Kisah para tentara Islam berjuang di perang kemerdekaan Amerika
Salah seorang di antara tentara Islam itu menembak mati jenderal Inggris dalam sebuah pertempuran.
Sejarah perang kemerdekaan Amerika Serikat melawan Inggris tak bisa dilepaskan dari sejumlah tentara Muslim. Mereka ikut bertempur dengan gagah untuk negara baru yang merdeka tahun 1776 itu.
Sosiolog AS Dr Craig Considine menulis sebuah artikel soal para pejuang Muslim ini. Tulisannya yang berjudul 'Honoring Muslim American Veterans on Memorial Day' dimuat di Huffington Post.
Di bawah Tentara Kontinental pimpinan George Washington, ada nama Bampett Muhammad. Dia bertempur untuk Barisan Virginia sejak tahun 1775.
Lalu ada nama Peter Buckminster yang dicatat dalam sejarah militer AS. Dia menembak mati Major Jenderal John Pitcairn, seorang panglima Inggris di pertempuran Bunker Hill.
Setelah mendapatkan kemerdekaannya sebagai budak. Buckminster mengganti namanya dengan Salem. Asal katanya Salam, yang berarti damai dalam Bahasa Arab. Salem kemudian kembali mendaftar sebagai sukarelawan dan bertempur dengan gagah berani di pertempuran Saratoga dan pertempuran Stony Point.
"Saat itu Washington yang menjadi komandan pasukan," kata Dr Craig Considine, yang ahli dalam sejarah hubungan Islam dan Katolik di AS.
Considine berpendapat, kehadiran pasukan Muslim di barisan Jenderal Washington itu menunjukkan kebebasan beragama di pasukannya. Tak masalah apa pun kepercayaan mereka selama mau bertempur untuk kemerdekaan AS.
Di pasukan Jenderal Thomas Sumter, seorang pria asal Afrika Utara bernama Yusuf Ben Ali ikut berperang. Pria yang dikenal dengan nama Joseph Benhaley bergabung dengan pasukan Carolina Utara.
Setelah perang kemerdekaan usai, Amerika terjebak dalam perang saudara antara daerah Utara yang menentang perbudakan dan Selatan yang ingin terus melegalkan perbudakan. Kembali sejumlah prajurit yang beragama Islam ikut berperang.
Banyak dari mereka bergabung di Resimen Massachusetts ke-55. Yang terkenal dengan julukan All African Amerikan. Seorang bernama Muhammad Ali bin Said yang kemudian mengganti nama menjadi Nicholas Said berhasil meraih pangkat sersan.
Seperti yang dikatakan Considine, peran Muslim di ketentaraan AS sudah dimulai sejak era para pendiri negara adidaya tersebut. Hal ini masih berlangsung sampai sekarang.