Kronologi meninggalnya Deborah di RS Mitra Keluarga Kalideres karena biaya
Henny Silalahi (37), ibunda Tiara Deborah Simanjorang mengungkap kronologis meninggal putrinya. Tiara Deborah Simanjorang meninggal di RS Mitra Keluarga Kalideres pada Minggu (3/9) lalu, lantaran terlambat mendapat penanganan akibat terkendala masalah uang muka atau down payment (DP).
Henny Silalahi (37), ibunda Tiara Deborah Simanjorang mengungkap kronologis meninggal putrinya. Tiara Deborah Simanjorang meninggal di RS Mitra Keluarga Kalideres pada Minggu (3/9) lalu, lantaran terlambat mendapat penanganan akibat terkendala masalah uang muka atau down payment (DP).
Henny menjelaskan, semula Deborah mengalami pilek di akhir Agustus 2017. Khawatir pilek sang putri berkepanjangan, Henny memutuskan membawa Deborah ke RS Cengkareng.
"Sabtu tanggal 2 dibawa ke RS Cengkareng karena dia dilahirkan di sana. Sama dokter suruh regulation kemudian membaik," ujarnya saat memberikan keterangan pers di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (11/9).
Setelah membaik, Deborah diperbolehkan pulang ke rumah. Namun, pada malam hari kondisi bayi berusia empat bulan ini sedikit memburuk. Deborah mulai berkeringat.
"Tidur ada keringat, mau diganti (pakaiannya) saya lihat kayaknya ada yang aneh. Tanpa pikir panjang saya bawa ke RS Mitra Keluarga," jelas Henny.
"Kenapa saya pilih RS Mitra Keluarga karena itu paling dekat. Seorang ibu punya feeling, apa yang dilakukan mau menyelamatkan anak saya," sambungnya.
Setibanya di RS tersebut, perawat langsung memberikan pertolongan pertama. Perawat kemudian merekomendasikan agar Deborah dirawat di ruang picu karena terganggu saluran pernafasannya.
"Saya bilang ke dokter, ayo dok, silakan. Ini 4 bulan, masukkin ke picu ya," ujarnya.
Sebelum memutuskan untuk memasukkan Deborah ke ruang picu, perawat menyarankan agar orangtua Deborah melengkapi biaya administrasi. RS Mitra Keluarga Kalideres ini memberlakukan pembayaran administrasi secara tunai bukan BPJS.
"Tunai juga enggak masalah, saya disodorkan secarik kertas biaya. Harus ada DP Rp 19.800.000. Saya bilang tidak apa-apa, nanti saya bayar, masukkin dulu anak saya ke ruang picu tapi kata petugas administrasi tidak bisa kalau belum dibayar," terang ayah Debora, Rudianto Simanjurang (47).
Tak ingin terlalu lama berdebat dengan petugas administrasi, Rudianto kembali ke rumahnya untuk mengambil dompet berisi ATM. Rudiantoro menarik uang yang dimilikinya sebesar Rp 5.000.000 di ATM RS Mitra Keluarga Kalideres.
"Ternyata dengan duit Rp 5 juta anak saya tidak bisa masuk ruang picu. Karena yang perlu ditangani masuk ruang picu, kami mohon-mohon tapi tak bisa juga," ucapnya.
Karena tak bisa memenuhi biaya administrasi, pihak RS Mitra Keluarga Kalideres merekomendasikan agar orangtua Deborah mencari rumah sakit lain yang bekerja sama dengan BPJS. Di samping itu, RS yang direkomendasikan dipastikan memiliki ruang picu.
"Saya dikasih rujukan, yang punya BPJS yang ada ruang picu. Saya pergi ke RS Daan Mogot, Cengkareng ternyata penuh, tidak ada ruang picunya," kata dia.
Saat mencari rumah sakit lain, Rudiantoro mendapat rezeki dari temannya sebesar Rp 2.000.000. Namun uang itu digunakan untuk pembayaran tunggakan pengecekan darah dan laboratorium Deborah sebesar Rp 1.700.000.
"Kembali tuh saya mohon ke petugas admin, tapi enggak dibolehkan juga akhirnya saya kembali ke IGD. Saya ke admin lagi, anak saya harus dimasukkan ke ruang picu. Dia (petugas administrasi) tanya ada berapa uangmu? Saya bilang ada uang Rp 5.000.000. Mereka minta Rp 11. 000.000," kata dia.
Sembari menunggu perkembangan kondisi putrinya, Henny menghubungi pihak RS Koja yang bekerja sama dengan BPJS melalui sambungan telepon. Petugas RS Koja bahkan sempat berbicara dengan petugas RS Mitra Keluarga Kalideres.
"Saya ingat betul, di situ dokternya menjelaskan hasil lab anak saya. Pasien layak ditransfertasikan. Tapi tiba-tiba suster datang panggil dokter dengan muka enggak enak. Di situ saya mulai fisarat ada yang tidak beres dengan anak saya," kata Henny.
"Dokter masuk lalu panggil saya katanya anak ibu sedang kritis," sambungnya.
Sesaat kemudian, Henny menguatkan putrinya dengan meminta untuk terus bertahan. Namun, tangan Deborah semakin dingin. Henny juga meminta agar dokter melakukan yang terbaik agar nyawa Deborah tertolong.
"Saya tanya anak saya kenapa? Napasnya masih ada tapi detak jantungnya sudah tak ada. Saya bilang. Kok anak saya hilang ya, saya ke sini untuk selamatkan saya. Tadi katanya sudah membaik tapi kenapa jadi begini. Jadi sebetulnya anak saya meninggal karena enggak masuk ruang picu," tuntasnya.