Mahasiswa UGM rancang alat pemadam khusus atasi kebakaran gambut
Gagasan mereka memanfaatkan air sungai dan juga zeolit yang bisa memadamkan api dengan cepat.
Kebakaran hutan lahan gambut yang terjadi di wilayah Sumatera dan Kalimantan, menjadi masalah yang belum terpecahkan. Asap yang ditimbulkan bahkan menyebabkan beberapa balita meninggal dunia.
Melihat kondisi tersebut, empat mahasiswa UGM memberikan tawaran mengatasi kebakaran hutan dengan integrated water ground fire wetland system (I-wows). Mereka yaitu Dirga Permata Jumas, Dian Arief Risdiyanto, Arina Desy Rachmawati dan Lita Yunitasari.
Ketua kelompok, Dirga menjelaskan gagasan mereka yaitu memanfaatkan air sungai di sekitar lahan gambut dan juga zeolit yang merupakan zat yang bisa memadamkan api dengan cepat.
"Intinya mengangkat air dari sungai dengan pompa, lalu dialirkan ke tangki nano partikel yang mengandung zeolit," terangnya, Kamis (22/10).
Untuk mendeteksi kebakaran di bawah lahan gambut, mereka menggunakan sensor temperatur dan kelembaban. Sensor tersebut akan memetakan kantong-kantong asap di dalam lahan gambut dan kemudian mengirimkan perintah ke alat pemadam.
"Kita pasang pipa di dalam lahan gambut yang nanti mengalirkan air. Begitu sensor mendeteksi, maka alat pemadam akan langsung bekerja," ungkapnya.
Gagasan membuat alat pemadam kebakaran lahan gambut ini terinspirasi dari sistem irigasi nanopartikel yang terintegrasi dengan sensor.
Sayangnya gagasan tersebut baru sebatas di atas kertas. Mereka belum memiliki kesempatan untuk membuat alat tersebut.
"Ini memang baru gagasan, tapi kami berharap gagasan ini nantinya bisa dikembangkan secara riil. Berwujud alat sehingga bisa bermanfaat," terangnya.
Alat ini juga lebih terjangkau, jika dibandingkan dengan upaya bom air yang selama ini digunakan pemerintah yang sudah menghabiskan biaya ratusan miliar rupiah.