Kisah Gus Dur berseteru dengan Soeharto
Dalam buku itu, Adam mengutip hasil wawancaranya dengan Gus Dur yang menyebut Soeharto "bodoh".
Pada saat Soeharto masih berkuasa di republik ini, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi salah satu tokoh yang kritis terhadap pemerintahan orde baru. Lewat tulisan-tulisannya di media, Gus Dur yang waktu itu menjabat sebagai Ketua Umum PBNU pada 1984, kerap mengkritik kebijakan Soeharto dan membela masyarakat miskin tertindas.
Soeharto juga pernah membenci Gus Dur gara-gara tulisan Adam Schwarz dalam buku berjudul: A Nation In Waiting: Indonesia in The 1900. Dalam buku itu, Adam mengutip hasil wawancaranya dengan Gus Dur yang menyebut Soeharto "bodoh".
Wartawan majalah Far Eastern Economic Review yang berbasis di Hongkong itu menulis kalimat, "That is the stupidity of Soeharto that he did not follow my advice." (Itulah kebodohan Soeharto yang tidak mengikuti nasehat saya).
Soeharto juga semakin tak senang karena Gus Dur mendukung para aktivis melawan pemerintah. Akibat pandangan dan sikapnya kritis itu, Gus Dur mendapat banyak tekanan dari pemerintahan. Berbagai upaya dilakukan oleh Soeharto untuk mendongkel Gus Dur dari posisinya di PBNU, namun gagal.
Misalnya, upaya mengganjal pencalonan Gus Dur dalam Muktamar NU pada 1994 di Cipasung. Orang-orang Soeharto memecah NU dan berusaha mendongkel Gus Dur dengan membuat Muktamar NU tandingan dengan calon Abu Hasan yang kalah dalam Muktamar NU di Cipasung. Tapi Gus Dur tetap terpilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU untuk ketiga kalinya.
Dari situ hubungan Gus Dur dengan pemerintah kian merenggang jauh. Jejak perseteruan Gus Dur dengan Soeharto ini memang panjang. Gus Dur , dalam acara Kick Andy pada 15 November 2007, pernah mengatakan terang-terangan di televisi. "Pemimpin di Indonesia ini yang pantas jadi musuh saya cuma satu, Pak Harto," kata Gus Dur .
Namun demikian, sebagai kiai, tokoh agama, budayawan dan politisi, Gus Dur mengaku tetap mengunjungi Soeharto saat lebaran, atau mengunjungi saat sakit. Gus Dur juga merupakan satu-satunya mantan presiden RI yang melayat ke kediaman Soeharto . Sementara dua mantan presiden lainnya, Megawati dan Habibie sedang berkunjung ke luar negeri.
Topik Pilihan: Soeharto | Humor Gus Dur
-
Siapa yang disebut Gus Dur sebagai wali? Di mata Gus Dur sendiri, Kiai Faqih adalah seorang wali. “Namun, kewalian beliau bukan lewat thariqat atau tasawuf, justru karena kedalaman ilmu fiqhnya,” kata Gus Dur
-
Bagaimana Gus Dur mengubah namanya? Nama asli beliau, Abdurrahman Ad-Dakhil, diberikan oleh ayahnya, KH. Wahid Hasyim, dengan harapan agar Gus Dur kelak memiliki keberanian seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, pemimpin pertama dinasti Umayyah di Andalusia. Namun, nama Ad-Dakhil kemudian diganti dengan "Wahid," yang diambil dari nama ayahnya.
-
Mengapa Gus Dur disebut sebagai Bapak Pluralisme? Kedekatan Gus Dur dengan masyarakat minoritas dan orang-orang terpinggirkan, membuatnya dikenal sebagai sosok yang plural dan menghargai semua perbedaan. Hal ini yang kemudian Gus Dur dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
-
Apa saja yang dilakukan Gus Dur untuk menunjukkan toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Bagaimana Gus Dur menanamkan nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa? Pasalnya beliau selama hidup selalu menanamkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan berbangsa.
-
Di mana Gua Suran berada? Di Kecamatan Jatinom, Klaten, terdapat sebuah gua yang oleh penduduk setempat dinamakan Gua Suran.
Seperti ditulis dalam buku: Hari-hari terakhir jejak Soeharto setelah lengser, 1998-2008. Dalam buku itu dikisahkan, Megawati sedang berobat ke Singapura, sementara Habibie yang sempat menjenguk Soeharto tapi ditolak keluarga Cendana, saat itu berada di Amerika.
Menurut salah satu putri Gus Dur , Nita Hayatunnufus, ayahnya itu selama hidupnya merasa tidak punya musuh. Karena menurut dia, di dunia ini tidak ada orang jahat, yang ada adalah orang dalam proses menuju kebaikan. Jadi kalau kita ibaratkan Kurawa dan Pandawa dalam tokoh pewayangan.
Kurawa, kata perempuan yang disapa Mbak Nita itu, bukan lah kelompok orang jahat, tapi mereka proses menuju orang baik. "Kalau Pandawa, bukan berarti mereka itu tidak punya kesalahan, mereka punya, tapi ketika membuat kesalahan mereka malu, mereka menyesali, mereka tidak mau mengulangi lagi," ujarnya kepada merdeka.com, Senin (3/11).
Oleh sebab itu, Nita melanjutkan, Gus Dur tidak pernah mengeluh dengan segala kritik, atau hujatan orang. "Itu terkadang sampai kita yang omong (mengeluh). Tapi paling bapak terus bilang, 'mereka (orang-orang yang mengkritik) itu kan cuma tidak tahu'."
Nita mengimbuhkan, selama hidup Gus Dur tidak pernah membuat posisi, tapi dia justru mengambil sebuah pendirian tegas. Kalau mengambil posisi itu selalu ada sisi positif dan negatif yang selalu berlawanan dan saling berhadapan. Tapi kalau pendirian tidak.
"Bapak bilang ini pendirian saya, kalau kamu setuju ayo sama-sama, tapi kalau tidak, ya tidak apa-apa, kamu bukan lawanku. Gus Dur selama hidupnya adalah orang yang membuat pendirian, bukan membuat posisi," kata Nita.
Dengan demikian, Gus Dur tidak perlu menjelaskan apa yang dia lakukan kepada orang lain. "Makanya Gus Dur tidak pernah menjelaskan perbuatannya kepada orang lain, karena memang tidak perlu dijelaskan, ga perlu meyakinkan orang juga. Kalau orang melihat dia sebagai sesuatu yang baik, orang akan ikut, tanpa perlu meyakinkan."
Baca juga:
4 Sentilan Gus Dur kepada DPR
Humor Gus Dur: Semua Presiden RI KKN
Cerita Gus Dur dikejar-kejar polisi di era Orde Baru
Ini ramalan-ramalan Gus Dur yang diyakini tepat
Kisah masa kecil Gus Dur, nakal tapi pintar