Heboh Tentang Karmin, Ini 11 Pewarna yang Berbahaya dan yang Perlu Diketahui Tentang Pewarna Makanan
Pewarna makanan memang menarik dan menggugah selera. Namun perlu kehati-hatian dan ketelitian dalam melihat lebel makanan menghindari zat pewarna berbahaya.
Heboh Tentang Karmin, Ini 11 Pewarna yang Berbahaya dan yang Perlu Diketahui Tentang Pewarna Makanan
Namun, di balik keindahannya, pewarna makanan dapat menyimpan risiko kesehatan yang serius. Inilah mengapa Moms perlu memahami perbedaan antara pewarna makanan yang aman dan yang berbahaya.
Pewarna makanan, seni rupa yang menjadikan hidangan lebih menarik dan menggoda.
Pewarna makanan, baik alami maupun sintetis, digunakan untuk mempercantik tampilan makanan dan minuman. Pastikan bahwa semua jenis pewarna ini diatur ketat oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum digunakan.
-
Apa saja jenis pewarna makanan sintetis yang berbahaya? Blue 1: Pewarna ini sering digunakan dalam minuman, permen, dan produk roti. Beberapa penelitian menunjukkan adanya potensi risiko kanker yang kecil dan kemungkinan pengaruh negatif terhadap neuron.
-
Kenapa pewarna makanan sintetis berbahaya? Pewarna makanan ini dapat menyebabkan efek samping yang merugikan, termasuk reaksi alergi, asma, urtikaria, gangguan perilaku, dan bahkan kanker.
-
Kenapa alergi karmin dianggap berbahaya? Bahkan, Carmine dicurigai sebagai pemicu syok anafilaksis pada beberapa kasus yang penyebabnya sulit diidentifikasi.
-
Bagaimana pewarna makanan sintetis mempengaruhi anak-anak? Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dapat mengonsumsi hingga 100 mg pewarna makanan per hari, padahal hanya 30 mg sudah cukup untuk memicu masalah perilaku.
-
Apa itu karmin? Karmin adalah bahan pewarna merah tua yang dihasilkan dari serangga dari keluarga Coccidae.
-
Kenapa karmin kontroversial? Meskipun dibuat dari bahan alami, namun pewarna karmin tidak lepas dari kontroversi. Penggunaan bahan karmin yang kurang memperhatikan tranparansi memang telah menimbulkan banyak perdebatan.
Pewarna Makanan: Menghias Hidangan dengan Aman
Kategori Pewarna Makanan: Alami vs. Sintetis
Pewarna makanan dibagi menjadi dua kategori utama: alami dan sintetis. Pewarna alami berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, atau sumber alami lainnya, sementara pewarna sintetis dibuat secara laboratorium.
Menurut BPOM, pewarna alami adalah bahan tambahan pangan yang berasal dari sumber-sumber alami. Karoten, klorofil, dan antosianin adalah contoh pewarna alami yang sering digunakan. Penggunaannya dianggap lebih aman dan minim efek samping.
Pewarna Makanan Alami
1. Karoten (merah tua, kuning, atau jingga)
Pewarna alami dari buah atau sayur seperti wortel, ubi merah, dan labu. Larut dalam lemak, cocok untuk produk susu.
2. Klorofil (hijau)
Ditemukan pada tumbuhan hijau seperti bayam dan daun mint. Penting dalam proses fotosintesis.
3. Antosianin (ungu dan biru)
Didapatkan dari buah seperti anggur dan blueberi. Larut dalam air, ideal untuk membuat agar-agar dan minuman.
Meskipun banyak pewarna makanan yang aman, ada 11 jenis yang perlu dihindari.
Pewarna Makanan yang Berbahaya
2. Allura Red (Red 40)
Mengandung benzidin, yang dikaitkan dengan karsinogen. Berpotensi menyebabkan alergi, intoleransi makanan, dan kerusakan otak. Di restoran cepat saji, allura red banyak digunakan untuk campuran bahan pembuatan es krim, gelato, jus, kue, dan makanan manis lainnya.
1. Auramin
Bubuk kuning cerah yang sering digunakan dalam tekstil, cat, dan kertas. Terkait dengan risiko kanker hati dan tumor kandung kemih.
4. Black 7984
Digunakan dalam kosmetik, namun dihentikan penggunaannya karena dapat menyebabkan reaksi alergi dan intoleransi aspirin.
3. Biru berlian
Ditemukan dalam permen, camilan, dan produk pembersih gigi. Dapat menembus sawar darah otak dan menyebabkan kerusakan sel-sel saraf.
6. Kuning Metanil (Metanil yellow)
Dapat menyebabkan iritasi saluran cerna dan dihubungkan dengan kanker kandung kemih. Pewarna ini banyak digunakan untuk cat, kertas, dan benda berbahan kulit hewan.
5. Citrus Red No. 2
Memiliki risiko memicu kanker dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan pewarna ini tidak dapat larut dalam air sehingga memerlukan pelarut organik untuk mendapatkan warna yang diinginkan.
8. Scarlet GN
Dulunya zat pewarna jenis ini bisa digunakan sebagai pewarna makanan. Namun, karena berpotensi karsinogenik kini zat pewarna ini dilarang. Tapi zat pewarna Scarlet GN beberapa masih digunakan sebagai bahan pembuatan obat dan produk kecantikan.
7. Rhodamine B
Digunakan dalam makanan seperti kerupuk dan kue. Dapat menyebabkan keracunan dan munculnya sel-sel kanker. Zat warna rhodamine B biasanya digunakan untuk zat warna tekstil, sabun, plastik, dan kayu.
10. Violet B6
Bersifat karsinogenik dan dapat memicu kanker, karena zat warna ini diperuntukan memberikan warna ungu untuk pada bahan tekstil, cat, dan tinta.
9. Sunset yellow (Yellow 6)
Zat pewarna sunset yellow (Yellow 6) dulunya digunakan untuk bahan pembuatan kosmetik dan farmasi. Namun, zat ini dicurigai menyebabkan tumor testis dan adrenal, reaksi alergi, serta asma.
Zat warna Yellow 5 atau yang lebih dikenal dengan Tartrazin memiliki banyak efek negatif terhadap tubuh, seperti menimbulkan alergi dan merusak sistem informasi sel. Sedangkan pada anak-anak tartrazine bisa menghambat penyerapan zinc, mengganggu tumbuh-kembang, dan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu juga bisa melemahkan memori, daya ingat dan kemampuan konsentrasi anak.
11. Yellow 5 (Tartrazine)
Penting bagi orangtua untuk mengambil langkah-langkah pencegahan agar anak-anak terhindar dari pewarna makanan berbahaya.
Mencegah Anak Mengonsumsi Pewarna Makanan
1. Baca Label
Pilih makanan dengan pewarna alami. Baca label dengan cermat, termasuk obat anak, untuk menghindari pewarna sintetis.
2. Pewarna Homemade
Buat pewarna alami dari bahan dapur untuk menghindari pewarna makanan berbahaya.
4. Berikan Pilihan Sehat
Ajari anak-anak tentang pilihan makanan dan minuman sehat, hindari makanan berwarna cerah yang mungkin mengandung pewarna berbahaya.