Masjid di Sukoharjo Viral Gara-Gara Pengurus Dianggap Tak Ramah ke Jemaah, Ini Penjelasan Takmir
Ketua RT 01 Sunardi mengatakan bahwa kejadian tersebut hanya salah paham dalam hal penyampaian saja.
Masjid Al Ikhlas di Kampung Mendungan RT1 RW 4, Desa Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mendadak viral karena banyak tanggapan negatif dari netizen, khususnya yang pernah datang. Sejumlah akun media sosial bahkan mengunggah foto masjid yang terletak di sebelah barat Pasar Kleco Solo tersebut.
Salah satu unggahan media sosial menuliskan kalimat berikut : "diusir dari masjid karena cuma sekedar buka hp, suara anak-anak, dan baju dianggap tidak agamis," tulis pengelola akun medsos.
Pada unggahan tersebut juga disertakan keterangan lokasi masjid. Yakni Masjid Al Ikhlas, Mendungan, Kartasura Kab. Sukoharjo.
Beberapa slide yang juga diunggah berisi tulisan terkait pengalaman pribadi mereka saat datang ke masjid tersebut. Ada beragam ulasan atau review yang dilihat dari akun tersebut mengenai masjid tersebut. Ulasan tersebut tidak hanya terjadi pada waktu dekat, bahkan selama 2 tahun terakhir.
Kebanyakan mengulas soal tingkah seorang pengurus masjid yang dinilai kurang sopan saat menegur jemaah atau anak kecil yang ramai. Hingga melakukan pengusiran karena hanya memakai kaos. Masjid tersebut juga mendapat rating rendah di situs pencarian.
Ditemui awak media, Ketua RT 01 Sunardi mengatakan bahwa kejadian tersebut hanya salah paham dalam hal penyampaian saja. Sehingga tidak perlu diperpanjang dan diperdebatkan.
"Itu salah penyampaian saja, jadinya salah paham. Nanti akan berusaha memperbaiki cara penyampaiannya," ungkap dia.
Dikatakan Sunardi, peristiwa tersebut akan dijadikan bahan evaluasi untuk pengurus atau takmir masjid. Ia juga menegaskan jika penyampaian atau perkataan yang menyebabkan viral itu hanya dilakukan oleh oknum dan bukan kebijakan pengurus.
"Ini akan kami jadikan bahan evaluasi dan teguran buat kita semua. Jadi yang memperingatkan itu oknum bukan kebijakan pengurus masjid," ungkap Sunardi.
Sementara Kepala Kantor Kemenag Sukoharjo, Muhammad Mualim mengaku belum mengetahui adanya masjid di Kartasura yang viral di medsos itu. Namun menurutnya, secara umum masjid itu bisa digunakan untuk seluruh masyarakat.
"Saya belum bisa memberikan tanggapan lebih, akan cari tahu dulu permasalahannya seperti apa," jelas dia.
Mualim menambahkan kalau soal anak-anak ramai itu wajar, karena dunianya seperti itu. Mungkin kalau mau menegur dengan cara yang bijaksana, tidak harus diusir.
"Kalau nanti anak-anak tidak terbiasa ke masjid maka ke depannya malah kurang baik. Jadi kalau anak cuma ramai atau gojek (bercanda) itu biasa, karena masa anak-anak," katanya.
Ketua Takmir Masjid Al Ikhlas Muzayin menambahkan, pihak sudah menggelar pertemuan dengan pengurus masjid terkait masalah yang viral di medsos.
"Pengurus sudah saya kumpulkan dan saling bertemu untuk konfirmasi. Semua sepakat, untuk kita ingatkan dengan cara yang sopan dan halus," ucapnya.
Muzayin mengaku secara terbuka menyadari kalau masih ada kekurangan dan siap diperbaiki. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada jemaah yang merasa kurang berkenan lalu mengunggah di medsos.
"Ini barang kali sebagai masukan dan untuk perbaikan pengurus dan takmir. Saya malah senang ada masukan dan kita siap untuk berbenah. Saya mengucapkan minta maaf kepada jamaah yang mungkin sempat mampir yang mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan," ungkap dia.
Soal HP, katanya, sebenarnya sudah ada tulisan perihal penggunaan gedget saat berada di dalam masjid. Dia menduga ada jamaah yang masuk belum membaca .
"Imam kami itu kalau memperingatkan sebetulnya pertama kadang-kadang tidak bersuara cuma menyapa dan menunjukan tulisan. Biasanya banyak jamaah yang langsung mengerti, tidak masalah juga buka HP itu untuk baca Alquran tapi jangan terlalu keras dan itu imam tidak berkenan," lanjut dia.
Terkait anak-anak, lanjut dia, di masjid tersebut sudah dikondisikan.
"Sebenarnya beliau sangat sayang sama anak-anak.
Biasanya kalau ada anak tanya dulu, anaknya siapa. Terus menyampaikan tolong dijaga tapi kalau dikasih tahu dan tidak respons kadang beliau temperaturnya agak tinggi jadi memperingatkannya agak keras. Saya mengakui itu tapi itu bukan yang pertama, kalau pertama pasti lemah lembut," paparnya.
Sedangkan kaitannya dengan baju, lanjut dia, memang ada jemaah yang hendak menunaikan salat, namun mengenakan kaos yang di bagian belakangnya ada tulisan atau gambar yang kurang pas.
"Memang sering memperingatkan dengan baik agar pakai baju yang pantas. Dari takmir memang menyediakan baju, apabila ada yang pakai kaos," sambung dia.
Menurutnya banyak juga dari jamaah itu yang sebetulnya berterima kasih. Bahkan ada yang sepakat dengan pengkondisiannya dan ingin meniru di tempat asalnya.
"Saya memang sering menemui sendiri, kadang-kadang imam itu memperingatkannya agak tinggi. Tujuannya itu baik tapi yang menerima itu mungkin tidal senang," pungkasnya.