Mantan Kasal TNI: Singapura protes KRI Usman Harun, abaikan saja
"Mestinya yang protes itu bukan Pemerintah Singapura, tapi keluarga peristiwa pengeboman di MacDonald House."
Singapura protes Indonesia menamakan kapal perang KRI Usman Harun, sebab kedua nama itu pernah melakukan pengeboman di Orchard Road pada 1965. Namun menurut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) periode 2008-2009, Laksamana (Purn) Tedjo Edhy Purdijatno, protes itu tak perlu ditanggapi.
"Sudah tak perlu ditanggapi itu (protes Singapura). Abaikan saja. Mestinya yang protes itu bukan Pemerintah Singapura, tapi keluarga peristiwa pengeboman di MacDonald House," ujar Tedjo di Surabaya, Sabtu (8/2).
Menurut pria yang juga pernah menjadi Komandan KRI Teluk Semangka itu, penamaan kapal perang tersebut sudah melewati masa kajian yang mendalam. "Jadi kita ini ingin menghargai jasa pahlawan dengan menamai kapal perang kita dengan nama kedua anggota pasukan khusus KKO yang gugur saat menjalankan tugas," tandas dia.
Sebelumnya, kedua menteri Singapura yang ikut memprotes penamaan kapal perang TNI AL itu adalah Menteri Sosial dan Pengembangan Keluarga Singapura, Chan Chun Sing, dan Menteri Tenaga Kerja, Tan Chuan-Jin. Pada sebuah akun Facebook-nya, mereka melontarkan kalimat-kalimat protes.
Seperti diketahui, Usman dan Harun merupakan anggota pasukan khusus yang meledakkan MacDonald House di Singapura pada saat Konfrontasi Ganyang Malaysia tahun 1963-1966. Dalam peristiwa itu, tiga orang tewas dan 22 orang mengalami luka-luka.
Kemudian keduanya tertangkap oleh Pemerintah Singapura. Prajurit Indonesia itu diputus bersalah dan digantung di Singapura pada medio 1968. Dua jenazah marinir itu, akhirnya dipulangkan ke Indonesia dan diberi gelar pahlawan. Keduanya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.