Keluarga Pensiunan Brigjen TNI Dipaksa Pindah dari Rumah Dinas di Sumur Batu
TNI AD melakukan penertiban terhadap penghuni perumahan di di Komplek TNI AD, Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (30/1). Salah satu rumah yang ditertibkan yakni yang dihuni oleh keluarga Brigjen (Purn) TNI Imam Soepomo, Jalan Howitzer Nomor 8, RT 01, RW 05, Sumur Batu.
TNI AD melakukan penertiban terhadap penghuni perumahan di di Komplek TNI AD, Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (30/1). Salah satu rumah yang ditertibkan yakni yang dihuni oleh keluarga Brigjen (Purn) TNI Imam Soepomo, Jalan Howitzer Nomor 8, RT 01, RW 05, Sumur Batu.
Sejak pagi, sejumlah truk milik TNI sudah berdatangan sekitar pukul 08.00 WIB. Personel TNI telah datang lebih dulu. Tak jauh dari lokasi eksekusi rumah itu, memang terdapat Mess Divif 3 Kostrad.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Kapan TNI dibentuk secara resmi? Sehingga pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Siapa menantu Panglima TNI? Kini Jadi Menantu Panglima TNI, Intip Deretan Potret Cantik Natasya Regina Ini potret cantik Natasya Regina, menantu panglima TNI.
Saat melakukan pengosongan rumah milik Soepomo, sempat terjadi adu argumen antara penghuni dengan aparat TNI. Saat itu, aparat Kodam Jaya tidak perbolehkan untuk masuk ke dalam rumahnya.
Namun perdebatan hanya terjadi sekitar 3-5 menit saja. Setelahnya, puluhan prajurit TNI pun langsung membantu penghuni rumah untuk membawa barang-barang milik keluarga Soepomo keluar rumah yang memang sudah dikemas terlebih dahulu.
Dalam melakukan pengosongan rumah, TNI AD menurunkan sebanyak 300 personel dan 16 truk bermuatan besar. Hal itu disampaikan oleh Kapendam Jaya Kolonel Zulhadrie saat berada di lokasi penertiban.
"Kita tertibkan sejumlah 8 rumah bagi penghuni yang tidak berhak lagi. Putra-putrinya purnawirawan yang mungkin tidak ada di bawah struktur TNI lagi. Nah kita sudah berikan peringatan 4 kali," kata Zulhadrie di lokasi, Jakarta Pusat, Kamis (30/1).
Pengosongan terhadap sejumlah rumah tersebut berdasarkan surat peringatan ketiga dengan nomor B/3708/XI/2019 yang diterima keluarga Imam Soepomo pada 12 November 2019. Surat peringatan itu ditujukan kepada delapan rumah yang belum mengosongkan barang dan meninggalkan rumah sejak Surat Peringatan (SP) pertama dikeluarkan.
Zulhadrie menyebut, pada tahun 2011 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah memenangkan pihak TNI sebagai pemilik rumah-rumah tersebut.
"Konflik itu sudah diajukan dari tahun 2010 di Pengadilan Negeri pusat. Kita sudah ada keputusan dari PN Pusat di tahun 2011, sesuai dengan nomer registernya 426 PDPG 2010 PN Jakpus 11 Mei 2011. Kodam Jaya sebagai pihak yang berhak," sebutnya.
Ia menegaskan, apa yang dilakukan oleh pihaknya saat ini sudah sesuai dengan prosedur hukum. Kendati demikian, saat ini warga tengah melakukan upaya hukum dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
"Sesuai proses hukum silakan mereka mengajukan, ya itulah haknya warga negara kan. Mereka merasa mungkin ada berkaitan dengan hukum, tapi sekali lagi kita juga kita bertindak sesuai dengan hukum," tegasnya.
Hingga kini, Kodam Jaya masih melakukan penertiban terhadap beberapa rumah dinas TNI AD yang masih dihuni oleh anak dari Purnawiran atau mantan anggota TNI AD.
Sementara itu, Ati Soepomo yang merupakan anak ke-5 Brigjen (Purn) TNI Imam Soepomo mengatakan, pihaknya baru mulai mengosongkan rumah sehari sebelum dilakukan pengosongan pada Kamis (30/1) pagi.
"Kemarin (ngosongin), tadi malam kami panik dengan melihat yang lalu, itu kan 13 rumah diangkutin semua akhirnya panik, yaudah kami kosong-kosongin, anak saya sih sebenarnya. Dia karena sudah panik, 'sudahlah'," kata Ati.
Untuk mengosongkan rumah milik almarhum bapaknya yang meninggal pada umur 91 tahun itu, berdasarkan inisiatif sendiri. Usai dikosongkan, ia pun langsung pindah ke sebuah apartemen.
"Saya kebetulan belum punya rumah. Saya sewa di apartemen, anak saya tiga, yang satu enggak ada, jadi dua. Anak saya kebetulan sudah kerja semua, sudah mandiri," ujarnya.
Dia menjelaskan, meski sudah pindah ke apartemen, bukan berarti mereka juga memindahkan barang-barangnya. Karena, baru saja kemarin barang-barang tersebut dipindahkan.
"Saya waktu nerima SP3, jadi cari-cari tempat, paling tidak saya mindahin barang-barang saya yang kaya surat-surat sama barang-barang berharga itu saya pindahin dulu ke sana. Tapi yang lain masih full (di rumah), saya masih tinggal di sini sampai kemarin," jelasnya.
"Untuk SP3 kami terima 12 November 2019. Terus Desember saya mulai ada tempat untuk ngurus barang. Enggak ditempatin rutin, baru kemaren karena isunya begitu ramai," sambungnya.
Lalu, untuk memindahkan barang-barang tersebut mereka dibantu oleh pihak TNI dengan menggunakan truk. Nantinya, mereka disewakan rumah sementara oleh pihak TNI.
"Dikeluarin, terus nanti diangkut pakai truk. Ada yang karena kan katanya disewain rumah buat satu bulan, itu cuma satu petak. Sedangkan ini kan rumah besar banyak sekali brang-barangnya, enggak cukup. Jadi ada yang karena jalannya kecil, truknya enggak bisa masuk diturunin saja di jalan," ucapnya.
(mdk/rnd)