Kisah Laksamana Cheng Ho sebarkan Islam pada Suku Dayak di Tarakan
Kisah Laksamana Cheng Ho sebarkan Islam pada Suku Dayak di Tarakan. Suku itu sempat mempunyai keraton yang dulunya berada di Lapangan Datu Adil di Tarakan, namun dihancurkan sampai rata dengan tanah oleh penjajah Belanda karena sikap Kesultanan Tidoeng yang menolak bekerjasama dengan penjajah.
Penjelajah Muslim dari China, Laksamana Cheng Ho tercatat pernah mengunjungi Tarakan. Di Pulau Kalimantan itu Cheng Ho pun menyebarkan Agama Islam pada Suku Dayak.
"Suku Dayak di sini dikenalkan Islam oleh Laksamana Ceng Ho yang telah mengubah penampilan busana masyarakat sehingga dikenal sebagai Dayak Tidoeng," kata Juru Kunci Rumah Adat Suku Dayak Tidung Saparudin di Tarakan, Minggu (13/8). Demikian dikutip dari Antara.
Karena itu ada ornamen lukisan dinding berupa naga di rumah adat Dayak Tidoeng di Kota Tarakan, Kalimantan Utara.
"Penamaan 'Tidoeng' sendiri berasal dari kata 'Gunung' karena Suku Dayak yang telah Islam itu berada di daratan tinggi dengan busana yang berbeda dengan suku dayak umumnya yaitu menggunakan gamis sehingga masyarakat setempat menyebutnya sebagai Dayak Gunung atau Dayak Tidoeng," katanya.
Saparudin menjelaskan, Suku Dayak Tidoeng menjadi satu dari 406 Suku Dayak yang tersebar di Kalimantan. Suku itu sempat mempunyai keraton yang dulunya berada di Lapangan Datu Adil di Tarakan, namun dihancurkan sampai rata dengan tanah oleh penjajah Belanda karena sikap Kesultanan Tidoeng yang menolak bekerjasama dengan penjajah.
"Nama kesultanan itu juga tenggelam oleh Kesultanan Bulungan karena setelah keraton dihancurkan Suku Tidoeng melakukan perlawanan dan menyingkir ke pedalaman" katanya.
Untuk menghadirkan kembali keraton yang sudah hilang itu, keturunan ke-14 dari Kesultanan Tidoeg, H Moehtar Basir Idris membangun replika rumah adat besar yang dulu berfungsi sebagai keraton di Jalan Aki Bambu, tempat lain yang lebih tinggi.
Moechtar Basir saat ini menjadi Kepala Adat Besar Dayak Tidoeng yang tersebar di seluruh Kalimantan dan sebagian besar mendiami Kalimantan Utara.
Di komplek itu dibangun rumah adat suku Tidung disebut dengan Baloy Adat Tidoeng dari bahan kayu ulin atau kayu besi yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan. Lokasinya sekitar dua kilometer dari Bandar Udara Djuwata Tarakan.
Rumah Baloy Adat Tidoeng itu terdiri dari empat ruang utama yaitu Alad Kait tempat menerima masyarakat yang mempunyai masalah adat, Lamin Bantong tempat pemuka adat bersidang untuk memutuskan perkara adat, Ulad Kemagod berfungsi sebagai ruang berdamai setelah selesainya perkara adat, dan Lamin Dalom sebagai tempat singgasana Kepala Adat Besar Dayak Tidung.
Baloy Adat Tidoeng juga dinamakan Baloy Mayo Djamaloel Qiram untuk mengenang kepala suku pertama yang beragama Islam.
Komplek itu mulai dibangun tahun 2004 silam di lahan seluas 2,5 hektare dan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan Suku Tidoeng sekaligus sebagai tempat tujuan wisata rekreasi.
Menurut Saparudin, salah satu ornamen yang menghiasi dinding rumah adat yaitu gambar ikan besar yang disebut masyarakat setempat sebagai Keraton. Masyarakat dulu masih menjumpai ikan Keratong yang mempunyai panjang sampai empat meter dengan bobot satu ton.
"Ikan itu diyakini masih ada sampai sekarang dan hanya ada di hutan yang dikenal keramat," katanya.
Laksamana Ceng Ho yang juga mempunyai nama arab Haji Mahmud Shams) (1371 - 1433), adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.
Beberapa tempat lain di Nusantara yang disiggahi antara lain Pulau Sabang, Pulau Batam, Pulau Bangka dan Semarang.
Baca juga:
Tidak penting Gajah Mada Islam atau bukan
Melihat lebih dekat jubah suci Nabi Muhammad SAW di Istanbul
Ratusan jemaah antre ingin berdoa dan salat di Taman Surga
Indahnya Jabal Uhud, gunung yang dicintai Nabi Muhammad SAW
Jejak syiar Islam di Masjid Kramat Kampung Bandan
-
Kapan Masjid Cheng Ho di Palembang diresmikan? Masjid ini berdiri di atas tanah hibah dari Pemerintah Daerah dan baru diresmikan pada tahun 2006 silam.
-
Apa ciri khas bacaan sholat Muhammadiyah? Bacaan sholat Muhammadiyah tidak mengandung bacaan tambahan, seperti membaca basmalah sebelum surat Al-Fatihah, membaca qunut pada sholat subuh, dan membaca doa setelah tasyahud akhir.
-
Bagaimana Islam masuk ke Sidoarjo? Mengutip situs resmi Pemkab Sidoarjo, masuknya Islam ke Sidoarjo diperkirakan setelah kedatangan Sunan Ampel ke Ampel Denta Surabaya.
-
Siapa yang membangun Masjid Laksamana Cheng Ho? Sesuai dengan namanya, Masjid Laksamana Ceng Ho memiliki arsitektur Tionghoa yang terkenal dengan relief naga dan patung singa namun terdapat lafaz Allah dengan huruf Arab.Masjid ini termasuk tempat wisata di Surabaya yang populer. Dibangun sebagai bentuk penghormatan terhadap Laksamana Cheng Ho yang memiliki peranan penting dalam menyebarkan agama Islam di Surabaya.
-
Mengapa Masjid Cheng Ho dibangun dengan arsitektur Tionghoa? Dari beberapa peran besarnya ini kemudian diabadikan dalam bentuk sebuah masjid dengan corak Tionghoa yang cukup kental.
-
Apa yang dilakukan Celine Evangelista dalam memperdalam agama Islam? Saya lihat dia shalat, belajar agama, memang sedang antusias untuk belajar," tuturnya.