Megawati Terima Gelar Profesor Kehormatan dari Universitas Silk Road International Uzbekistan
Penganugerahan dilakukan di Gedung Rektorat Silk Road IUTCH di Kota Samarkand, dihadiri civitas academica kampus.
Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri kembali mendapat anugerah gelar profesor kehormatan pada bidang pariwisata dan warisan budaya dari Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage (IUTCH) di Samarkand, Uzbekistan, Sabtu.
Penganugerahan dilakukan di Gedung Rektorat Silk Road IUTCH di Kota Samarkand, dihadiri civitas academica kampus.
- Mantan Rektor UGM Ichlasul Amar Meninggal Dunia di RS Pondok Indah Jakarta
- Dewan Pakar BPIP Ungkap Makna Mendalam di Balik Kunjungan Megawati ke Rusia dan Uzbekistan
- Alasan Rektor UII Yogyakarta Fathul Wahid Enggan Dipanggil 'Prof' dan Gelar Lainnya: Cukup Pak atau Mas
- Rektor Universitas Pancasila Mangkir Hari Ini, Pemeriksaan Dijadwalkan Ulang 29 Februari
Acara dibalut juga dengan graduation ceremony untuk mahasiswa program master. Civitas Academica Silk Road IUTCH dipimpin sang Rektor, Aziz Abduhakimov.
Nama yang disebut terakhir adalah juga Menteri Pariwisata dan Warisan Budaya di Pemerintahan Uzbekistan.
Oleh Abduhakimov, gelar kehormatan itu diberikan dalam bentuk sebuah sertifikat kepada Megawati.
“Pencapaian luar biasa Anda dalam membentuk identitas modern Indonesia dan kontribusi Anda terhadap hukum perdata, diplomasi, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan, telah membuat Anda sangat dihormati tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia,” kata Abdulhakimov, dalam pidato sebelum pemberian gelar.
Ia menyatakan Megawati telah membuktikan diri sebagai pemimpin luar biasa yang juga dikenal karena keingintahuan intelektual, kerendahan hati, dan keterbukaan terhadap dialog.
“Kontribusi global Anda jauh melampaui politik,” imbuhnya.
Ia memberi contoh bagaimana Megawati telah berbicara sebagai pembicara utama di beberapa pertemuan paling berpengaruh di dunia, termasuk Forum Budaya Dunia 2016, acara Memori Dunia UNESCO pada tahun 2018, Forum Perdamaian Dunia Ke-8 pada tahun 2019, dan KTT Ekonomi dan Perubahan Iklim pada tahun 2022.
Oleh karena itu, Silk Road IUTCH menganugerahkan penghargaan bergengsi, sama seperti yang telah diberikan berbagai kampus lain seperti Universitas Pertahanan RI dan Institut Kesenian Seoul, dan gelar doktor kehormatan dari lembaga-lembaga terkemuka dunia.
“Sebagai bentuk pengakuan atas upaya Anda dalam memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Uzbekistan, merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk menganugerahkan gelar Profesor Kehormatan kepada Anda Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage,” ujar Abdulhakimov.
“Selamat atas penghargaan yang pantas Anda terima ini. Anda kini menjadi anggota komunitas akademis kami yang berharga, dan kami sangat merasa terhormat atas kehadiran Anda bersama kami,” sambungnya.
Ia lalu mengajak semua pihak untuk mendoakan Megawati agar selalu sehat, panjang umur dan bahagia, serta dukungan yang terus-menerus dari keluarga dan orang-orang terkasih.
“Profesionalisme dan dedikasi Anda akan menginspirasi generasi mendatang. Semoga kedamaian, kebahagiaan, dan kemakmuran selalu menyertai Anda dan keluarga,” kata Abduhakimov.
Dalam pidatonya, ia juga sempat menjelaskan panjang tentang kerja Megawati saat menjabat di jajaran eksekutif Indonesia.
Menurutnya, Megawati sudah membawa Indonesia melewati masa sulit dalam sejarah Indonesia, khususnya setelah krisis tahun 1998.
Ia juga membeberkan hubungan seorang Megawati dengan ayah sekaligus Presiden Pertama Indonesia, Soekarno.
“Merefleksikan masa lalu, kami mengenang ayah Anda, Presiden Soekarno, dan kontribusinya yang penting bagi politik dunia. Ia adalah tokoh pendiri gerakan nonblok dan advokat yang kuat untuk kemerdekaan dan kerja sama di antara negara-negara berkembang,” tuturnya
“Pada tahun 1956, saat berkunjung ke Samarkand, Presiden Soekarno menjadi pemimpin asing pertama yang berziarah ke makam Imam Al-Bukhari. Ia dengan senang hati menggambarkan orang-orang Uzbekistan sebagai ‘Jauh dari mata tetapi dekat di hati’. Kini, banyak orang Indonesia mengikuti jejaknya, mengunjungi Uzbekistan sebagai bagian dari wisata religi,” pungkas dia.