Kisah Bripda Eka, polwan manis yang nyambi jadi tukang tambal ban
Meski sudah menjadi polwan, terkadang Bripda Eka tidak malu untuk membantu ayahnya menambal ban di bengkel.
Beberapa waktu lalu pemberitaan media dihebohkan dengan kisah inspiratif dari anak muda bernama Muhammad Taufik Hidayat. Dalam segala keterbatasannya bahkan tidur di kandang sapi, taufik akhirnya bisa mengejar cita-cita menjadi seorang anggota polisi. Taufik resmi menjadi seorang anggota Brimob dengan pangkat Bripda.
Kisah Bripda Taufik tersebut ternyata bukan yang pertama dan terakhir. Di Salatiga, juga ada kisah nyaris serupa. Kondisi ekonomi orang tua yang pas-pasan ternyata tidak membuat sosok gadis berparas manis ini putus asa. Meski ayahnya hanya seorang buruh tukang tambal ban, malah membuat Bripda Eka Yuli Andini (19) bersemangat dalam menempuh masa depan sebagai polwan.
Gadis lulusan SMK Negeri 2 Salatiga jurusan Teknik Komputer dan Jaringan ini, dengan mulus lolos tanpa uang sogokan menempuh pendidikan kepolisian Pusdik Binmas, Banyu Biru, Ambarawa, Jawa Tengah. Selain itu, selama menempuh masa pendidikan sebagai Sekolah Calon Bintara (Secaba), berhasil mengukir prestasi rangking tujuh dari 7.000 peserta lainnya saat pendidikan kepolisian se-Indonesia.
Meski sudah menjadi polwan, terkadang Bripda Eka tidak malu untuk membantu ayahnya menambal ban. Lalu bagaimana kisah inspiratif Bripda Eka tersebut? Berikut rangkumannya:
-
Kenapa Bripda Seri terinspirasi menjadi polisi? "Dahulu keberadaan kami suku anak dalam sangatlah tidak diperhatikan sampai seorang Bhabinkamtibmas datang ke tempat kami dan mensosialisasikan perekrutan anggota Polri.""Tak hanya itu Pak Bhabin juga membawakan sesuatu untuk kami. Sejak saat itu saya menemukan sosok kebaikan seorang polisi. Saya pun bercita-cita menjadi seperti Pak Bhabin tersebut," ucap Bripda Seri.
-
Di mana Ria Ricis melapor ke polisi? Di sini saya merasa dirugikan dan sangat terancam tentunya
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Siapa yang ditangkap polisi? "Kami telah mengidentifikasi beberapa pelaku, dan saat ini kami baru menangkap satu orang, sementara yang lainnya masih dalam pengejaran," ujar Kusworo.
-
Buah apa yang sering diincar polisi? Buah yang sering diincar polisi?" Buahndar narkoba.
-
Kapan Tiko Aryawardhana memenuhi panggilan polisi? Tiko Aryawardhana, suami penyanyi Bunga Citra Lestari memenuhi panggilan penyidik Polres Metro Jakarta Selatan. Ia diperiksa terkait laporan Arina Winarto (AW) yang merupakan mantan istrinya soal dugaan penggelapan dana Rp6,9 miliar.
Sejak SMP hingga jadi Polwan, Bripda Eka nyambi jadi penambal ban
Bripda Eka sudah dua bulan menjadi polwan, namun di sela-sela kesibukannya sebagai abdi negara terkadang dia tetap membantu profesi ayahnya sebagai tukang tambal ban di Jalan Veteran, Pasar Sapi RT 2 RW 6, Kota Salatiga, Jawa Tengah dan bengkel.
Di rumah kontrakan sekaligus bengkel yang hanya berukuran 6 X 6 meter ini Bripda Eka jika lepas piket di Mapolresta Salatiga, Bripda Eka membantu kesibukan orang tuanya melayani langganan tambal ban ayahnya. Kesibukannya ini dilakukannya sejak duduk di bangku sekolah mulai SMP hingga SMK.
Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sabirin (49) dan Darwanti (40) ini awalnya sama sekali tidak terbayang di benaknya untuk menjadi seorang Polwan. Awalnya Eka ingin bekerja di sebuah stasiun televisi nasional. Makanya, dirinya mengambil jurusan Teknik Komputer dan Jaringan agar mahir dalam bidang editing gambar dan animasi di televisi atau bidang broadcasting.
