Jumlah Rumah Tak Berpenghuni di Jepang Semakin Banyak, Ternyata Ini Penyebabnya
Rumah kosong tidak hanya rumah lama, atau yang dijadikan penginapan.
Rumah kosong tidak hanya rumah lama, atau yang dijadikan penginapan.
Jumlah Rumah Tak Berpenghuni di Jepang Semakin Banyak, Ternyata Ini Penyebabnya
Penurunan jumlah populasi menjadi tantangan bagi Jepang.
Dampak dari kondisi ini, rumah kosong atau disebut dengan rumah akiya, semakin banyak ditemui.
Melansir The Asahi Shinbun, berdasarkan survei pemerintah Jepang, jumlah rumah akiya telah mencapai 9 juta secara nasional, atau 13,8 persen dari total jumlah rumah yang ada di Jepang.
Ini artinya, sekitar satu dari setiap tujuh rumah, kosong.
Menurut Kementerian Dalam Negeri, dari 9 juta rumah kosong sebanyak 4,76 juta merupakan rumah baru, disewakan atau dijual.
Sementara itu, sekitar 380.000 merupakan rumah liburan dan bangunan lain yang dimaksudkan untuk penggunaan musiman atau sesekali.
Namun, tantangan terbesarnya adalah meningkatnya jumlah rumah kosong yang terbengkalai tanpa tujuan penggunaan.
Jumlah rumah tersebut meningkat sebesar 370.000 dari survei sebelumnya menjadi 3,85 juta, yang merupakan rekor tertinggi.
Rumah-rumah yang terbengkalai dan kosong menimbulkan risiko keruntuhan yang signifikan.
Mereka juga rentan terhadap pembuangan sampah ilegal dan pembakaran, yang dapat mengancam keselamatan lingkungan.
Jumlah rumah kosong secara keseluruhan di seluruh negeri meningkat sebesar 510.000 dari 8,49 juta pada survei sebelumnya pada tahun 2018.
Berdasarkan prefektur, tingkat kekosongan tertinggi berada di prefektur Wakayama dan Tokushima sebesar 21,2 persen, diikuti oleh Prefektur Yamanashi sebesar 20,5 persen.
Survei ini dilakukan setiap lima tahun sekali sejak tahun 1948, dan terakhir dilakukan pada bulan Oktober 2023.
Jumlah rumah tak berpenghuni telah meningkat sejak tahun 1973, ketika data pembanding tersedia, dan jumlahnya meningkat dua kali lipat dalam 30 tahun terakhir.
Kementerian melihat populasi yang menua sebagai faktor utama di balik peningkatan jumlah rumah kosong yang ditinggalkan.
Banyak rumah yang tidak dihuni setelah para lansia yang tinggal sendirian meninggal atau masuk ke panti jompo.
Kecenderungan menuju “keluarga inti”, di mana anak-anak mereka tinggal terpisah, juga berkontribusi terhadap masalah ini.
Bahkan ketika diwariskan oleh kerabat, banyak rumah kosong yang dibiarkan begitu saja karena biaya pembongkaran yang tinggi, daya jual yang rendah, dan tantangan lainnya.
Seiring bertambahnya usia generasi baby boomer, jumlah rumah akiya diperkirakan akan semakin meningkat.
Untuk mengatasi masalah yang berkembang ini, pemerintah merevisi undang-undang yang relevan pada bulan Desember.
Berdasarkan peraturan baru, pejabat kota dapat meminta pemilik rumah kosong yang baru dikategorikan untuk mengelola properti mereka dengan baik.
Jika perbaikan tidak dilakukan, properti ini tidak akan memenuhi syarat untuk mendapatkan keringanan pajak.