Kisah warga Belanda terobsesi meneliti Tan Malaka seumur hidup
Harry Poeze telah melakukan riset tentang Bapak Republik Indonesia itu selama 40 tahun.
Masyarakat Indonesia mungkin tak terlalu akrab dengan nama pahlawan nasional, Ibrahim Datuk Tan Malaka . Padahal, pria kelahiran Suliki, Sumatera Barat, 1894 itu memiliki jasa yang besar bagi revolusi kemerdekaan Indonesia.
Di era Orde Baru, nama Tan Malaka dihilangkan dari sejarah perjalanan bangsa. Siswa di sekolah tak pernah diajarkan dan dikenalkan pada sosok mantan ketua PKI itu.
Bahkan buku-buku tentang Tan Malaka dibredel tak boleh beredar. Paham komunis yang dianut oleh Bapak Republik Indonesia itu membuat pemerintahan Presiden Soeharto saat berkuasa alergi.
Di tengah-tengah rakyat Indonesia dibuat lupa dan tidak tahu soal Tan Malaka , seorang peneliti asal Belanda bernama Harry A Poeze justru tertarik terhadap sosok pria Minang itu. Poeze menceritakan kepada merdeka.com soal awal mula dia 'jatuh cinta' kepada sosok Tan Malaka .
Poeze mengaku pertama kali meneliti Tan Malaka pada 1971. Saat itu, Poeze tengah mengerjakan tugas akhir kuliah atau skripsi. Dia lantas memilih Tan Malaka sebagai skripsinya.
"Saya pertama kali meneliti Tan Malaka tahun 1971. Waktu itu saya masih mahasiswa harus menulis skripsi di Amsterdam," kata Poeze saat berkunjung ke kantor redaksi merdeka.com, Jalan Tebet Barat IV, Jakarta Selatan, Rabu (29/1).
Awalnya, Poeze tertarik kepada sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda, khususnya gerakan perlawanan dari kaum kiri. Poeze lantas membaca berbagai buku sejarah yang berisi perlawanan dari para tokoh kiri Indonesia.
"Dan saya baca Tan Malaka tapi banyak riwayatnya yang belum terungkap," katanya.
Dari situ Poeze lantas memantapkan niatnya untuk tak berhenti meneliti sosok, kiprah dan perjuangan Tan Malaka . Setelah bekerja, di Volkenkunde (KITLV), lembaga penelitian yang mempelajari kondisi berbagai daerah bekas koloni Belanda, Poeze tak berhenti melakukan riset tentang Tan Malaka .
"KITLV bahkan memberikan saya waktu untuk melakukan penelitian tentang Tan Malaka ," katanya.
Selama puluhan tahun melakukan penelitian, Poeze telah berulang kali keluar masuk Indonesia dan negara-negara yang pernah didatangi oleh Tan Malaka . Penelitiannya itu bukan tanpa halangan. Dia mengaku pernah dipersulit oleh pemerintah Orde Baru.
Namun, dia akhirnya menggunakan taktik agar mudah masuk ke Indonesia untuk melakukan penelitian. "Waktu itu saya bilang alasan saya datang untuk melakukan penelitian soal revolusi Indonesia. Jadi saya bisa dapat izin masuk ke Indonesia. Kalau saya bilang saya mau meneliti Tan Malaka pasti sulit," katanya.
Kini setelah 40 tahun meneliti, buku-buku soal perjalanan Tan Malaka yang telah ditulisnya banyak diajukan acuan para anak negeri yang ingin mengetahui perjuangan Tan Malaka . Poeze pun mengakui Tan Malaka adalah sosok yang revolusioner dan jarang ditemukan.
"Tan Malaka punya pemikiran asli, misalnya Madilog (Materialisme, Dialektika, dan Logika). (Madilog ditulis Tan Malaka) Saat dia dalam keadaan sulit, dia tak punya sumber, tapi dia berhasil membuat buku," katanya.
Baca juga:
4 Permintaan keluarga soal makam Tan Malaka
'Banyak korupsi, politisi masa kini harus belajar ke Tan Malaka'
Keluarga minta meninggalnya Tan Malaka jadi hari nasional
Ketimbang Soekarno, Tan Malaka lebih dulu cetuskan Berdikari
'Negara berutang pada Tan Malaka'
-
Di mana rumah masa kecil Tan Malaka berada? Salah satu jejak sejarah yang saat ini masih tersisa yakni rumahnya yang berada di Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
-
Apa tujuan utama dari pendidikan menurut Tan Malaka? Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan.
-
Siapa yang membangun rumah masa kecil Tan Malaka? Rumah tersebut menjadi tempat tinggalnya untuk menghabiskan masa kecilnya sebelum hijrah ke Bukittinggi dan berpindah tempat ke berbagai daerah hingga luar negeri.
-
Seperti apa bentuk rumah masa kecil Tan Malaka? Mengutip dari beberapa sumber, rumah masa kecil Tan Malaka ini berdiri gagah jauh dari permukiman warga di Limapuluh Kota tersebut berbentuk Rumah Gadang atau rumah tradisional masyarakat Minangkabau.
-
Kapan Rumah Hantu Malioboro buka? Objek wisata ini buka setiap hari mulai pukul 18.00 hingga 22.00.
-
Kapan Teras Malioboro diresmikan? Mengutip Jogjaprov.go.id, kawasan Teras Malioboro diresmikan pada 26 Januari 2021 oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi.