Marak Warga Rusia Jadi Pemandu Wisata Ilegal di Bali Buat Warga Resah
Menurut Nuarta, jika sudah di deportasi warga Rusia tersebut tidak akan kembali ke negara asalnya. Karena, akan dianggap seorang yang kriminalis.
I Nyoman Nuarta selaku Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, menyampaikan bahwa warga Negara Rusia yang menjadi tour guide ilegal di Pulau Bali sudah marak dan membuat para pelaku usaha wisata geram.
"Sebenarnya sudah dari dulu ada WNA Rusia yang melakukan kegiatan menjadi pemandu ilegal di Bali. Cuman dari tahun yang lalu sangat meningkat WNA Rusia jadi guide di Bali," kata Nuarta saat dikonfirmasi via telepon, Selasa (2/7) sore.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Tarian apa saja yang ditampilkan oleh Kota Denpasar? Duta kesenian dan kebudayaan Kota Denpasar menyuguhkan tiga pementasan, yakni Tari Legong Tri Sakti, Tari Baris, dan Tari Barong Ket Prabhawaning Bharuang pada malam pementasan budaya serangkaian Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) Kamis (24/8).
-
Di mana Desa Wisata Cisaat berada? Desa Cisaat di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, baru-baru ini mendapat gelar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Apa saja ragam destinasi wisata yang ditawarkan di Depok? Dari keindahan alam hingga keunikan yang khas, Depok menawarkan pengalaman seru bagi setiap wisatawan.
-
Apa yang bisa dilakukan wisatawan di Desa Wisata Nusa? Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, bahkan bisa menginap di rumah milik warga. Ada Homestay Desa Wisata Nusa Aceh juga mempunyai 45 homestay.
Menurut Nuarta, dengan adanya warga Rusia yang menjadi tour guide ilegal di Bali, tentu sangat mengganggu pariwisata karena akan merusak harga tour pasar Rusia.
"Mereka tidak kena pajak, mengambil lahan pekerjaan anggota kami di lapangan dan membawa citra buruk buat pariwisata karena informasi yang di berikan sama wisatawan tidak pass," imbuhnya.
Nuarta juga menjelaskan, pihak hanya sebatas melaporkan akan maraknya warga Rusia yang menjadi tour guide ilegal di Bali. Namun, untuk kewenangan untuk hal tersebut adalah para steakholder terkait.
"Tetapi, stakeholder yang punya kewenangan itu tidak pernah melakukan hal-hal yang sifatnya kongkrit, eksekusi ke lapangan. Terkait dengan laporan yang kami sampaikan," jelasnya.
Nuarta juga menceritakan, mengapa sebagai warga Rusia berani menjadi tour guide ilegal di Bali. Karena, yang menjadi tour guide tersebut adalah warga Rusia yang sudah tertangkap dan dideportasi dari Thailand, sehingga mereka memilih untuk pindah ke Indonesia khususnya di Bali.
"Warga negara Rusia ini yang melakukan kegiatan itu kan orang-orang yang terdeportasi dari Thailand. Karena di Thailand sekarang melakukan betul-betul penegakan hukum yang keras dan tegas disana," ungkapnya.
Menurut Nuarta, jika sudah di deportasi warga Rusia tersebut tidak akan kembali ke negara asalnya. Karena, akan dianggap seorang yang kriminalis.
"Maka salah satu caranya adalah pindah ke negara yang lain. Nah negara lain yang dipilih itu adalah negara Indonesia, utamanya Bali. Kenapa, karena masih ada oknum-oknum penegak hukum yang mau menerima suap, masih mau di bayar oleh karena itu marak di Bali," ujarnya.
Nuarta juga menjelaskan, untuk modus operandinya para warga Rusia tersebut berbeda dengan yang dulu. Kalau dulu, warga Rusia tersebut masuk melalui travel agent yang menggunakan warga asing. Namun, untuk saat ini modus operandinya mereka lebih mudah dengan lewat travel agent dan mereka bisa deteksi dan melakukan kegiatan mandiri.
"Jadi contoh begini, setiap malam dia nongkrong. (misalnya) di Nusa Dua ketemu sama tamu Rusia diajak minum dibayarin. Sambil dia menjual produknya," ujarnya.
"Dia menjual produk itu tidak sama dengan travel agent yang formal. Dia menjual produk semaunya mereka. Ada yang lebih mahal tergantung tournya, ada yang lebih murah sekali. Artinya, ada tiga hal implikasinya, satu dia merusak tatanan niaga paket Rusia, kedua dia tidak membayar pajak, ketiga adalah kesempatan kerja diambil oleh sebagian mereka," jelas Nuarta.
Nuarta juga menjelaskan, jika travel agent yang normal itu sesuai dengan paket tour Rusia dari Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bali yang membuat produk paket tour tersebut.
"Paket Rusia, (Misalnya) ke Kintamani satu orang hampir 65 (ribu) dollar. Kalau ke Kintamani (Warga Rusia) bisa dibuka 35 atau 40 dollar. Kadangn lebih murah, karena disana tamunya tanpa lunch umpamanya dia yang menjual lunch disana dengan harga mahal begitu," ujarnya.
Perlu diketahui juga, untuk kunjungan wisatawan asal Rusia ke Bali, dari bulan Januari sampai Mei 2019 mencapai 64.113 orang.
Baca juga:
Bule Bertingkah Aneh di Ubud Diamankan Satpol PP, Diduga Kehabisan Uang
Ada Ramadan, Kunjungan Wisman di Mei Turun 3,19 Persen
Pemerintah Kebut Pembangunan 4 Bali Baru, 3 Tahun Ditarget Telah Gaet Wisatawan Asing
Lokasi Wisata Segara Madu di Jembrana Diduga Dirusak Wisatawan Asing
April 2019, Jumlah Wisman ke Indonesia Turun 2,74 Persen
WN Perancis Ditemukan Tewas di Kuta Bali, Diduga Terjatuh di Bangunan Kosong