Karmin adalah Bahan Pewarna dari Serangga, Ketahui Proses Pembuatannya
Pewarna karmin cukup banyak digunakan dalam makanan dan produk kecantikan.
Pewarna karmin cukup banyak digunakan dalam makanan dan produk kecantikan.
Karmin adalah Bahan Pewarna dari Serangga, Ketahui Proses Pembuatannya
Menambahkan pewarna dalam makanan memang sering dilakukan sehari-hari. Biasanya, pewarna ditambahkan dalam makanan untuk meningkatkan daya tarik visual makanan. Selain membuat makanan lebih menarik, makanan dengan warna yang cantik juga lebih menggugah selera.Biasanya, pewarna yang digunakan dalam makanan dibuat dari bahan-bahan alami. Mulai dari pewarna makanan yang dibuat dari bahan daun, bunga, hingga buah-buahan. Selain itu, ternyata ada pula bahan pewarna yang dibuat dari bahan serangga, yaitu carmine atau karmin.
Karmin adalah bahan yang dibuat dari hewan serangga yang masuk dalam bagian keluarga Coccidae. Karmin ini memberikan warna merah yang cantik dan menarik. Selain digunakan dalam makanan, pewarna merah dari serangga ini juga sering digunakan dalam industri kecantikan.
Tentu, menarik untuk disimak bagaimana proses pembuatan karmin kegunaannya dalam industri kecantikan. Selain itu, penggunaan karmin sebagai bahan pewarna merah ini juga tidak lepas dari beberapa kontroversi.
Dilansir dari laman Treehugger, kami merangkum pengertian, proses pembuatan, penggunaan, hingga kontroversi dari bahan pewarna karmin adalah sebagai berikut.
Mengenal Pewarna Karmin
Pertama akan dijelaskan terlebih dahulu apa itu karmin. Karmin adalah bahan pewarna merah tua yang dihasilkan dari serangga dari keluarga Coccidae.
-
Dimana kita bisa menemukan karmin? Karmin ini bisa ditemui di makanan seperti burger, sosis, minuman, permen, dan yogurt buah.
-
Apa bahaya dari karmin? Pewarna alami dari buah atau sayur seperti wortel, ubi merah, dan labu. Larut dalam lemak, cocok untuk produk susu.
-
Apa gejala alergi dari karmin? Beberapa orang melaporkan reaksi alergi seperti pembengkakan wajah, ruam kulit, dan kesulitan bernapas setelah mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna ini.
-
Kenapa alergi karmin dianggap berbahaya? Bahkan, Carmine dicurigai sebagai pemicu syok anafilaksis pada beberapa kasus yang penyebabnya sulit diidentifikasi.
-
Bagaimana Tinta kunyit dibuat? Meski menggunakan tinta berbahan kunyit, pihak KPU masih mendistribusikan tinta umum ke kampung Benda Kerep. Nantinya masyarakat setempat bisa memilih tinta jenis apa yang digunakan. Meski demikian, warga biasanya menggunakan tinta berwarna kuning dari kunyit karena sudah menjadi kebiasaan.
-
Bagaimana cokelat pirang tercipta? Sejarah cokelat pirang dapat dimulai dari tahun 2004, ketika koki pastry Perancis Frederic Bau sibuk memamerkan keahliannya dalam sebuah pameran di Jepang. Ia rupanya begitu terbawa suasana selama pertunjukan sehingga membiarkan cokelat putihnya meleleh dalam bain-marie selama empat hari. Ketika ia akhirnya kembali ke sana, cokelatnya telah berubah menjadi cokelat pucat yang memiliki bau dan rasa sangat berbeda.
Coccidae adalah sejenis serangga yang berkerabat dekat dengan kutu daun, kutu putih, dan lalat putih.
Serangga ini memiliki tubuh datar berbentuk oval seukuran sebutir beras dan berasal dari daerah tropis dan subtropis Amerika Selatan hingga Amerika Utara. Serangga ini menyerang dan hidup di kaktus nopal, atau dikenal sebagai kaktus pir berduri, terakumulasi dalam kelompok besar di bantalan kaktus untuk memakan kelembapan dan nutrisi alami tanaman.
Secara khusus, pewarna merah tua dihasilkan dari asam yang dikeluarkan betina Coccidae. Di mana 20% berat tubuh serangga terdiri dari asam karminat. Pewarna karmin ini disebut sebagai bahan pewarna merah yang murah. Bahkan, para importer sudah mulai melakukan import karmin pada abad ke-18, dan sejak saat itu produksinya masih bertahan terutama di Amerika Selatan.
Proses Pembuatan Karmin
Setelah mengetahui pengertiannya, berikutnya akan dijelaskan bagaimana proses pembuatan karmin.
