Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Disabilitas Berani Melawan Keterbatasan Demi Impian Masuk Polwan
Nur Fatia tinggal melangkah satu tahapan lagi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi polisi wanita (polwan).
Perjuangan Fatia membuktikan keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk mengapai cita-cita.
- Kakak Adik Disabilitas di Purworejo Jadi Korban Pencabulan, Ini Penjelasan Polisi
- Tak jadi Halangan Raih Cita-Cita, Remaja Disabilitas jadi Siswa Seba Polri Ikuti Latihan Penuh Percaya Diri
- Senyum Semangat Fatia Casis Disabilitas Lulus Menuju Rikkes II Bintara Polri
- Cerita Pilu Disabilitas di Kupang Diduga Dianiaya Lalu Disekap dan Diikat Rekannya Saat Pesta Miras
Kisah Nur Fatia Azzahra, Penyandang Disabilitas Berani Melawan Keterbatasan Demi Impian Masuk Polwan
Sebagai penyandang disabilitas, gadis asal Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tidak mengira bisa lulus seleksi pendidikan Bintara Polri tahun 2024.
"Setelah dinyatakan lulus, perasaan bercampur aduk antara gembira, haru, dan bangga karena berhasil lewati sejumlah tahapan seleksi," kata Nur Fatia Azzahra di Pangkalpinang, Minggu (14/7).
Nur Fatia Azzahra berasal dari Desa Pemali, Kabupaten Bangka. Dia mendaftarkan diri menjadi anggota Polri melalui jalur disabilitas beberapa bulan lalu.
Setelah ikuti berbagai tahapan seleksi, kemudian dinyatakan lulus dalam sidang akhir penerimaan Polri Gelombang II Tahun Anggaran 2024 pada hari Jumat (5/7).
Kini, Nur Fatia tinggal melangkah satu tahapan lagi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi polisi wanita (polwan).
Meskipun masih harus melewati tahapan pendidikan, perempuan yang akrab disapa Fatia ini merasa bersyukur mengingat perjuangan selama mengikuti tahapan seleksi akhirnya terbayar lunas.
Apalagi, dia dapat membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang untuk mengapai cita-cita.
"Sekarang ini sedang menyiapkan diri menjelang keberangkatan pendidikan, mulai dari kesiapan fisik, mental, hingga lainnya, karena tantangan-tantangan baru mungkin akan saya hadapi selama pendidikan," ujarnya.
Putri pasangan Budiyanto dan Rosida ini berceritra. Perjuangannya mengikuti seleksi ini tidaklah mudah. Diakuinya, ada beberapa tantangan yang dihadapinya, tetapi tidak dialami oleh orang lain.
"Berkat keteguhan dan kerja keras meskipun sebagai penyandang disabilitas, saya harus membuktikan bahwa semua orang mampu dan layak mendapatkan kesempatan yang sama," katanya.
Apalagi, orang-orang terdekat juga tak kalah semangat memberikan dukungan kepadanya. Semua itu, katanya, menjadi beka untuk tak menyerah pada keadaan dan keterbatasan.
"Meski banyak rintangan, saya tidak pernah menyerah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Dukungan ini sangat berarti sehingga membuat saya merasa tidak sendirian dan makin memotivasi diri untuk terus maju," katanya.
Menurut dia, setiap langkah yang diambil selalu disertai dengan semangat dan keyakinan agar mampu ubah tantangan menjadi peluang.
Fatia mengapresiasi kepolisian yang telah memberikan ruang bagi kelompok disabilitas untuk seleksi khusus agar bisa berkontribusi dalam berbagai bidang.
Ia berharap perjuangan mengikuti pendidikan Polri dapat memberikan suntikan motivasi bagi penyandang disabilitas lain.
"Saya ingin melihat lebih banyak disabilitas yang sukses, selalu percaya pada diri sendiri. Keterbatasan fisik bukanlah akhir dari segalanya, buktikan bahwa disabilitas juga bisa berprestasi," katanya.