KIPI: Hasil Autopsi Trio Tak Bisa Simpulkan Meninggal Karena Vaksin AstraZeneca
Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari menyatakan hasil autopsi Trio Fauqi Virdaus yang meninggal setelah divaksinasi AstraZeneca tak bisa disimpulkan. Menurutnya, tidak cukup bukti untuk menyatakan penyebab kematian Trio karena vaksin.
Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari menyatakan hasil autopsi Trio Fauqi Virdaus yang meninggal setelah divaksinasi AstraZeneca tak bisa disimpulkan. Menurutnya, tidak cukup bukti untuk menyatakan penyebab kematian Trio karena vaksin.
"Mereka (dokter forensik) tentunya tugas pokoknya kan mencari sebab kematian. Ada dua kan terkait vaksin atau ada komorbid, dicarilah ke arah komorbid, enggak ditemukan. Dicari keterkaitan dengan vaksin, juga enggak berhasil ditemukan. Jadi mengeluarkan pernyataan bahwa kesimpulan tidak dapat ditentukan," katanya saat dihubungi, Kamis (29/7).
-
Apa yang dirasakan Vincent Raditya saat mengalami flu Singapura? Vincent Raditya menyatakan bahwa pada tahap awal, ia mengalami demam tinggi selama tiga hari. Ia merasakan tubuhnya lemas dan berat, serta mengalami nyeri pada leher.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
Dia mengatakan, hasil autopsi tersebut sudah dilaporkan kepada keluarga Trio. Dari bukti-bukti terakhir autopsi maupun lainnya penyebab kematian Trio tak dapat ditentukan.
"Kami menyatakan bahwa penyebab kematian ini kalau bahasa WHO (World Health Organization) nya inderteminate, kami sudah kirim ke Kemenkes jadi itulah rekomendasi kami," ucapnya.
Dia menuturkan, Trio tidak mempunyai komorbid. Sementara, bukti vaskin AstraZeneca menjadi penyebab dia meninggal juga tidak bisa dibuktikan. Ia mengakui memang ada flek hitam di paru-paru Trio, namun hal tersebut bukanlah bukti kuat nyawa Trio melayang.
"Dilakukan pemeriksaan ilmiah enggak ada bukti, enggak kuat. Sebagai dokter ya, sebagai ahli forensik, sebagai klinis, sebagai medis ini kan harus ada kaitan-kaitan. Kalau ini menyebabkan kematian harus terjadi ini, nah itu enggak ada, jadi susah kita, kalau sebagai seorang dokter ya," tuturnya.
Hinky memahami pihak keluarga berpendapat kematian Trio disebabkan vaksin AstraZeneca. Namun, dari segi medis harus dibuktikan hasil autopsi yang dilakukan sesuai kaidah ilmu kedokteran forensik.
"Kami sebagai dokter dan tim forensik sebagai ahli forensik ada kaidah-kaidah yang harus dibatasi dengan panduan-panduan yang telah ada. Itu enggak bisa mereka bilang ini karena begini, maka terjadi ini, karena itu sebab kematian karena ini, enggak bisa," ucapnya.
Lebih lanjut, Hinky tidak sependapat bila autopsi gagal mengungkap kematian Trio. Dia bilang, bahwa hasil autopsi tidak cukup bukti menyatakan kematian Trio karena vaksin.
"Autopsi dilakukan secara profesional oleh nakes yang mempunyai kompetensi dengan penuh tanggung jawab, jadi tidak gagal. Namun tidak cukup bukti untuk menyatakan keterkaitan vaksin dengan KIPI yang terjadi pada almarhum," pungkasnya.
Baca juga:
Keluarga Ungkap Hasil Autopsi Trio: Tak Ada Komorbid, Tapi Ada Flek Hitam di Paru
Komnas KIPI Sebut Autopsi Jenazah Trio Fauqi Virdaus Telah Rampung
Nasib Setelah Vaksinasi
Keluarga Menyayangkan Baru Ada Autopsi 16 Hari Setelah Kematian Trio Fauqi
Rapat Kerja di DPR, Komnas KIPI Jelaskan 2 Kasus Meninggal Usai Vaksinasi AstraZeneca
Keluarga Marah
Sebelumnya, Viki, kakak kandung Trio mengungkapkan hasil autopsi adiknya yang meninggal usai divaksin AstraZeneca. Dia mengungkapkan, bahwa tidak ditemukan komorbid atau penyakit bawaan yang diderita sang adik.
"Jadi hasilnya tidak ada penyakit apapun yang diderita apapun dari almarhum dalam arti kata komorbid gak ada, tapi ditemukan flek hitam di paru bintik bintik hitam di paru. Tetapi tidak bisa dikaitkan dengan kematian, itu statement RSCM loh ya, bisa dikatakan Trio ini bersih dari penyakit lain," katanya kepada merdeka.com, Rabu (28/7).
Hal itu diketahui Viki setelah melakukan zoom meeting terkait hasil autopsi Trio bersama dokter RSCM, Dinas Kesehatan, Jubir Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, Puskesmas dan didampingi Sekretariat RW.
