'Keramat' tangga seribu pemicu penganiayaan di IPDN cuma mengada-ada
Alasan itu hanya dibuat-buat oleh para siswa IPDN, dan jiwa korsa ditanamkan dianggap berlebihan.
Peristiwa kekerasan lagi-lagi diduga dilakukan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Gara-garanya, taruna Akademi Militer (Akmil) tengah melakukan kunjungan kerja berfoto di tangga seribu kampus tersebut, yang dianggap sakral.
Hanya saja alasan pembenaran tindak kekerasan itu dianggap tak masuk akal. Apalagi hanya tangga yang seolah-olah disucikan.
"Enggak ada yang sampai sesakral itu. Bohong itu. Itu alasan penuhanan terhadap benda. Mananya yang sakral?" kata mantan dosen IPDN, Inu Kencana Syafii, kepada merdeka.com, Senin (30/11).
"Yang sakral itu Kabah sakral. Masjid, gereja, pura itu sakral. Pakai sepatu ke tempat suci, sakral, itu alasan. Mereka hanya mengada-ada," tambah Inu yang sudah 18 tahun mengajar di IPDN.
Jiwa korsa dibentuk para praja di IPDN itu menurut Inu menyimpang, dan hanya akan mencoreng institusinya. Apalagi yang disasar sebagai obyek kekerasan adalah dari kesatuan lain.
"TNI juga itu institusi. Berbahaya itu. Kalau dipukul, karena jiwa korsa. Jadi segala-galanya atas nama almamater. Jadi begitu diganggu, dia mulai membelanya. Padahal itu pura-pura saja," ucap Inu.
Sepengetahuan dia saat menjadi tenaga pendidik di IPDN, tidak ada yang disakralkan di kampus Jatinangor itu. "Bagi mereka (praja) saja itu ada. Tapi tidak ada bagi saya," lanjut Inu.
Dua taruna akmil mendapatkan perlakuan tidak mengenakan saat berada di kampus IPDN. Mereka dipukul hanya karena berfoto di tangga seribu. Sersan Taruna UDP dipukul di bagian dada kiri dan ulu hati. Sedangkan Sersan Taruna R dipukul di bagian ulu hati. Peristiwa itu terjadi pada 19 November lalu.