"Orangtua saya nggak pernah mengarahkan. Saya awalnya pingin kerja di broadcast, bagian editing dan ahli animasi karena saya ingin bekerja di stasiun TV terkenal. Pernah membuat web dengan teman-teman. Suka saja ngedit video, ngedit foto pokoknya yang berbau desain grafis lah," ungkapnya saat ditemui merdeka.com Selasa (25/2) di RSUD Salatiga di Bangsal Kelas 3 Flamboyan, Kota Salatiga, Jawa Tengah menunggui ayahnya Sabirin yang sedang sakit.
Namun, menjelang kelulusan, Bripda Eka mendapat dorongan dari Mara Tilofashanti salah satu guru multimedia komputer di SMK Negeri 2 Salatiga yang saat itu ada sosialisasi penerimaan polwan dari Polresta Salatiga. Bripda Eka kemudian mencoba mengadu nasib dan keberuntungan mengikuti seleksi penerimaan Secaba Polri di Kota Semarang, Jawa Tengah.
"Sebelum jadi polwan. Awalnya aku sempat daftar salah satu perusahaan perkabelan automotif di PT Autocom di Subang, Jawa Barat. Saat itu tes tertulis dulu. Terus dapat panggilan ke Semarang untuk seleksi setelah tes kesehatan di Polri. Kemudian bebarengan, saya milih seleksi di Polri saja kemudian mengikuti tes kesehatan dan membatalkan untuk tes di PT Autocom. Ingin cepet kerja biar bisa bantu ayah dan tidak menambal ban terus," tutur gadis berkelahiran 30 Juli 1996 ini.
Bripda Eka mengaku tidak percaya diri karena gadis berparas imut ini hanya memiliki tinggi badan 156 dengan berat hanya 48 saja. Namun, karena mendapat dorongan dari teman-teman sekolah, orangtua dan gurunya, akhirnya bersama 19 teman satu sekolahnya Bripda Eka mengikuti proses seleksi Secaba Polri.
"Ada teman-teman daftar sekitar sekelas lima sama saya. Kalau satu sekolah SMK Negeri 2 Salatiga ada sekitar 20 teman sama saya. Terus daftar, saya khan tinggi badan pas-pasan banget. Kok kayak tinggi badan ngepres. Di bujuk Bu Mara, udah gak papa ikut saja, tahun kemarin ada 7.000 polwan diterima. Kapan lagi ada kuota seperti itu. Eh, ternyata sekarang sudah jadi Polwan. Alhamdulillah saya jadi rangking tujuh selama pendidikan 1,5 bulan di Banyu Biru, Ambarawa," ungkapnya.
Meski telah berhasil menjadi anggota polwan, sosok Bripda Eka tetap menunjukkan kesederhanaannya. Kesantunan dan kepatuhan kepada kedua orangtuanya pun tetap dijaga.
Terbukti, saat menunggui ayahnya Sabirin yang sedang sakit paru-paru, dengan setia bersama ibu dan adik semata wayangnya Arjuna Dwi Bagaskara (16) yang saat ini juga duduk di bangku sekolah SMK Negeri 2 Salatiga seperti dirinya. Meski dirinya kini telah sibuk bertugas sementara di Unit Shabara Polresta Salatiga, Jawa Tengah.
Bripda Eka jadi Polwan tanpa sogokan
Bangga! Itulah kata yang terucap dari bibir Sabirin (49) ayah dari Bripda Eka Yuli Andini (19), anggota polwan Polresta Salatiga, Jawa Tengah yang baru dua bulan menjalankan kewajibannya sebagai abdi negara. Bripda Eka sementara ditempatkan di Unit Shabara.
Selama menjalani proses seleksi Secaba di Pusdik Bimas Banyu Biru, Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Sabirin tidak mengeluarkan biaya atau sogokan seperti yang dikabarkan dan menjadi rahasia umum masyarakat.
"Saya bangga, anak saya bisa masuk dan menjadi anggota polwan tanpa sogokan. Sebab, dari kabar yang tersebar kalau ingin jadi polisi harus bayar sogokan atau uang pelicin sebesar Rp 16 juta. Ternyata terbukti, anak saya tidak membayar atau menyogok," ungkap Sabirin saat ditemui merdeka.com Rabu (25/2) yang dalam posisi rebahan sambil diinfus tangannya di Bangsal Kelas 3 Flamboyan, Lantai 4 RSUD Kota Salatiga, Jawa Tengah.