"Dokter, RSCM, di dalam zoom meeting itu ada dokter, RSCM, Dinkes, ada orang Puskesmas di rumah saya yang bawa laptopnya buat zoom, ada disaksikan sekretariat RW, Kemenkes Bu Siti," ujarnya.
Dalam zoom meeting itu, Viki menanyakan kepada dokter apakah adiknya meninggal karena vaksin AstraZeneca. Namun, dokter tersebut tidak menjawab lugas apakah adiknya meninggal karena vaksin tersebut.
"Terus saat kami tanyakan, oh berarti kesimpulannya keluarga mempertanyakan dong ini murni karena vaksin AstraZeneca. Dokter dokter itu menjawab kapasitas kami hanya menyampaikan hasil autopsi dan kami tidak bisa menentukan karena AstraZeneca atau gimana karena kami hanya sebatas ini temuannya yang menyatakan Trio tidak menderita penyakit apapun, komorbid apapun," tuturnya.
Diminta Diam
Viki menyayangkan hasil autopsi adiknya yang tidak punya komorbid dilarang dipublikasi sebelum pemerintah mempublikasikannya. "Tapi saya gak mau, kenapa? karena terlalu lama, nungguin autopsi aja sampai dua bulan nanti mereka publikasi nya kapan, saya tahu pasti selesai program vaksin dong baru dipublikasikan. Ini asumsi saya," ujarnya.
Viki menyatakan bahwa adiknya meninggal setelah divaksin AstraZeneca. Sebab, adiknya tidak menderita penyakit bawaan apapun.
"Sudah jelas pak karena vaksin. Orang sebodoh bodohnya orang maaf ya, yang gak sekolah sekalipun saat bertanya hal ini, mungkin kalau orang awam pasti kan, 'oh sakit enggak ada', enggak ada. 'benar nih gak ada penyakit apapun?' gak ada," kata Viki.
"Oke kalau kita runtutin oh berarti dia benar karena vaksin. Karena kan cuma satu hari jedanya 24 jam. Pasti mas. Prof Indra pun statementnya menyatakan itu wajar kalau keluarga menyatakan itu karena mengacu dari hasil autopsi," sambungnya.
Viki juga menyayangkan, ibunya tidak boleh menyebarkan informasi ini kepada publik. Dia kecewa dengan sikap yang meminta keluarganya untuk bungkam.
"Memang zoom meeting itu kemarin tertutup tidak boleh di record, tapi saya record karena buat bukti otentik saya ngomong. Dan saya sangat sayangkan ibu saya disuruh tanda tangan surat bermaterai bahwa tidak boleh menyebar berita ini sebelum rilis resmi dari pemerintah, itu kami sayangkan berarti secara tidak langsung kami disuruh diam," ungkapnya.
Dia menambahkan, dalam zoom meeting juga dipertanyakan apa tanggung jawab pemerintah soal Trio meninggal karena vaksin AstraZeneca. Namun, ia bilang vaksin tersebut tetap akan disuntikkan ke masyarakat.
"Sempat adik saya Fika mempertanyakan juga apa tanggung jawab pemerintah selanjutnya, apa tindakan selanjutnya. Apakah vaksin itu dihentikan? Mereka menjawab tidak. Tidak dihentikan. Itu loh yang akhirnya keluarga merasa kok jadi kayak gini," kata dia.
Padahal, dulu Viki mengatakan, alasan dilakukannya autopsi agar penyebab kematian Trio punya kejelasan. Hal ini juga beriringan demi kepentingan masyarakat, penelitian, dan kejelasan vaksin Covid yang merupakan hal baru.
"Mereka mengakui loh di awal, tapi sekarang kok malah kami disuruh bungkam, suruh diam dan kami tidak dipuaskan dengan jawabannya," kata Viki.
"Sekarang nih, kalau dikasih hasil autopsi tanpa komorbid dan mereka mengakui ini murni karena vaksin, kan selesai. Tapi ini kok mereka berkelit kami tidak bisa bicara seperti itu," ujarnya.
Menurutnya, ditemukannya bintik hitam di paru adiknya tidak bisa dikatakan berkaitan dengan kematian. Dokter forensik juga menyatakan Trio sehat.
"Sehat (almarhum). Itu statement dari dokter forensik RSCM yang katanya melakukan autopsi bersama dengan para ahli masing-masing, misalnya ahli pantologi siapa, ahli mikrobiologi siapa, ahli bedahnya siapa," ungkapnya.
Lebih lanjut, Viki mengungkapkan respon Kemenkes dalam hal ini Jubir Vaksinasi Siti Nadia Tarmizi terkait hal ini. Dia mengatakan bahwa pemerintah terkesan membela diri.
"Respon begitu hanya meluruskan hasil autopsi sebenarnya, lebih kepada self defense ya menurut saya buat pemerintah dan yang disayangkan adalah statement bahwa meminta keluarga tidak menyampaikan hal ini ke masyarakat ke media, sosial media tentang zoom meeting hasil autopsi. Itu tanda tanya besarnya," pungkasnya.