Kemarau panjang, kekeringan di Banyumas makin parah
Kini kekeringan di Banyumas sudah meluas ke 17 kecamatan.
Kekeringan yang terjadi di Banyumas Jawa Tengah hingga saat ini semakin meluas. Bahkan, beberapa daerah kondisinya cukup parah, lantaran warga desa hanya menggantungkan kebutuhan air dari pasokan yang berasal dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas.
Kepala BPBD Banyumas, Prasetyo Budi mengemukakan jumlah desa yang mengalami kekeringan sudah mencapai 48 desa. Jumlah tersebut, jelasnya, lebih banyak dibanding kekeringan yang terjadi pada tahun sebelumnya.
"Kalau dari data yang ada selama ini biasanya hanya 14 desa, tetapi sekarang jumlahnya sudah 48 desa dan tersebar di 17 kecamatan," katanya saat dihubungi, Selasa (20/10).
Dia melanjutkan kondisi tersebut diperparah dengan keterbatasan armada yang dimiliki pihaknya saat ini yang hanya berjumlah dua mobil tangki.
"Karena itu, kami berusaha mengajak dunia usaha di Banyumas untuk ikut serta dalam membantu proses penyaluran air bersih. Walau sebenarnya masih minim," jelasnya.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan logistik BPBD Banyumas, Suyanto mengemukakan kekeringan yang terjadi pada saat ini hampir merata.
"Tetapi ada beberapa daerah yang menjadi perhatian khusus dari kami untuk beberapa wilayah, karena medan yang cukup sulit," jelasnya.
Dia merinci daerah tersebut meliputi Dusun Wanarata Desa Kalitapen, Desa Karangtalun yang berada di Kecamatan Purwojati. Kemudian, Desa Sawangan Kecamatan Ajibarang, Desa Kedungurang Kecamatan Gumelar, Desa Panusupan Kecamatan Patikraja, Desa Kasegeran Kecamatan Cilongok, Desa Nusadadi Sumpiuh dan Desa Plangkapan Kecamatan Tambak.
"Selain daerah yang sulit dijangkau, beberapa desa tersebut, warganya sudah sangat bergantung dari penyaluran air bersih. Karena di daerah mereka sudah tidak ada lagi sumber air yang bisa mencukupi kebutuhan untuk sehari-hari," jelasnya.
Pihak BPBD Banyumas tidak hanya melakukan distribusi air bersih pada siang hari, tetapi juga malam hari. "Kalau siang hari kami menyalurkan air bersih hingga delapan kali, sedangkan pada malam hari sampai lima kali," jelasnya.
Pemkab Banyumas pada tahun ini menganggarkan dana dari APBD sebesar Rp 250 juta untuk persoalan ini. Menurut Suyanto, jumlah ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya Rp 200 juta.
"Tetapi, jumlahnya ternyata semakin meluas daerah yang alami kekeringan. Kemungkinan hingga Oktober ini, masih cukup untuk kebutuhan distribusi air bersih," jelasnya.
Namun, diakuinya, jika masih kurang pihaknya akan mengajukan bantuan ke pihak BPBD Provinsi Jawa Tengah, BNPB dan dunia usaha. Dari catatannya, hingga saat ini sudah 725 tangki air bersih yang disalurkan kepada warga di 48 desa tersebut.
Baca juga:
Kemarau ekstrem, ribuan perahu terdampar di sungai kering
Panglima TNI: Sekat kanal & embung air solusi atasi kebakaran lahan
Pemerintah yakin kemarau selesai akhir tahun ini
Musim kemarau panjang, debit air Sungai Citanduy turun 60 persen
Waduk Gajah Mungkur ditutup, 23 ribu hektare sawah terancam kering
-
Kapan Air Terjun Nyarai terbentuk? Di sini, kamu bisa menikmati gemuruh air dan kolamnya yang terbentuk sejak ratusan tahun lalu.
-
Kapan Hari Air Sedunia diperingati? Hari Air Sedunia adalah peringatan global yang diadakan setiap tahun pada tanggal 22 Maret untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya air bersih dan keberlanjutannya.
-
Kenapa Hari Air Sedunia penting? Peringatan ini menyoroti tantangan-tantangan besar yang dihadapi dunia dalam hal krisis air, termasuk polusi air, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan akses terhadap air bersih.
-
Kenapa air tanah mudah tercemar? Namun, salah satu kekurangan yang dimiliki air tanah adalah mudah tercemar oleh zat tertentu, sehingga diperlukan sumber lainnya untuk menunjang kebutuhan air.
-
Apa yang terbakar di Kebagusan? Sebuah bangunan rumah dua tingkat yang berada di Jalan Kebagusan Raya, RT. 004, RW.04, Nomor 5, Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
-
Kenapa Air Panas Citando di Lebak sekarang terbengkalai? Sayangnya pemandian air panas yang dikelilingi pohon rindang itu tinggal kenangan. Kondisi tak terawat tampak di destinasi air panas Citando, Desa Senanghati, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Keadaan di sekitar area parkir, sampai titik sungai air panas sudah dipenuhi ranting dan dedaunan hingga menguatkan kesan terbengkalai.