Akibat Gempa Susulan, Pelataran Masjid Jadi Tempat Merawat Pasien Covid-19 Sulbar
"Ada masjid di samping RS Regional Sulbar yang masih kuat dan mereka (pasien COVID-19) gunakan selasarnya,"
Perawatan pasien COVID-19 di Rumah Sakit Regional Provinsi Sulawesi Barat kini memanfaatkan pelataran masjid yang berada di samping rumah sakit.
"Ada masjid di samping RS Regional Sulbar yang masih kuat dan mereka (pasien COVID-19) gunakan selasarnya," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat dr Alief Satria dilansir Antara, Senin (18/1).
-
Apa gejala Covid Pirola? Mengenai gejala yang ditimbulkan akibat infeksi Pirola, diketahui belum ada gejala yang spesifik seperti disampaikan ahli virologi dari Johns Hopkins University, Andrew Pekosz, dilansir dari Liputan 6.Namun, tetap saja ada tanda-tanda yang patut untuk Anda waspadai terkait persebaran covid Pirola. Apabila terkena COVID-19 gejala umum yang terjadi biasanya demam, batuk, sakit tenggorokan, pilek, bersih, lelah, sakit kepala, nyeri otot serta kemampuan indera penciuman berubah, maka gejala covid Pirola adalah sakit tenggorokan, pilek atau hidung tersumbat, batuk dengan atau tanpa dahak, dan sakit kepala.
-
Apa yang dimaksud dengan kata majemuk? Kata majemuk adalah bentuk kata yang terbentuk dari penggabungan dua atau lebih kata dasar.
-
Apa itu Gajeuma? Gajeuma menjadi alat musik yang berfungsi sebagai pengiring lagu-lagu tradisional yang ada di Mentawai. Tiap daerah di Indonesia memiliki alat musik tradisional yang beragam dan unik. Tak jarang alat musik ini menjadi salah satu ikon atau ciri khas dari suatu daerah tersebut.
-
Mengapa kata majemuk penting? Kata majemuk memiliki peran penting dalam memperkaya kosakata bahasa dan memberikan nuansa yang lebih kaya pada ekspresi bahasa.
-
Berapa kekuatan gempa yang terjadi? Gempa 4,9 Magnitudo mengguncang Bali, Sabtu (7/9).
-
Kapan gempa Jogja terjadi? Peristiwa gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006 menyisakan pengalaman traumatik bagi sebagian warga Yogyakarta, khususnya mereka yang tinggal di Kabupaten Bantul. Guncangan gempa yang begitu kuat menyebabkan banyak rumah runtuh.
Perawatan di luar rumah sakit itu, kata dr Alief, harus dilakukan lantaran masih seringnya terjadi gempa susulan yang kerap membuat pasien hingga petugas kesehatan merasa takut.
Selain itu, trauma juga masih dirasakan akibat gempa magnitudo 6,2 yang mengguncang Sulbar pada 15 Januari lalu.
Menurutnya, segera harus dibangun tenda-tenda untuk isolasi mandiri bagi pasien COVID-19 yang selama ini dirawat di rumah sakit. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini, katanya, memungkinkan terjadi klaster baru.
"Ke depan jika dilakukan pemeriksaan secara masif, maka kita akan menjumpai kasus semakin banyak, dan itu harus kita persiapkan perawatan isolasi mandiri," kata dia.
Banyaknya fasilitas kesehatan mengalami rusak berat, tenaga kesehatan banyak yang trauma dan tidak bertugas, serta obat-obatan sangat kurang adalah gambaran dasar pelayan kesehatan di Sulbar saat ini.
Maka dari itu, dr Alief mengemukakan kondisi pelayanan kesehatan di Sulbar belum bisa dioptimalkan, maka untuk pasien COVID-19, masjid di sebuah rumah sakit Majene juga digunakan untuk merawat pasien.
"Ada satu masjid juga di rumah sakit yang digunakan untuk merawat pasien di rumah sakit regional Sulbar, tetapi yang lain belum kita tahu karena belum kita lakukan pemeriksaan lanjutan," ujarnya.
Baca juga:
BMKG: Tercatat 31 Kali Gempa Bumi Terjadi di Sulbar
Kapolda Sulbar Perintahkan 4 Polres Kawal Distribusi Logistik Gempa dari Penjarahan
Gubernur Ganjar Kirim 15 Relawan & Bantuan Logistik Bantu Penanganan Gempa Sulbar
59 Sekolah di Tiga Kabupaten Rusak Terdampak Gempa Sulbar
Tim Medis Unhas Mengoperasi 19 Korban Gempa di Sulbar
Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Barat Ditunda karena Fokus Penanganan Korban Gempa