tertentu, kemudian suku bunga akan berubah pada tahun-tahun berikutnya.
-
Di mana rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu berada? Lokasi rumah ini berada di Jalan Jeruk yang kini berganti nama menjadi Jalan Soekarno-Hatta, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
-
Mengapa BNI membuka kantor cabang di Singapura? Pembukaan kantor cabang BNI di Singapura merupakan salah satu realisasi akan cita-cita BNI menjadi kekuatan moneter di dunia internasional, khususnya bagi NKRI yang baru saja merdeka kala itu.
Di sana jelas terasa diskriminasi bagi siswa pribumi atau inlander. Hanya kalangan ningrat dengan otak yang encer bisa sekolah di HBS. Soekarno yang bukan berasal dari keluarga kaya pun ngos-ngosan.
"Memang tidak murah bagi seorang inlander untuk bisa bersekolah di HBS. Di samping harus membayar 15 rupiah setiap bulan untuk uang sekolah dan pet seragam bertuliskan HBS, kami juga harus mengeluarkan lagi 75 rupiah setiap tahun untuk uang buku. Aku ingat betul jumlah ini, karena aku menghitung setiap rupiahnya dan menjaganya jangan ada lagi yang terpakai untuk hal yang tidak perlu," kata Soekarno dalam biografi yang ditulis Cindy Adams.
Dari 300 siswa HBS Surabaya, hanya ada 20 anak pribumi. Soekarno pun tak punya banyak teman di sekolah. Dia sering berkelahi dengan anak-anak Belanda.
Diskriminasi juga terasa dalam nilai dan sistem pengajaran. Hampir tak mungkin siswa pribumi diganjar nilai 10. Hanya anak-anak Belanda yang boleh mendapatkannya.
"Kami berusaha belajar dengan keras, tetapi sekalipun kami bertekun siang dan malam, nilai yang diperoleh anak-anak Belanda tetap lebih tinggi," kata Soekarno kecewa.
Bukan Soekarno kalau tidak melawan. Setiap hari melihat tokoh pergerakan HOS Cokroaminoto membuat nasionalisme Soekarno muda selalu mendidih. Soekarno terus menyampaikan ketidaksukaannya terhadap diskriminasi dan kolonialisme.
"Belanda berkulit putih. Kita sawo matang. Rambut mereka pirang dan keriting. Kita lurus dan hitam. Mereka tinggal ribuan kilometer dari sini. Jadi mengapa kita harus bicara bahasa Belanda?" protes Soekarno.
Melihat gambaran di atas, tentu Soekarno juga tidak akan setuju adanya diskriminasi pendidikan di Indonesia. Soekarno pun tak akan sudi melihat pendidikan tak bisa dinikmati oleh rakyat miskin.
(mdk/ian)