Jumlah Bayi Lahir di Jepang Sentuh Rekor Terendah dalam 8 Tahun, Elon Musk: Negara Tersebut akan Hilang
Di tengah pandemi Covid-19, jumlah pernikahan pada tahun 2020 turun ke level terendah sejak akhir Perang Dunia II.
Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan pada tahun 2023 jumlah bayi yang lahir di Jepang berjumlah 758.631, mencapai rekor terendah selama 8 tahun berturut-turut.
Jumlah Bayi Lahir di Jepang Sentuh Rekor Terendah dalam 8 Tahun, Elon Musk: Negara Tersebut akan Hilang
Jumlah Bayi Lahir di Jepang Sentuh Rekor Terendah dalam 8 Tahun, Elon Musk: Negara Tersebut akan Hilang
Jepang kini menjadi sorotan masyarakat dunia. Sebab, angka kelahiran di Jepang semakin menurun setiap tahunnya.
Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan pada tahun 2023 jumlah bayi yang lahir di Jepang berjumlah 758.631, mencapai rekor terendah selama 8 tahun berturut-turut.
Permasalahan di Negeri Sakura itu pun juga menjadi perhatian, CEO Tesla, pemilik media sosial X, Elon Musk. Dia blak-blakan mengatakam Jepang akan hilang jika tidak ada perubahan.
Pernyataan tersebut Elon lontarkan dalam cuitan X, dia menanggapi sebuah akun yang menjelaskan tingkat kelahiran di Jepang mencapai rekor terendah.
"Jepang akan hilang, jika tidak ada perubahan," tulis @elonmusk, dikutip Kamis (7/3).
Melansir dari The Japan Times, angka kelahiran pada tahun 2023 turun sebesar 5,1 persen dari jumlah awal tahun sebelumnya sebesar 799.728, yang merupakan margin penurunan terbesar yang pernah ada.
Angka tersebut turun di bawah angka 800.000 untuk pertama kalinya pada tahun 2022.
Di tengah pandemi Covid-19, jumlah pernikahan pada tahun 2020 turun ke level terendah sejak akhir Perang Dunia II, dan angka tersebut merosot lebih rendah lagi pada tahun 2021. Hal ini mungkin berperan dalam penurunan jumlah kelahiran pada tahun lalu.
"Orang-orang cenderung menikah dan melahirkan di usia yang lebih tua, dan selain itu, virus corona mungkin juga berdampak pada pernikahan dan kelahiran,” kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah mengadopsi rancangan undang-undang untuk meningkatkan langkah-langkah mengatasi penurunan angka kelahiran, yang turun lebih cepat dari perkiraan.
RUU tersebut mencakup rencana untuk memperluas tunjangan anak dan tunjangan cuti penitipan anak. Pemerintah berencana untuk meningkatkan dana untuk langkah-langkah ini hingga mencapai ¥3,6 triliun atau Rp380 triliun per tahun pada tahun fiskal 2028.
Tak hanya itu, negara itu juga akan memperluas layanan penitipan anak dan mendorong kenaikan upah bagi pekerja muda.
"Penurunan angka kelahiran berada dalam situasi kritis. Enam tahun ke depan atau lebih hingga tahun 2030, ketika jumlah generasi muda akan menurun dengan cepat, akan menjadi kesempatan terakhir untuk membalikkan tren tersebut," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimasa Hayashi.
Dia menyatakan menurut perkiraan Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial populasi Jepang kemungkinan akan menurun sekitar 30 persen menjadi 87 juta pada tahun 2070, dengan empat dari setiap 10 orang berusia 65 tahun atau lebih.