Hanya saja, jerih payahnya menabung dari bekerja selama dua tahun lebih sebagai buruh tukang tambal ban harus habis.
"Setiap hari, hasil tambal ban bengkel saya yang dicarikan tempatnya oleh tetangga mertua saya (nenek Eka) sejak Eka kelas 3 SD harus saya relakan habis demi membiayai Eka supaya bisa lolos jadi polisi. Buat sewa mobil, makan dan transport ke Semarang untuk seleksi Secaba Polwan di sana. Tabungan sebesar Rp 2,5 juta dari hasil bengkel saya relakan habis demi untuk mengantar anak saya ke Semarang," ungkapnya.
Orangtua berharap Bripda Eka jadi polisi jujur seperti Hoegeng
Ayah Bripda Eka, Sabirin bersama ibunya Darwanti rela selama kurun waktu 1,5 bulan proses seleksi Secaba Polwan mondar-mandir dari Salatiga menuju ke Kabupaten Semarang dan Kota Semarang untuk memberikan semangat dan dukungan kepada anak pertamanya itu.
Besarnya pengorbanan dan perjuangan Sabirin bersama istri dan anaknya, membuat dirinya berharap agar Bripda Eka menjadi polisi sekaligus anak yang bisa berbakti bagi orang tua, keluarga, bangsa dan negara. Terutama bekerja sebagai abdi negara polwan yang jujur layaknya seperti polisi jujur yang legendaris Hoegeng.
"Harapan saya kepada anak saya, Eka supaya jadi polisi yang baik, jujur kayak pak Hoegeng, adil berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa dan berbakti kepada orang tuanya seperti saya," kata Sabirin.
Bripda Eka ingin hajikan orangtua
Polwan yang nyambi jadi tukang tambal ban, Bripda Eka Yuli Andini (19) merasa bangga dan cinta dengan orang tuanya. Meski ayahnya, Sabirin (49), hanya bekerja sebagai tukang tambal ban di bengkel sekaligus rumah kontrakannya yang hanya berukuran 6 meter X 6 meter itu, Bripka Eka tak malu ikut membantu menambal ban.
Selain menjadi tukang tambal ban, Sabirin, ayah Bripda Eka juga menjadi seorang marbot yaitu tukang bersih-bersih Masjid Agung Darul Amal di Jalan Pancasila, Salatiga.
Jika di sela-sela waktu senggang saat bekerja sebagai tukang tambal ban, Sabirin membersihkan beberapa sudut bagian masjid di pusat kota Salatiga yang jaraknya sekitar 500 meter dari rumah kontrakan sekaligus bengkel tambal bannya itu.
"Ayah saya selain kerja tukang tambal ban juga tukang bersih-bersih masjid sejak tiga atau empat tahun yang lalu," ungkap Bripda Eka Yuli Andini saat ditemui merdeka.com Rabu (25/2) di rumah kontrakan sekaligus bengkel tambal ban di Jalan Veteran, Pasar Sapi RT 2 RW 6, Kota Salatiga, Jawa Tengah.
"Bagi saya kedua orang tua saya adalah ibarat malaikat yang diturunkan Tuhan untuk menjaga saya. Dan untuk membahagiakan mereka saya harus bekerja keras dan bisa buktikan bisa lebih baik dan lebih maju dari mereka. Kalau orang tua saya profesinya jadi tukang tambal ban, jangan sampailah anaknya juga jadi tukang tambal ban. Akhirnya, dengan ketekunan dan kegigihan harus bisa saya buktikan?" ujarnya.
Bripda Eka pun berkeinginan keras untuk menghajikan kedua orangtuanya jika profesinya sebagai polwan di Mapolresta Salatiga berjalan beberapa tahun ke depan nanti.
"Saya pingin banget naikin haji orang tua saya. Hanya itulah yang bisa saya lakukan untuk membahagiakan kedua orang tua saya. Memang, sulit membalas budi jasa orang tua yang telah membesarkan dan menjadikan saya jadi orang (polwan) begini. Balas budi dalam bentuk menaikkan hajipun saya rasa belum cukup," ungkap gadis manis yang semasa sekolah di SMK Negeri 2 Salatiga aktif di Pramuka ini.