Dalam proses pembuatan karmin, serangga cochineal dipanen terlebih dahulu, kemudian dikeringkan, dan digiling hingga menghasilkan warna merah tua dalam bentuk bubuk.Kebanyakan serangga cochineal dipanen di alam liar, tetapi ada juga yang dipanen dari tempat peternakan khusus. Biasanya, petani cochineal tradisional melibatkan budidaya tanaman kaktus yang menjadi tempat hidup serangga ini.
Dalam metode pertanian lainnya, keranjang berisi betina ditambahkan ke bantalan kaktus untuk berkembang biak dalam lingkungan yang terkendali. Dengan begitu, produksi betina cochineal menjadi lebih banyak dan bisa digunakan untuk membuat bahan pewarna.
Setelah serangga dikeringkan dan digiling hingga menghasilkan bubuk warna merah, selanjutnya direbus, disaring, dan dicampur dengan garam dasar aluminium untuk menghasilkan pewarna.
Menurut aturan, ekstrak tersebut harus dipasteurisasi atau diolah untuk menghancurkan mikroorganisme salmonella. Selain minuman dan yogurt, carmine juga ditambahkan ke daging olahan (seperti sosis atau daging kepiting buatan), kue kering, dan jus.
Kegunaan Karmin dalam Industri Kecantikan
Selain digunakan pada makanan, pewarna karmin juga telah lama dipakai dalam industri kecantikan. Dalam industri kosmetik, karmin digunakan untuk pewarna lipstik, eye shadow, dan lipgloss.
Warna ini ditambahkan untuk menghasilkan warna merah cerah dan meningkatkan daya tahan pakai atau intensitas bayangan riasan.
Selain itu, karmin juga ditambahkan sebagai bahan dasar untuk mendapatkan rentang warna merah jambu dan ungu yang lebih sejuk tanpa menggunakan pewarna sintetis.
Kontroversi Karmin
Meskipun dibuat dari bahan alami, namun pewarna karmin tidak lepas dari kontroversi. Penggunaan bahan karmin yang kurang memperhatikan tranparansi memang telah menimbulkan banyak perdebatan.
Pasalnya, istilah karmin tidak diatur secara jelas sebagai bahan pewarna, sehingga industri kosmetik mana pun dapat mengklaim bahwa produknya adalah "vegan" atau bahwa produk tersebut "tidak mengandung bahan hewani", meskipun telah menambahkan bahan karmin dalam produknya.Bukan hanya di industri kecantikan, bahan karmin juga pernah digunakan Starbucks dalam minuman rasa stroberi pada tahun 2012. Penggunaan bahan ini menimbulkan suara protes, terutama bagi para pelanggan vegan. Tak lama seteleha itu, pihak Starbucks kemudian mengganti karmin dengan likopen, ekstrak berbahan dasar tomat untuk menambahkan warna merah dalam minuman.
Campari, minuman keras Italia yang sering dicampur ke dalam negronis, juga menggunakan pewarna merah karmin selama beberapa dekade. Kemudian, pewarna karmin ini diganti dengan dengan pewarna buatan berbahan dasar minyak bumi pada tahun 2006.
Kebanyakan kekhawatiran mengenai pewarna karmin, terletak pada sumbernya. Diperkirakan 22 miliar hingga 89 miliar cochineal betina dewasa dibunuh setiap tahun untuk menghasilkan karmin. Penggunaan bahan serangga untuk pewarna makanan dan kosmetik ini dinilai negatif bagi orang-orang yang menerapkan gaya hidup vegan.
Selain itu, ada juga risiko kesehatan yang terkait dengan produk cochineal. Menurut penelitian, paparan terhadap bahan tersebut dapat menyebabkan reaksi anafilaksis yang parah, alergi kontak, dan bahkan asma. Pada tahun 2009 di Amerika, telah diwajibkan bagi setiap perusahaan yang memproduksi makanan dan kosmetik yang mengandung karmin untuk mencantumkan bahan tersebut pada label kemasan.
Hukum Pewarna Karmin Menurut Islam
Bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam, penting untuk memperhatikan hukum penggunaan pewarna karmin.
Dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia, mengeluarkan fatwa halal untuk makanan dan minuman dengan pewarna karmin yang berasal dari serangga Corchineal. Hukum berlaku dengan syarat selama pewarna karmin bermanfaat dan tidak membahayakan.
Hukum yang dikeluarkan MUI ini didasarkan pada sebuah hadist, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Dihalalkan bagi orang muslim dua bangkai dan dua darah; sedang dua bangkai ialah ikan dan belalang, sedang dua darah ialah hati dan limpa.” (HR. Ahmad)
Berbeda dengan Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (NU), yang menilai bahan pewarna karmin yang berasal dari serangga ini dianggap najis dan haram untuk dikonsumsi. Hukum ini didasarkan pada pertimbangan aspek keagamaan dan hukum Islam.
Sehingga, NU mengimbau pada masyarakat untuk berhati-hati memperhatikan label makanan, minuman, dna produk kosmetik yang menggunakan bahan karmin dengan kode E-120.