Kisah Sahabat Nabi Saling Menghormati Meski Beda Pendapat
Zaid bin Tsabit dikenal sebagai penulis wahyu dan surat-surat Nabi. Sedangkan Ibnu Abbas memiliki pengetahuan luas. Banyak hadis sahih yang diriwayatkan melaluinya. Ia juga sepupu Rasulullah.
Zaid bin Tsabit an-Najjari al-Anshari dan Abdullah bin Abbas merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang meninggalkan banyak teladan bagi umat Islam masa kini. Selain kecerdasan, keduanya mengajarkan pentingnya saling menghormati meski terlibat silang pendapat.
Zaid bin Tsabit dikenal sebagai penulis wahyu dan surat-surat Nabi. Sedangkan Ibnu Abbas memiliki pengetahuan luas. Banyak hadis sahih yang diriwayatkan melaluinya. Ia juga sepupu Rasulullah.
-
Apa yang dimaksud dengan bulan Ramadan? Ramadan adalah bulan suci dalam kalender Islam yang paling ditungg-tunggu oleh umat muslim seluruh dunia. Ramadan adalah waktu refleksi, pertumbuhan spiritual, dan kedisiplinan diri.
-
Apa yang dirasakan saat Ramadan berakhir? Seiring dengan terbenamnya matahari di akhir Ramadan, kita merasakan campuran perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
-
Kapan Ramadhan di luar angkasa? Selama masa tinggalnya, umat Islam di Bumi akan merayakan bulan Ramadhan – waktu puasa, doa dan refleksi yang berlangsung dari malam tanggal 22 Maret hingga 21 April.
-
Kapan bazar Ramadan di Jati Padang diadakan? Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap bulan suci Ramadan dengan tujuan saling berbagi di antara warga yang mampu kepada warga tidak mampu.
-
Kenapa niat puasa Ramadan penting? Niat puasa Ramadan adalah pernyataan batin yang mengkonfirmasi keinginan dan komitmen seseorang untuk menjalankan ibadah puasa sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Ini adalah momen reflektif di mana seseorang menyatakan tujuannya untuk berpuasa, memisahkan diri dari kegiatan sehari-hari dan fokus pada spiritualitas dan disiplin diri.
-
Kapan Kampung Ramadan Sanden berlangsung? Acara itu digelar di Jalan Trunojoyo, Sanden, selama satu minggu mulai dari tanggal 23-31 Maret 2024.
Suatu hari, Ibnu Abbas silang pendapat dengan Zaid bin Tsabit mengenai warisan. Ibnu Abbas berpendapat bahwa kakek menjadi penghalang waris bagi mayat, sebab kakek senilai dengan bapak. Sebaliknya, Zaid bin Tsabit menyatakan bahwa kakek tak jadi penghalang.
"Apakah Zaid tidak takut dengan Allah?" kata Ibnu Abbas dalam sebuah majelis.
"Dia dijadikan cucu lelaki semisal anak lelaki tetapi kakek tak dianggapnya semisal bapak? Demi Allah, aku ingin sekali bertemu dengan mereka yang berbeda pendapat denganku dalam perkara waris ini lalu kami sama-sama meletakkan tangan pada sebuah tiang dan bermubahalah, agar laknat Allah ditimpakan pada dia yang berdusta!" sambungnya.
Meski persoalan warisan masih menjadi perdebatan, Ibnu Abbas dan Zaid bin Tsabit terlihat rukun. Seperti yang terjadi selepas jenazah ibunda Zaid bin Tsabit disalatkan. Saat itu, pria keturunan Bani Khazraj itu pulang dengan menunggangi bagal.
Tiba-tiba Ibnu Abbas menghampiri Zaid bin Tsabit lalu memegang tali kendali tunggangannya. Ibnu Abbas hendak menuntunnya sebagai bentuk penghormatan.
Zaid bin Tsabit yang merasa sungkan diperlakukan demikian oleh Ibnu Abbas pun bertutur sopan, "Lepaskanlah, wahai anak paman Rasulullah!"
"Beginilah kami memperlakukan ulama," jawab Ibnu Abbas.
Mendengar jawaban tersebut, Zaid bin Tsabit langsung mencium tangan Ibnu Abbas. Ia merasa perlu melakukannya sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga Nabi Muhammad.
"Beginilah kami diperintah dalam memperlakukan keluarga Nabi," katanya.
Ibnu Abbas juga memperlihatkan kesedihannya saat Zaid bin Tsabit wafat. Sambil berdiri di sebelah makam Zaid bin Tsabit, ia berujar, "Demikianlah apabila ilmu pergi."
Ibnu Abbas memandang kepergian Zaid bin Tsabit bagaikan kepergian ilmu itu sendiri. Demikian dikutip dari nu.or.id.
(mdk/lia)