Kemenkes: Rumah Sakit Asing akan Banyak, Tumbuh Bagai Jamur di Indonesia
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Abdul Kadir menyebut jumlah tempat tidur rumah sakit di Indonesia terbatas.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Abdul Kadir menyebut jumlah tempat tidur rumah sakit di Indonesia terbatas. Jika dibandingkan dengan setiap 1.000 populasi, maka ketersediaan tempat tidur hanya sebesar 1,18 persen.
Kondisi ini berbeda dengan rata-rata ketersediaan tempat tidur rumah sakit di Asia yang mencapai 3,3 persen.
-
Bagaimana atap rumah Rieke? Rumahnya juga memiliki atap yang tinggi, tanpa dilengkapi plafon, memberikan kesan luas dan terbuka.
-
Bagaimana Rumah Rungko dibangun? Rumah Rungko ini dibangun menggunakan kayu pilihan dan proses penebangannya memakan waktu hingga bertahun-tahun. Hal ini disebabkan masyarakat Kluet menggunakan parang untuk menebang pohon. Apabila parang tersebut terjatuh, maka tidak boleh dilanjutkan karena tidak diizinkan oleh Tuhan.
-
Apa fungsi utama dari Rumah Rakit di Palembang? Selain menjadi tempat tinggal, Rumah Rakit kerap digunakan sebagai penginapan, gudang, dan tempat berdagang.
-
Apa fungsi utama Rumah Rungko? Fungsi utama Rumah Rungko didesain cukup tinggi karena menghindari gangguan hewan buas. Hal ini kembali lagi ke kondisi sekitar rumah yang dikelilingi hutan lebat dan berada di pegunungan. Selain itu, ketinggian rumah ini berguna untuk terhindar dari bencana banjir.
-
Kapan Rumah Apung Tambaklorok diresmikan? Rumah apung ini telah rampung dibangun dan diresmikan pada tahun 2016 silam.
-
Bagaimana Rumah Rakit dapat berpindah tempat? Rumah Rakit sendiri bisa berfungsi sebagai sarana transpotasi bagi penghuninya. Rumah ini dapat dengan mudah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
"Artinya apa? Peluang untuk membangun rumah sakit di Indonesia masih sangat besar" katanya dalam acara Pra Muktamar IDI (Ikatan Dokter Indonesia) XXXI, Kamis (20/1).
Menurutnya, saat ini pembangunan rumah sakit masih terkonsentrasi di kota-kota besar Pulau Jawa. Sementara di wilayah seperti Maluku, Papua, Papua Barat, dan Kalimantan masih kurang.
Kenyataan ini membuka peluang besar bagi asing untuk membangun rumah sakit di Indonesia. Bahkan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan dan Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja sudah memberikan mandat kepada semua investor asing untuk membangun rumah sakit di Indonesia dengan kepemilikan saham sampai 100 persen.
"Ini bisa ditangkap teman-teman. Ini jadi persoalan di mana rumah sakit asing akan banyak, tumbuh bagai jamur nanti di Indonesia. Tahun ini sudah ada tiga rumah sakit dari Jepang akan masuk. Ini harus diperhatikan," ujarnya.
Banyak Warga Berobat ke Luar Negeri
Di tengah besarnya peluang membangun rumah sakit di Indonesia, Kadir menyoroti banyak warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri. Berdasarkan data, negara sudah menghabiskan uang sekitar Rp11,5 miliar dollar untuk pengobatan warganya di luar negeri.
"Ini berapa ratus triliun habis. Kenapa? Ada apa? Apakah dokter-dokter kita tidak cerdas? Atau dokter-dokter kita tidak pintar? Padahal dokter-dokter di Malaysia, Singapura, justru alumni Indonesia. Alumni UI, Unpad, UGM, dan kembali ke Malaysia," ucapnya.
Kadir menambahkan, pemerintah terus berupaya menambah kebutuhan tempat tidur di rumah sakit. Saat ini, pemerintah membangun rumah sakit vertikal di Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
"Maluku sudah jadi, Nusa Tenggara Timur insya Allah Juli ini beroperasi di Kupang, kemudian Papua masih bermasalah karena tanah," tandasnya.
(mdk/ray)