Mahasiswa Unair ciptakan alat penurun kadar logam untuk kerang
Alat yang dinamakan Depuration Mini Machine Machine (PUMMACH) itu bertujuan untuk menurunkan kadar logam berat seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada kerang pasca panen.
Kelompok nelayan kerang yang berada di Desa Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur sangat terbantu dengan alat penghilang zat berbahaya dalam kerang temuan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Alat yang dinamakan Depuration Mini Machine Machine (PUMMACH) itu bertujuan untuk menurunkan kadar logam berat seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) pada kerang pasca panen.
"Ini sangat membantu bagi nelayan di sini, mereka mendapat pemahaman tentang pengelolaan kerang yang benar," kata Zainal Abidin, Kades Banjarkemuning, Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Jatim, Senin (12/6).
Siapa sangka alat yang dirancang oleh 5 mahasiswa dari berbagai bidang jurusan yang di didik oleh Endang Dewi Masithah, Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Kelautan Unair Surabaya itu begitu bermanfaat bagi nelayan kerang.
Kelima mahasiswa itu memiliki peran masing-masing untuk menyukseskan temuan alat itu. Oktavia Arini Zuhriastuti, misalnya, mahasiswa program Sarjana Budidaya Perairan yang juga sebagai ketua Kelompok itu melakukan penelitian terkait kondisi air.
Selain itu, empat anggota lainnya yang terdiri dari M Yazid Abdul Zalalil Amin, D3 jurusan Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Luqmanul Hakim, sarjana Pendidikan Dokter Gigi, Ria Setiawati, sarjana Pendidikan Dokter dan Abdul Hamid D3 jurusan Otomasi Sistem Instrumentasi itu memiliki peran masing-masing.
Oktavia Arini Zuhriastuti mengatakan alat itu dirancang dari berbagai komponen seperti kotak kontainer, pompa air, sinar UV, filter air, flow meter, pipa kran dan rak kontainer. "Itu dirangkai sedemikian rupa hingga menjadi alat ini," ucapnya.
Untuk pengoperasian alat ini, sambung Oktavia, pertama-tama dapat dilakukan pengecekan kran, itu dilakukan untuk memastikan jalur di luar aliran tertutup rapat dan tidak ada kebocoran.
Kemudian mengisi kontainer dengan air laut yang sudah diatur salinitas dan suhunya, lalu menyalakan semua komponen seperti sinar UV dan filter air. "Terakhir memasukkan kerang pasca panen kedalam rak kontainer. Jika langkah tersebut sudah dilakukan, maka proses depurasi sudah dimulai," ujarnya.
Depurasi itu bakal berlangsung selama 24 jam. Nantinya, secara otomatis ketika semua kerang itu diproses akan mengalami puasa sehingga akan melakukan proses ekskresi, di mana kerang akan mengeluarkan logam berat yang ada di dalam saluran pencernaannya.
"Kehidupan kerang di laut itu berada di bawah laut dan yang dikonsumsi mengandung zat-zat yang berbahaya. Jadi intinya, melalui alat ini kami ingin kerang yang disuguhkan kepada masyarakat layak dikonsumsi dan menyehatkan," jelas Oktavia usai memperaktikkan cara kerja alat tersebut.