LGBT, apakah penyakit atau bukan?
Tidak ada kultur, agama atau kepercayaan di manapun yang menerima LGBT.
Lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual (LGBT) sering kali disebut sebagai penyakit atau kelainan jiwa. Terlebih jika dilihat dari sudut pandang agama atau budaya yang kebanyakan menolak kehadiran LGBT.
Psikiater Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dr. Teddy Hidayat, SpKJ (K) mengatakan, melihat isu LGBT mesti dengan pikiran jernih. Begitu juga saat menjawab pertanyaan apakah LGBT penyakit atau bukan?
"Sebelum bicara sakit atau bukan, kita jawab apakah LGBT ini normal atau tidak normal. Tapi sebelum lebih lanjut pendapat ini tidak boleh dibenturkan dengan norma atau kepercayaan, kita harus mencoba menjernihkan pikiran kita melihat, baru mendudukannya," terang Teddy di Bandung, Sabtu (20/2).
Mantan Kepala Psikiatri RSHS yang lama berkecimpung di bidang kecanduan narkoba dan HIV/Aids itu menjelaskan, ukuran normal dan tidak di antaranya bisa dilihat dari statistik. Jika angkanya hanya 30 persen, maka kelompok LGBT termasuk minoritas. Jadi secara statistik di luar angka normal.
Di sisi lain, kata dia, tidak ada kultur, agama atau kepercayaan yang menerima LGBT. Begitu juga di Indonesia. "Secara budaya memang ini sesuatu yang tidak normal," katanya.
Bagaimana secara psikopatologi atau gangguan kejiwaan?
Teddy menjelaskan gangguan jiwa adalah suatu kondisi stres atau menderita baik bagi pasien atau orang yang bersangkutan atau lingkungan keluarganya. Contoh yang hangat saat ini adalah Saipul Jamil.
Kini, tentu Saipul Jamil menderita karena kasus yang menimpanya. Namun sebelumnya, pedangdut ini tampak tidak menderita. Dia bisa menjalankan fungsi pekerjaan dan sosialnya.
Sebelum kejadian, kata dia, keluarga atau lingkungan Saipul Jamil tidak menderita. Pedangdut itu bisa bekerja, menghasilkan banyak uang, punya rumah dan mobil dan seterusnya.
Dengan kata lain, orientasi seksual Saipul Jamil tidak mengganggu pekerjaan dan lingkungannya. Begitu juga orientasi seksual LGBT umumnya tidak akan mengganggu pekerjaannya. "Ada yang jadi menteri, bidang film, pejabat. Jadi kalau kalau secara psikopatologi tidak bisa menyebut LGBT sebagai gangguan," terangnya.
LGBT merupakan kependekan dari lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual. Teddy kemudian menelaah gay atau homoseksual yang merupakan bagian dari LGBT. Dalam literatur gangguan jiwa, kata dia, ada homoseksual yang digolongkan sebagai penyakit, yaitu homoseksual ego distonik (ego-dystonic homosexuality).
Homoseksual ego distonik yaitu seseorang homoseksual yang menderita dengan homoseksualnya. Dia tidak mau dan tidak menerima dirinya homoseks. "Orang yang tidak menerima dirinya homoseksual inilah yang kita bilang penyakit," katanya.
Namun, homoseksual ego destonik ini sulit ditemukan. Dia sendiri selama praktik tidak pernah menemukan satu pun kasus homoseksual ego distonik atau homoseksual sebagai penyakit.
Bahkan di Amerika Serikat, homoseksual ego distonik sudah lama dihapuskan. Menurutnya yang ada adalah homo seksual ego sintonik, yakni orang yang menerima homoseksualnya, dia enjoy dengan homoseksualnya itu. Homoseksual ini kemudian disebut varisi.
Teddy menganalogikan homoseksual variasi dengan fungsi tangan. Kebanyakan orang menulis dengan tangan kanan, tetapi ada juga yang biasa menulis dengan tangan kiri. Orang yang biasa menulis dengan tangan kiri tidak bisa dikatakan sakit.
"Jadi homoseksual itu bukan penyakit, kecuali yang ego destonik. Tapi hampir semua homoseksual ego sintonik, dia bisa bahagia dengan prilaku itu," katanya.
Konflik yang dialami homoseksual justru banyak muncul dari luar dirinya, yakni dari keluarga atau lingkungannya. Misalnya orang tua atau lingkungan mereka menekan, baru mereka mulai menderita.
Banyak teori yang menyebutkan sebab-sebab homoseksual atau LGBT. Teddy mengungkapkan, meski sampai hari ini belum ada teori yang pasti. Ia sendiri cenderung meyakini penyebab LGBT karena faktor biologis.
Faktor biologis terdiri dari faktor genentik, kemudian faktor hormonal terutama pada saat anak dalam kandungan. Teori lain adalah yang diungkapkan Sigmund Freud tentang perkembangan psikososial. Ada juga yang mengungkapkan teori pengalaman seksual masa kecil.
"Jadi ada beberapa penyebab homoseksual, kalau dia itu genetik ada kelainan di otak, di hormon, apakah salah dia? Apakah salah orang tuanya? Apakah dia patut dihukum, disingkirkan? Orang tuanya tidak ingin anaknya seperti itu, si anak tidak ingin seperti itu. Jadi kita harus berpikir jernih di sana," paparnya.
Baca juga:
Panasonic izinkan karyawan LGBT menikah sesama jenis
Ketua Komisi I DPR sebut artis ikut andil sebar virus LGBT
LGBT, apakah penyakit atau bukan?
Mengakui keberadaan LGBT, menghormati hak mereka
PKS: Pancasila tidak beri ruang bagi LGBT
Psikolog: SJ cabuli ABG pria untuk hindari resiko terkena penyakit
-
Apa yang dimaksud dengan LGBTQ? LGBTQ adalah singkatan dari Lesbian Gay Biseksual Transgender Queer. Ini merupakan sebuah kelompok atau komunitas yang mengarah pada jenis identitas seksual selain heteroseksual.
-
Kenapa penting untuk memahami LGBTQ? Penting bagi masyarakat untuk mnegedukasi diri sendiri terkait isu LGBTQ yang ada di masyarakat. . Dengan pemahaman ini, diharapkan setiap masyarakat bisa bijak dalam bersikap terhadap kelompok LGBTQ.
-
Kenapa gender dysphoria muncul? Timbulnya disforia gender sering terjadi pada masa kanak-kanak. Meskipun mekanisme pastinya tidak jelas, kita tahu bahwa anak-anak sudah diberi jenis kelamin sejak lahir. Jenis kelamin yang diberikan sejak lahir seharusnya menjadi penentu bagaimana mereka dibesarkan dan bagaimana orang lain berinteraksi dengan mereka. Seiring bertambahnya usia, mereka mungkin mulai merasakan ketidakcocokan antara identitas gender dengan jenis kelamin yang diberikan kepada mereka. Dalam beberapa kasus, ketidaksesuaian ini dapat menyebabkan perasaan gender dysphoria.
-
Kenapa karmin kontroversial? Meskipun dibuat dari bahan alami, namun pewarna karmin tidak lepas dari kontroversi.
-
Apa itu gender dysphoria? Gender dysphoria mengacu pada perasaan tertekan dan ketidaknyamanan yang dialami seseorang ketika jenis kelamin yang ditetapkan tidak sesuai dengan identitas gender yang mereka miliki.
-
Bagaimana konflik antar kelompok terjadi? Konflik adalah warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.