Lewat teatrikal, jurnalis Surabaya kecam aksi kekerasan ke wartawan di Jember
Dalam aksinya, para jurnalis di Surabaya ini juga menggelar teatrikal. Tiga orang wartawan beraksi menggambarkan aksi kekerasan seperti yang menimpa Oryza di Jember.
Aksi pengeroyokan terhadap jurnalis kembali terjadi di Jember, Jawa Timur. Sebagai bentuk solidaritas, puluhan wartawan dari berbagai media massa, baik cetak, online. maupun televisi, menggelar aksi di depan Gedung Grahadi Surabaya, Jalan Gubernur Suryo, Kamis (5/7) siang.
"Aksi kekerasan itu menimpa kawan kita di Jember, Oryza Ardiansyah, wartawan beritajatim.com pada Rabu (4/7) sore kemarin," kata koordinator Aksi, Martudji dalam orasinya.
-
Siapa yang menolak dibantu membawa kursi di lapangan sepak bola? Politikus sekaligus pebisnis Hashim Djojohadikusumo menjadi sorotan usai menolak dibawakan kursi yang ia gunakan sendiri.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Di mana atlet bulu tangkis Indonesia disambut meriah oleh para penggemar? Tak hanya disambut oleh petinggi bulu tangkis tanah air, para juara All England 2024 ini juga disambut meriah oleh para penggemar. Mereka menyanyikan lagu nasional mengiringi kedatangan para atlet di bandara.
-
Siapa yang dipuji oleh warganet terkait gaya bermain tenisnya? Gaya bermain tenis Irish ini mendapatkan banyak pujian dari warganet.
-
Siapa yang menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh oknum suporter di Stadion Gelora Bung Tomo? Ratna (bukan nama sebenarnya) adalah jurnalis perempuan yang paling sering mengalami kekerasan di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya. Di sana, ia pernah dicaci maki hingga digoda oknum suporter. Namun, pengalaman terburuknya yakni menjadi saksi Tragedi Kanjuruhan.
-
Bagaimana kata-kata suporter bola biasanya ditunjukkan? Biasanya kata-kata suporter bola tersebut mengandung kritikan, menyemangati para pemain yang sedang bertanding, atau memberi tekanan pada tim lawan.
Dalam aksinya, para jurnalis di Surabaya ini juga menggelar teatrikal. Tiga orang wartawan beraksi menggambarkan aksi kekerasan seperti yang menimpa Oryza di Jember.
"Kami mengecam keras insiden ini! Karena aksi kekerasan ini tidak benarkan. Apalagi dilakukan kepada seorang jurnalis yang tengah melakukan kegiatan jurnalistiknya," tegas Martudji.
Sementara Antok, rekan satu kantor Oryza menjelaskan kronologis kejadiannya. Saat itu, korban tengah meliput pertandingan sepakbola antara Sindo Dharaka versus Persid.
Di masa injury time, kata Antok, terjadi insiden. Wasit mengganjar sanksi pemain Sindo Dharaka dengan hadiah penalti kepada pemain Persid yang berbuah gol. Skorpun berakhir imbang (1-1).
Namun, keputusan wasit ini memicu kemarahan dari para pemain Sindo Dharaka dan mengejar sang pengadil lapangan. "Melihat peristiwa ini, sebagai jurnalis, Oryza mengabadikannya melalui kamera ponselnya," terang Antok, wartawan yang biasa ngepos di Pemprov Jawa Timur.
Sayang, aksi Oryza ini berbuah petaka. Dari arah sampingnya, tiba-tiba datang petugas keamanan berpakaian doreng merampas handpone (HP) miliknya. "HP Oryza dikembalikan petugas saat dia mengaku wartawan," ungkap Antok.
Tapi sayangnya, lanjut dia, ada beberapa pemain Sindo Dharaka yang mendatangi Oryza, lalu melakukan pengeroyokan. "Bagaimanapun juga, kami selaku jurnalis mengecam insiden ini. Ada hak jawab, yang mestinya dilakukan jika tak berkenan dengan liputan Oryza," tegas jurnalis bertubuh tambun ini.
Baca juga:
Wartawan di Jember dianiaya saat meliput pertandingan sepak bola
Fadli Zon minta Komnas HAM usut kematian wartawan di Lapas Kotabaru
Anggota polisi di Palu diduga aniaya wartawan saat gelar razia
PWI bentuk tim pencari fakta kematian wartawan Yusuf di penjara
Dewan Pers nilai berita 'Ongkang-ongkang Kaki Dapat Rp 112 Juta' langgar kode etik